Chereads / DAMAR The Breath of Gold and Silver / Chapter 19 - 19. MANTRA SIHIR

Chapter 19 - 19. MANTRA SIHIR

Sudah hampir tiga hari mereka berjalan ke arah tenggara, melewati kebun-kebun jagung yang ditinggal pemiliknya, mereka sudah cukup jauh dari desa Grasta. Sekarang mereka melalui sungai yang alirannya cukup tenang, air itu sangat jernih dan tumbuh banyak teratai hijau dengan kuncup bunganya yang berwarna pink.

Alazar memutuskan untuk melatih Damar dan Will di sini, mereka memiliki kesediaan cadangan makanan yang banyak disini, ikan-ikan salmon dan catfish bertebaran di sepanjang sungai di hadapannya. Latihan sihir tentu akan menghabiskan banyak energi dari latihan fisik biasa, dan ikan adalah protein yang sangat baik untuk makanan selama latihan.

Silvar pun sama riangnya, ia berenang di permukaan sungai yang bening seperti kaca. Sesekali ia menyelam untuk mengejar ikan-ikan yang berenang lebih cepat dari dirinya. Tapi tidak lama dia berhasil menangkap sesuatu dengan taringnya. Awalnya Damar mengira ikan, tetapi hanyalah katak kecil.

Saat ini Damar dan Will juga merasa gembira, karena mereka dengan mudahnya makan ikan yang gemuk dan mereka bisa mandi dengan air sungai yang sangat jernih. Setelah selesai makan siang dengan ikan bakar. Alazar memanggil mereka untuk segera memulai latihan. Diantara Damar dan Will, Will yang paling bersemangat latihan sihir.

Ia merasa sihir adalah sesuatu hal langka yang pertama kali dilihatnya dari Alazar. Meskipun sisi hatinya merasa ketakutan karena sihir adalah hal yang berbahaya. Lagipula sihir dan pedang pun sama bahayanya.

"Alazar duduk bersila di hadapan Damar dan Will. Tangan kanannya menggenggam ikan salmon yang masih berasap dan wangi, tangan kirinya menggenggam batu kecil oval yang biasa.

"Jangan salah paham," katanya matanya menajam. "Ikan ini bukan bagian dari latihan, ini untuk ku makan dan kalian hanya bisa mencium baunya selama latihan, mengerti?"

Mereka mengangguk pasrah.

"Latihan pertama adalah dasar sebuah sihir," kata Alazar mulai menggigit ikannya. "Pengontrolan energi."

Damar dan Will menggangguk.

"Yang pertama kalian harus lakukan adalah, kalian haris konsentrasi, pejamkan mata kalian, rasakan energi di dalam tubuh kalian, kalau kau belum bisa merasakannya, kau harus menemukannya. Raih energi itu dengan benak kalian, jika kalian melakukannya dengan benar, kalian akan merasakan sensasinya."

Damar dan Will lalu mulai memejamkan mata dan berkonsentrasi seperti kata Alazar. Damar membayangkan dia berada dalam ruang yang kosong, meraih setiap bagian tubuhnya dalam benaknya. Mencari hal yang alazar sebut dengan sensasi. Sensasi apa sih, apa dia bercanda padaku? Pikirnya.

"Apabila kalian sudah merasakan energi itu ada di dalam tubuhnya, perintah energi itu untuk mengalir menuju kedua tangan kalian," kata Alazar melanjutkan. "Lalu ucapkan bahasa kuno, Esda. Itu adalah mantra untuk membuat melayang benda."

Kalimat itu seperti mengambang, mereka berdua tidak menjawab apa-apa dan masih terpejam. Alazar tersenyum, proses ini harusnya tidak memerlukan waktu lama jika mereka memiliki bakat sihir.

