Freya melirik Gibran yang sedang tersenyum hangat ke arahnya. Dia sangat berharap sang Papa akan terus ada di sampingnya hingga kapan pun waktunya dia bisa jauh dan menerima dengan kehidupannya sendiri. Freya harus belajar untuk ikhlas dan bersyukur, kali ini dia harus bisa untuk menemukan jalan yang sedang Freya tuju.
"Papa, kenapa belum tidur?" Tanya Freya yang menatap bingung.
Gibran menghela napas halus. "Papa, rasanya mau nemenin kamu di sini, sayang." Ucapnya sambil mengelus rambut Freya lembut.
Freya menampilkan senyuman manis. "Papa, kenapa dari dulu keliatan ganteng terus? Waktu itu sampe temen aku nyangka kalau, Papa, itu malah, Kakak."
"Mana ada kayak gitu. Papa, sudah tua. Mereka mungkin hanya bercanda saja." Gibran tidak begitu memikirkan hal itu semua. Dia hanya ingin melihat puterinya tersenyum seperti tadi.