Chereads / I Remember / Chapter 3 - bagian 3

Chapter 3 - bagian 3

Aku membuka pintu perlahan lahan. Saat aku masuk, aku di kejutkan dengan kehadiran mereka.

"Oh, hai" sapaku pada orang orang yang berada di rumahku. Mereka nampak menyahuti sapaanku, kecuali Jason. yah, pria itu mana mau bicara padaku jika bukan hal penting.

Jhonny mendatangiku dan membantuku membawa semua belanjaan ini

"Kau tidak lupa dengan janjimu untuk memberi kami cake kan?"

"tentu. kalian akan jadi kelinci percobaanku hahaha" sahutku sambil tertawa ringan

kemudian aku melesat pergi menuju dapur dan di susul olehnya. Kami sedikit bercerita untuk beberapa saat sembari mencampurkan bahan bahan untuk membuat cake. yah, sekedar bercerita tentang kejadian 1 tahun terakhir, sejak mereka meninggalkan kota ini.

"kau berhutang satu cerita padaku" kata Jhonny duduk di meja makan sambil menatapku yang sedang minum.

"apa?" tanyaku

"sudahlah lupakan, kutanya pun kau belum tentu mau menjawab. Oh iya, bagaimana kabar Zero sekarang? Dia sudah lama tidak kemari sejak menikah" sahutnya.

Sebenarnya aku tahu arah pembicaraan Jhonny, namun aku berpura-pura tidak tahu. Caranya mengalihkan pembicaraan terlihat jelas.

Aku tau, pasti dia ingin membicarakan tentang Jason. Untuk sesaat aku tidak mau mendengar tentangnya. Semakin membicarakannya semakin membuatku sakit hati.

"Zero?? dia jadi sedikit gemuk sejak menikah dengan Lyla. Abs di perutnya sudah tertimbun dengan lemak hahaha"

Jhonny hanya terkekeh mendengarnya. Obrolan kami sempat terhenti karena ada Calum. Dia tiba-tiba saja datang dan meminta nasehat tentang hubungannya dengan Diana. Aku dan Jhonny hanya saling memandang, kemudian tertawa melihat ekspresi wajah Calum.

"itu artinya Diana ingin kau juga pergi ke Kanada. Dia tidak mau berpisah denganmu, benarkan Jhon?" kataku sambil menyenggol siku Calum yang ada di sampingku.

"hei baby... Sebenarnya sekarang Zero tinggal dimana? Sudah lama aku tak melihatnya" tanya Mark yang datang entah dari mana.

"kenapa?" tanyaku bingung. Sejak tadi orang orang ini bertanya tentang Zero, kakak laki - laki pertamaku.

"barangku tidak sengaja terbawa di tas miliknya waktu itu" kata Mark sedikit kesal.

"dia sekarang ada di Indonesia, semua keluargaku disana" balasku.

"aku minta alamatnya" katanya

"nanti aku kirim" sahutku.

****

Hari semakin larut, satu persatu orang kini sudah pergi, yang tersisa hanyalah Jason dan juga Laura.

Jason langsung kembali ke dalam kamarnya seperti biasa. Sedangkan Laura, ia harus membersihkan ruang tamu terlebih dahulu setelah itu, barulah ia bisa tidur.

Keesokan harinya, Laura bangun pagi seperti biasa. Ia langsung memasak dan membangunkan Jason. Ya, walau terkadang barang barang akan melayang ke arahnya namun itu tak masalah.

"Je, kau tidak mau bangun?" tanya Laura pelan.

"tidak!" jawab Jason ketus.

Laura hanya menghela nafasnya. Ia kembali mengguncang guncang badan Jason hingga pria itu terbangun dan marah marah.

"Maaf, habis kau tidak mau bangun" kata Laura

Dengan wajah yang masih berantakan, Jason turun ke lantai dasar dan segera sarapan.

"kenapa kau duduk di sana, huh?!" sahut Jason yang melihat Laura duduk di depannya.

Perlahan Laura menggeser tempatnya dan Jason selalu menatapnya dingin. Sudah 4x wanita itu berpindah tempat duduk dan ia selalu di tatap dingin oleh Jason.

"masih salah juga? Lalu aku harus duduk di mana?" tanya Laura dengan polosnya

"kau masih tidak mengerti ya? Aku tidak mau sarapan berdua denganmu, Bodoh!"

Jason mengatakan hal itu kemudian pergi begitu saja. Laura hanya terdiam dan tidak bisa mengatakan apa apa lagi.

