Chereads / Troublemaker Girl / Chapter 18 - AKIBAT

Chapter 18 - AKIBAT

"Lo tinggal minum obat yang ini." Freya menyodorkan pil berwarna putih lonjong, Arkan menerimanya.

"Arkan, kenapa kamu jadi begini?" Gibran bertanya heran, Arkan yang di kenalnya bukan anak yang urak-urakan, Arkan anak baik.

Arkan menyimpan gelas di bantu oleh Freya, dia menjawab, "Arkan Cuma membela om, tidak ada niat lain.

Sebenarnya bukan hanya Arkan yang sampai masuk rumah sakit setelah perkelahian kemarin. Trian dan Guntur juga babak belur, namun mereka berdua tidak separah yang Arkan alami.

"Kamu yang di hajar? Atau kamu yang menghajar?" Devan menyahut dari arah pintu, cowok itu baru sempat untuk menjenguk teman adiknya.

Arkan bergeming, dia keliru untuk menjawab.

Devan berjalan santai ke bangsal Arkan, tangannya di masukkan ke saku celana kantor, "Arkan, Kakak melihat sendiri apa yang sudah kamu lakukan."

Mata Arkan membulat, dia menelan ludahnya kasar.

Apa yang Devan tahu? tentang perkelahiannya dengan, Richo?

"Maksud kamu apa, Devan?" tanya Gibran bingung.

Devan melirik Papa, nya. "Pa. Kemarin, waktu Devan mau ketemu rekan bisnis baru, Devan ada lihat tawuran di jalan utara. Dan disana, Devan lihat…Arkan hajar Richo."

Freya dan Arkan melotot, Gibran pasti akan menyelidiki kejadian sebenarnya. Gawat!

Mimik Gibran berubah sangar, "Apa bener kamu yang menghajar duluan, Arkan?" suara baritone bergema mengerikan, Freya yakini Papa 'nya akan marah.

Arkan semakin serba salah, Gibran sudah tahu aslinya, "Maaf, om. Arkan yang hajar Richo duluan, karena suatu alasan."

Gibran menghela napas gusar, tangannya memijat pelipisnya yang mulai pening, "Dasar anak muda jaman sekarang." gumamnya.

Freya menatap Arkan kosong, dia masih menunggu cowok itu bicara soal pesan chat itu. Freya sangat penasaran, kenapa Arkan menulis pesan dengan alasan seperti itu.

Apa, Arkan mempunyai rahasia tersembunyi dengan Richo?

Bukankah Freya yang hanya membenci Richo? Arkan memang sahabat Freya saat kelas delapan SMP, tetapi, apa pantas Arkan membenci Richo tanpa sebab? atau karena Freya membenci cowok itu, menjadikan Arkan untuk ikut membencinya juga?

Freya tidak pernah menyuruh siapapun untuk mengikutinya membenci orang, itu juga bukan keinginan Freya sendiri. Freya benci karena ada jelas alasan, sedangkan Arkan?

Karena Arkan tidak menyukai jika Freya di dekati cowok?

Alasan yang mungkin masuk akal, tapi Arkan bukan orang yang suka membandingkan orang bukan?

Untuk apa Arkan mengenalkan Trian dkk pada Freya, jika dia tidak suka Freya dekat dengan cowok lain selain dia?, kecuali Galen yang meminta pertemanan pada cewek itu.

Richo tertawa kencang, mengingat kejadian Arkan terkapar oleh tinjuannya. Beserta teman-temannya yang setia untuk membantu.

"Gue jadi pingin tahu, keadaan dia kayak gimana sekarang." celetuk Reyhan yang masih tertawa.

Jav bertepuk tangan sambil terbahak, cowok itu puas melihat Arkan yang sekarat.

Vano juga ikut, mereka semua tidak ada yang tidak tertawa, kecuali…Marvin.

Cowok itu masih menjadi teman Richo, walau Richo sendiri sudah tidak peduli dengan kehadirannya.

"Tapi sayang, ga ada..Freya."

Marvin mendongak, menatap Ferdi yang ikut serta dalam perkelahian kemarin sore.

Richo menjawab tegas, "Jelas, dia, kan sekarang cewek gue. Ga berani lah lawan suami."

