Akhirnya Maylinda meninggalkan kediaman itu. Dia meremas ponsel di tangannya dan secara langsung mengikuti Pramono pergi. Selangkah demi selangkah, melewati Teguh tanpa menghiraukannya. Rambutnya yang panjang, melilit bajunya, sudah cukup membuat Teguh jatuh cinta sedetik saja. Akhirnya, dia melewatinya. Pintu itu ditutup, seolah menutup pintu di hati Teguh juga. Dia berdiri di sana, melihat ke tempat tidur dia tidur, melihat segala sesuatu yang kosong. Dia memiliki perasaan seperti dia sendirian di dunia ini.
Perlahan, dia berjongkok dan mengambil batu giok yang telah dipatahkannya sedikit demi sedikit. Meski empat atau lima pecahan, dia tetap mengambilnya dengan hati hati.