Sebenci itukah kau padaku?

*Sebulan kemudian

Sebisa mungkin Laura selalu menyiapkan sarapan di tengah kesibukannya menjadi seorang desainer.

Ia selalu menyisihkan makanan untuk dirinya sendiri di dalam wadah miliknya kemudian ia nantinya akan makan di tempat kerjanya saja. Ia tidak mau membuat Jason tidak nafsu makan gara gara dirinya.

Pekerjaan yang menuntutnya untuk menyibukkan diri membuatnya lupa pada sakit hati yang telah Jason buat.

Sudah sekitar 1 jam ini Laura bergulat dengan kertas dan pensil. Kerja kerasnya menghasilkan suatu seni yang indah. Sebuah gambar busana pesta yang sangat cantik.

"akhirnya selesai juga" Kata Laura mengelap keringat yang hampir menetes dan mengenai kertasnya.

"kau sudah selesai, Laura?" tanya seorang wanita paruh baya.

Kalau kalian mengira Laura bekerja di sebuah perusahaan besar, maka kalian salah. dia hanya sekedar membantu wanita paruh baya ini dalam mengurus tempat jahitnya.

"ya bibi May. Apa ada yang perlu aku bantu lagi?" tanya Laura bersemangat

"tidak. Aku juga sudah selesai. Apa kau sudah makan sayang?"

"belum bibi May. Bibi mau aku buatkan apa?" tanya Laura

Wanita paruh baya itu sedikit berpikir.

"sejak kemarin aku ingin makan sup..... ya sup saja aku suka itu. Apalagi buatanmu" kata bibi May.

Laura segera melesat ke dapur bibi May dan membuatkan sup untuk mereka berdua. Setelah itu keduanya makan dengan lahap.

"aku suka sekali dengan sup. Tapi sayangnya suamiku tidak" kata Laura tertunduk lesu.

"kenapa?" tanya bibi May

Laura hanya menaikkan bahunya. Ia tidak mengerti dengan sikap Jason.

"kau ada masalah, sayang?" tanya bibi May

"tidak bibi" jawabnya lesu

Sedikit berbohong tidak apa apa bukan? Batin Laura

"kalau kau ada masalah, jangan di pendam. Nanti kalau kau menahan beban itu sendirian, kau tidak akan kuat dan terjatuh" katanya yang di tanggapi senyuman manis dari Laura.

Disisi lain, Jason sedang berada di kantornya. Ia sedang mengadakan meeting bersama orang orang penting. Bahkan Samuel Fawke, Jhonny Lim dan juga Bryan Kyle tergabung dalam daftar orang penting se-negara ini.

Selesai rapat, ketiga pria itu menyempatkan waktu mereka untuk bersantai di kantor Jason. Yah, sekedar berbasa basi bersama teman.

"Je, kau dan Laura tidak mau punya anak ya?" tanya Bryan.

Jason mengabaikan Bryan karena ada seseorang yang menelponnya. Ia mengangkat telepon itu dengan wajah berseri seri, membuat Bryan dan yang lainnya heran.

Tak lama kemudian, seseorang mengetuk pintu kantor Jason.

"Masuk" titah Jason.

Dari balik pintu kayu itu, muncullah sosok wanita cantik. Ia berjalan perlahan mendekati Jason dan memeluknya.

"I miss u, babe" kata wanita itu.

"aku juga" balas Jason yang masih memeluk erat.

Setelah selesai acara berpelukan, wanita itu sadar bahwa perilakunya sedang di amati oleh 3 pria yang duduk rapi di sofa.

"ah maaf, perkenalkan ini namanya Bella. Kalian masih ingat dengan teman kuliah kita dulu kan? Dia satu jurusan denganku, hanya beda kelas saja" kata Jason menggandeng tangan Bella menuju ke arah Bryan dan yang lain.

Bella  langsung membungkukkan badannya dan tersenyum.

"perkenalkan, namaku Bella" katanya.

"aku tak perlu tahu namamu, yang ingin aku tanyakan, Kau siapanya Jason?" tanya Samuel ketus, tanpa basa basi.

Bella tersenyum lagi. Ia memandang Jason sejenak kemudian kembali memandang Samuel

"Dulu kami teman, tapi sekarang status kami berubah. Kenalkan, aku Arabella pacarnya Jason" jawab Bella memperlihatkan gigi rapihnya

~~~~~~~~~~