"Ya, berkali kali." Teguh menatapnya, matanya jauh di bawah sinar bulan. Bibir Maylinda mengerucut, dan dia langsung naik ke atas tanpa mengatakan apapun. Teguh terus berdiri, menatap sosoknya yang perlahan menghilang di atas tangga. Hanya malam yang panjang ini bersamanya, dan kepingan kecil asap di antara jari jarinya. Maylinda naik ke atas, dia berdiri di depan jendela dan melihatnya. Teguh masih berdiri di sana, tanpa bermaksud untuk pergi, dan sebuah mobil sport hitam perlahan berhenti di samping. Maylinda menurunkan tirai, menyalakan lampu dan mengambil pakaian untuk mandi. Dia berdiri di bawah air hangat, merasakan bilasan air panas, mengangkat kepalanya, menutup matanya sedikit, dan merasakan tubuhnya sedikit gemetar. Hanya memikirkan malam itu, dia merasa bersalah. Dia adalah ... kakaknya.