"Arkan, aku mau apel itu." Pinta Cel menunjuk buah di nakas.
Arkan dengan malas mengambilkan, dia menyodorkan ke arah Cel dengan melempar ke pangkuan cewek itu.
Cel cemberut, "Ih, Arkan. Kamu kupas dong, terus suapin aku." Cel selalu banyak mau, membuat Arkan semakin risih dan ingin sekali menyeburkan cewek itu ke sumur angker.
"Lo punya tangan, jangan terus minta gue buat lakuin apa yang lo suruh!" cowok itu menggertak, lagipula Arkan sangat terpaksa melakukannya hanya karena ucapan orang tua Cel.
Cel menunduk, air menumpuk di kelopak mata hampir terjatuh.
"Oke." Arkan dengan kasar mengambil pisau dan mengupasnya, dia dengan tergesa memisahkan kulit dari daging buahnya, menyodorkan kasar ke arah Cel.
"Makasih, sayang."
Arkan ingin sekali muntah di depan wajah itu, terlalu muak jika terus berhadapan dengan cewek yang sudah merangkap seperti penggoda.