Chereads / Pria Dingin / Chapter 33 - Kesempatan

Chapter 33 - Kesempatan

"tolong jauhkan Anna dari gengnya Laurent, aku tidak ingin dia terluka seperti kemarin, " ucap Gibran dengan nada memerintah.

~New Chaps~

Happy Reading 💜🐱

"ck, bukankah kau tak mempercayainya? " Tanya pria berlesung pipit itu dengan wajah kesal yang kentara.

"aku percaya kepadanya hanya saja_"

"tidak sepenuhnya begitu? " Selidik John.

"entahlah, " Sahut pria berkulit putih pucat itu bimbang.

"tapi sekali lagi aku mohon kepadamu, tolong jaga dia untukku, " Sambungnya.

"Kenapa tidak kau sendiri saja bang? " Tanya John heran, padahal didalam hatinya sudah berteriak kegirangan.

"Karena aku yakin sekarang dia pasti sangat kecewa kepadaku tentang perihal kemarin, maka dari itu aku memintamu untuk menjaganya. Aku percaya kepadamu John, jika masalah perbuatan bejatnya Laurent aku sedang menyelidikinya sendiri. " Tutur Gibran panjang lebar.

"baiklah jika itu keinginanmu bang, " Jawab John final.

"ini kesempatanku agar Anna bisa berpaling dari bang Gibran. Maaf bang, aku tidak bermaksud menikammu, ya aku memang egois karena ingin memiliki dia sepenuhnya, " Ujar John dalam hati.

"terimakasih John, " Ucap pria berkulit putih pucat itu sambil tersenyum datar.

John hanya menganggukkan kepalanya saja sebagai jawaban, kemudian "yasudah kalau begitu, aku duluan, " Pamitnya.

"iya, " Jawab Gibran singkat.

Setelah itu pria berlesung pipit itu melanjutkan melangkahkan kaki jenjangnya menuju kelas, sedangkan Gibran berbalik arah lalu berjalan secepat mungkin untuk menghindari gadis agresif yang sayangnya baru disadari oleh dirinya.

Sungguh, dia merutuki dirinya sendiri karena pernah jatuh dalam pesonanya Laurent, namun apa daya semuanya telah terjadi.

"Gibran, tungguin aku! " Panggil Laurent dengan nada manja.

Kali ini pria berkulit putih pucat itu menulikan telinganya, dia terus berjalan menghiraukan Laurent yang mengikutinya dari belakang dengan wajah kesal serta kakinya dihentak-hentakkan.

"ck, kekanak-kanakan sekali, " Cibirnya.

Baru saja sampai diambang pintu kelas 12A, tiba-tiba Laurent sudah ada di sampingnya, tanpa tahu malu dia kembali bergelayut manja di lengan kekarnya Gibran.

"ck, Laurent lepaskan tanganku, " Titah pria berkulit putih pucat itu dengan nada yang tidak bersahabat.

"memangnya kenapa? " Tanya Laurent tak suka.

"Aku malu dilihat banyak orang, " Sahut Gibran malas.

"kenapa harus malu? Kau kan milikku, " Ucap Laurent percaya diri.

"tch, percaya diri sekali kau, sampai kapanpun aku tak akan kembali lagi denganmu, " Jelas pria berkulit putih pucat itu apa adanya.

"Kamu kenapa jadi berubah begini? " Tanya Laurent dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"mungkin itu hanya perasaanmu saja, " Jawab Gibran dengan malas yang sangat kentara.

"sudah ya, aku ingin duduk dengan sahabatku, " Sambungnya lalu melepaskan tangannya dengan paksa.

Setelah itu Gibran segera mendekat kearah sahabatnya lalu mendaratkan bokongnya tepat disamping Adnan.

Sementara itu Laurent memasang wajah kesal yang sangat kentara, hatinya jengkel karena telah mendapatkan sikap pria berkulit putih pucat itu yang menjadi sangat cuek bahkan dingin kepadanya, ini semua pasti gara-gara Anna! Begitu pikirnya.

Krinnnnggggg!

Bel tanda waktu pelajaran pertama sudah berbunyi, pria dewasa berbadan gempal memasuki kelas 11A tanpa ekspresi sedikitpun.

"selamat pagi," Ucapnya.

"selamat pagi pak, " Sahut siswa-siswi kompak.

"siapkan buku paket B. Indonesia, setelah itu bukalah halaman 9," Titah pak guru bername tag Teddy tersebut.

Semua siswa-siswi segera bergegas menjalankan perintah pak Teddy selaku guru yang mengajar B. Indonesia, dengan sekejap mereka sudah membuka halaman yang dimaksud oleh beliau.