Sayangnya waktu sudah berjalan hingga sejam dan Alazar sudah menghabiskan tiga ekor ikan. Silvar juga sudah bosan bermain di sungai dan ia kembali ke permukaan lalu mengebas air di tubuhnya. Lalu tiduran melingkar dan menguap, ia melihat ke arah Damar dan Will yang masih duduk berkonsentrasi, tapi kehilangan minat ia lalu tidur.

"Pusatkan pikiranmu pada energi di dalam tubuhmu dan rasakan energi itu mengalir seperti aliran sungai yang konstan, seperti sungai di belakangku," kata Alazar tidak sabar. "hei, Bagaimana?"

Batu itu masih tergenggam di kedua tangan Damar dan Will tanpa ada satupun mantra yang keluar dari mulut mereka.

"Berbicara itu mudah daripada praktikya!" kata Will, merasa sebal.

"Apa yang kau rasakan?" kata Alazar.

"Tidak ada, aku hanya merasa mataku terasa mengantuk karena terpejam, dan kakiku yang kesemutan sedikit, tapi sungguh, aku sudah mencoba untuk meraih energi itu, tapi aku tidak merasakan apa-apa," kata Will.

"Kau kurang berkonsentrasi," kata Alazar, tidak puas.

"bagaimana Damar?" kata Alazar tatapannya sekarang berpindah.

"Kurasa aku merasakan sesuatu yang sejuk mengalir perlahan, tapi sangat pelan," kata Damar sambil terpejam.

"Ya benar! Itu energi tubuh kalian, berbeda dengan kekuatan fisik, contohnya ketika kalian ingin menggunakan sihir kalian harus mengontrol batasan energi di dalam tubuh kalian

"Pada dasarnya, sihir dan ilmu fisik adalah sama. Kedua-duanya memerlukan energi di dalam tubuhmu, seperti halnya sewaktu kau ingin memukul seseorang. Kau sendiri yang mengatur tenaga di tanganmu, sekencang apapun pukulanmu tergantung dari bagaimana kau menyalurkannya pada kepalan tanganmu."

"Berbeda dengan sihir, kau harus mengenali dan merasakan energimu terlebih dahulu. Sewaktu energi itu sudah meluap melalui pori-pori di kulitmu kau bisa memanfaatkan dengan bahasa mantra kuno dari elf," Alazar mengangkat jemarinya memperagakan.

"Tapi kenapa aku tidak merasakan apa-apa," kata Will sedih.

"Kau kurang berkonsentrasi," suara Alazar sedikit menekan.

Alazar bangkit dan melepaskan pakaiannya yang sudah sangat lusuh. Otot tubuhnya tergurat di lapisi kulit tubuhnya yang sudah mengkeriput. Sewaktu iya mengepakkan baju jubahnya dia berkata, "Dasarnya seperti itu, mulai sekarang dan seterusnya katihan kalian berpusat pada mengontrol energi dalam kalian."

Alazar lalu mengedipkan mata, "Aku yang akan mandi dan tidur, meskipun kita berada di wilayah aman tanpa wildster, hewan buas tetap ada di sekitar kita. Kalian harus tetap waspada."

Damar menyeringai kecewa, di sebelahnya, Will mengumpat dan mencaci dirinya.

"Aku masih penasaran, kita bisa mencoba lagi," kata Damar.

"Aku juga."

Mereka berdua lalu berpindah ke atas bebatuan yang tinggi, memanjat sedikit anak batu yang menjulang hingga berada di puncak. Di hadapan mereka terhampar dunia yang masih hijau dan hembusan yang manis. Damar mengisi paru-parunya dengan udara yang penuh.

Sekali lagi Will memejamkan mata, mencoba menghapus semua pandangan di hadapannya dan beralih pada benaknya. Merasakan setiap aliran yang mengalir di dalam pembuluh darahnya dan mencoba memusatkan pada telapak tangannya.

Waktu terus berlalu, hingga cahaya kuning berubah menjadi jingga dan violet, di atas batu, Damar dan Will tertidur pulas akibat latihan sihir yang paling dasar.. ya, paling dasar.