Teguh kembali ke Jakarta dengan penerbangan tercepat. Saat sampai di ibu kota hari sudah larut malam. Dia langsung bergegas pergi ke rumah sakit Sampoerna Group. Kemudian berjalan di lorong rumah sakit, langkah kakinya dingin dan jelas, mendorong pintu kantor dr. Mei, dr. Mei, asistennya, bahkan Santika dan istrinya ada di sana.
Nyonya Santika memegangi tangan menantunya yang sedang hamil dengan satu tangan, melihat Teguh masuk, dan membantu Santika duduk. Wajah Teguh lelah karena terbang untuk waktu yang lama, tetapi tubuhnya masih kencang. Nyatanya, hatinya sedang membara saat ini.