"apakah kalian sudah menemukannya? " Tanya Pak Teddy tegas.

"sudah pak, " sahut siswa/i kompak.

"nah, sekarang kalian harus membaca materi tentang pembuatan Surat Kuasa lalu rangkumlah sesingkat mungkin, jika sudah selesai segera berikan kepada saya, " Jelas Pak Teddy penuh penekanan seolah tak boleh dibantah.

Sebenarnya gadis mungil itu tidak berminat sama sekali, baru membaca tema wacananya saja sudah terlihat tidak bersemangat, namun Anna tetap memenuhi perintah dari Pak Teddy selain itu pelajaran B. Indonesia termasuk favoritnya.

'''''

Waktu istirahat pun tiba semua siswa-siswi segera berbondong-bondong keluar dari kelas yang sangat menjenuhkan ketempat tongkrongannya masing-masing, ada yang pergi ke perpustakaan, hanya sekedar duduk santai dipojokan koridor, duduk ditaman, nongkrong dikantin atau warung pojok dan lain sebagainya.

Seperti halnya dengan gadis mungil itu beserta sahabatnya kini sedang duduk ditaman yang berada di belakang sekolah, mereka tak hanya berdua namun juga ditemani oleh John agar terhindar dari amukan Laurent and the gang katanya, padahal itu hanya alibinya (John) saja.

"nah, kalau kita nongkrong disini kan aman, tidak ada yang mengganggu, " Ujar pria berlesung pipit itu sambil tersenyum simpul.

"ya, kau benar John. Selain tak ada gangguan, disini juga sangat nyaman karena udaranya lebih segar ketimbang dikantin, " Sahut Bilqis menimpali.

Wajar saja Bilqis bicara seperti itu karena dia sangat tidak menyukai lambe turah yang berada dilingkungan sekolahnya.

Gadis mungil itu hanya duduk terdiam tak memperdulikan kedua makhluk berbeda jenis kelamin itu yang asyik berceloteh ria, entahlah rasanya akhir-akhir ini dia kehilangan semangat hidupnya semenjak mendengar ucapan Gibran ditempo hari.

Merasakan tak ada reaksi apapun dari gadis mungil itu, membuat mereka reflek menoleh kearahnya. John hampir saja melupakan tujuannya, setelah itu dia segera menghiburnya sedangkan Bilqis hanya menatap sahabatnya dengan raut wajah sendu.

"hey, kenapa lagi hm? " Tegur pria berlesung pipit itu lembut.

"tidak ada apa-apa bang, " Sahut Anna dengan fakesmile andalannya.

"Kamu pasti sedang memikirkan sikapnya bang Gibran yang sedikit berbeda, benar kan? " Ujar John seraya menebak.

"kata siapa? Aku tak memikirkan hal itu sama sekali, " Kata gadis mungil itu dengan nada mengelak.

"barusan aku yang bilang, " Jawab John dengan raut wajah yang sulit diartikan.

"Na, melihat dari wajahmu saja aku sudah bisa menebak isi hatimu. Aku tahu yang ada dipikiranmu tentang bang Gibran, aku tahu kau harus menjauhinya walaupun kau belum tentu sanggup, aku juga tahu tentang perasaanmu kepadanya, aku tahu semuanya, " Sambungnya.

Mendengar ucapan dari sepupunya membuat gadis mungil itu menundukkan kepalanya, dia merasa bersalah karena tidak pernah menceritakan masalahnya kepada pria berlesung pipit tersebut.

"maafkan aku, yang tak pernah menceritakan tentang masalahku kepadamu, " Cicitnya.

"tak apa Na, kamu tidak bersalah. Tapi jangan diulangi seperti itu lagi, ya? " Tutur John lembut.

"senyum dong, mana Anna yang dulu bang John kenal? Anna yang selalu ceria dalam situasi apapun, " Sambungnya dengan kerlingan nakal.

"geli John geli, " Cibir Bilqis.

"hahahaha tahu nih, bukan gayanya bang John banget, " Sahut Anna menimpali sambil tertawa.

"nah gitu dong ketawa, jangan sedih lagi ya, kan masih ada abang dan Bilqis, " Ujar John sambil mengelus kepalanya dengan sayang.

"iya Na, kau harus bisa bangkit, " Timpal Bilqis sambil tersenyum simpul.

"terimakasih, kalian memang terbaik dalam hidupku, " Ucap gadis mungil itu sambil tersenyum haru.

"Na, aku pastikan setelah ini kau akan bahagia, " Batin John sambil tersenyum tipis.

TBC