Semua tertawa terpingkal. Marvin mendelik, Richo belum berubah juga. Marvin sering mengingatkan tentang kebaikan pada Richo, dia terkadang berbuat baik, tetapi hanya sebentar. Marvin lebih sering di buat jengkel juga karena perlakuan Richo. Cowok itu memang tidak ada kapoknya setelah dia di larikan ke rumah sakit, pun. Namun, Marvin tidak akan pernah berhenti. Dia berjanji akan membuat Richo menjadi anak yang lebih baik lagi.

"Vin, nanti bawain tas gue, ya. Udah ga sabar mau ketemu bini gue, kangen."

Marvin mengangguk, kebiasaan Richo selalu menyuruh orang. Tapi anehnya, Marvin tidak pernah merasa di repotkan, padahal teman Richo yang lain selalu membantah jika salah satunya ada yang di pekerjakan.

"Nurut banget peliharaan lo." Ferdi menyindir, Marvin terlalu mau di manfaatkan.

Richo tersenyum lebar, "Harus dong, soalnya kalo ga nurut gue bakalan lemparin ke arah buaya yang kelaparan."

"Hahahaha."

Ejek, sindiran atau hinaan sering terdengar di telinga Marvin dengan jelas, memang semua ucapan yang tidak enak pasti di tunjukkan pada dirinya. Marvin cukup sabar dengan itu, karena dia masih dalam prinsipnya.

"Kalo gitu, kenapa tas kita semua juga ga lo bawain, Vin?" Jav menyahut tersenyum miring.

Richo tertwa remeh, "Marvin 'kan cintanya sama gue."

"Hahahaha.."

Selera humor mereka memang terlalu receh, sepertinya hanya Marvin yang jarang tertawa, bahkan nyaris tidak pernah.

***

"Ini alasan Papa tidak merestui hubungan kamu sama, Richo."

Lagi-lagi Gibran mengomel. Devan menatap adiknya nanar, mengetahui Arkan yamg sekarang, bagaimana jika Papa 'nya tahu juga soal Freya? Devan tidak pernah membayangkan apa jadinya nanti.

"Papa ingin yang terbaik untuk kamu. Lihat! Arkan sekarang sudah menentang kepercayaan Papa selama ini. Dia jadi anak yang tidak baik seperti, Richo!"

Dalam hati, Freya juga tidak sudi ada hubungan dengan Richo. Itu semua hanya kesalahan, bukan di sengaja tapi terpaksa.

"Papa, sangat yakin. Di luaran sana ada banyak musuh 'nya Richo. Bagaimana jika salah satu musuhnya itu tahu, kalau kamu pacar Richo..mereka bisa saja macam-macam! kamu mengerti maksud ucapan, Papa?" Gibran berucap tegas, memang selalu begitu, jika anak-anaknya perlu arahan darinya.

Freya menghela napas gusar, "Iya, Pa. Freya paham."

Devan merangkul adiknya sambil membantu berdiri dari sofa, "Kamu istirahat, besok Kakak anterin kamu ke sekolah." ucapnya.

Freya mengangguk, dia berjalan pelan menuju kamarnya yang masih di rangkul Devan.

"Apa kamu di paksa sama, Richo?"

Freya sedikit tersentak, Devan padahal hanya menebak. Lagipula Devan tiba-tiba bicara seperti itu.

Freya menjawab lirih, "Taruhan, Kak."

"What!"

Freya menatap malas, Devan selalu saja belaga terkejut.

"Maksud kamu taruhan apaan?" Devan berbisik, mengingat ada sang Papa di rumah dia harus lebih hati-hati dalam bicaranya yang terkadang tidak bisa terkontrol.

"Kalo dia kalah, Freya bebas..lebih ke-selesai sama permusuhan kita. Tapi, Freya kalah." cewek itu masih menyesal.

Devan masih belum memahami, dia bertanya kembali, "Kamu, kalah?"

Freya menatap Devan lekat, "Freya harus nurut, dan dia jadiin kesempatan itu buat Freya ... jadi pacarnya sampai kelulusan nanti."

Devan menghela napas dalam, Richo memang pengecut. Tidak seharusnya Freya melawan Richo sendiri, jelas Freya akan kalah. Lebih tidak masuk akal, Richo memang tidak menyia-nyiakan kesempatannya untuk memiliki Freya..walau tindakkannya salah.

"Kakak akan bantu kamu, menyelesaikan masalah ini sampai tuntas, janji."

Devan adalah Kakak yang baik. Selain pengertian dan penyayang, dia peduli. Seperti kata Papa, nya. Freya harus mendapatkan yang lebih baik juga, seperti.. Marvin.

"Makasih, ya, Kakak emang baik banget."