NORMAL TIME
"Hah... hah... hah... hah..." Rin nampak sesak nafas. Ia kesulitan bernafas, dadanya menyempit dan terasa sangat sesak.
Nafas itu semakin mencekik leher. Semakin sulit. Semakin kehilangan pasokan oksigen.
"Rin?" Kata Kei khawatir.
Rin menangis dengan masih menjaga nafasnya agar tak tersengal-sengal. Namun gagal, ia tetap kesulitan bernafas. Sakit sekali dadanya.
Tangisan Rin bukan tangisan yang mengerang, hanya air matanya saja yang mengalir di sela pipi. Sesakit itu kah? Sesesak itu kah? Kei mendekati Rin, memangkas jarak di antara keduanya. Ia menyentuh bahu Rin untuk menenangkan Rin, tapi ada gerak refleks menghindar dari Rin.
"Apa ini seperti yang waktu itu? Apa Rin melupakan diriku? Amnesia sesaat karena otaknya dipenuhi kenangan masa lalu? Ia kesulitan mengingat karena traumanya kambuh? Tidak boleh, Rin tidak boleh kembali ke kondisi seperti itu. Itu akan tidak baik untuknya." Batin Kei.