Chereads / Pria Dingin / Chapter 39 - Permainan (3)

Chapter 39 - Permainan (3)

"semoga misi ini berhasil. " Ucap pria berkulit putih pucat itu dalam hati.

~New Chaps~

Happy Reading ๐Ÿ“– ๐Ÿ’œ

Setelah merasa yakin dengan rencananya kini pria berkulit putih pucat itu melangkahkan kaki jenjangnya dengan santai tak lupa memasang wajah datar andalannya, dia menghiraukan tatapan penuh harap dari beberapa gadis yang haus belaian.

Ah, sepertinya Gibran sengaja semakin memperlambat langkahnya karena dia sangat yakin bahwa gadis agresif itu akan sampai disekolah dalam beberapa menit kedepan. Untuk memastikan dugaannya pria berkulit putih pucat itu mulai menghitungnya mundur.

"lima... "

"empat... "

"tiga... "

"dua... "

"sa.. "

"GIBRAN TUNGGUIN AKU~" Suara teriakan manja itu keluar dari bibir seorang Laurent yang terkenal akan sikap agresifnya.

"ternyata dugaanku tak meleset, " Gumam pria berkulit putih pucat itu dengan suara pelan.

Dalam sekejap Laurent sudah melingkarkan tangannya di lengan kekar pria berkulit putih pucat yang kini sedang melihat kearahnya dengan tatapan yang sulit diartikan, namun itu justru membuat gadis tersebut menjadi salah tingkah.

"Kamu kenapa menatapku seperti itu? Apa ada yang salah dengan penampilanku?" Tanya Laurent sambil tersenyum malu-malu kucing.

"tidak, hari ini kau terlihat cantik dari sebelumnya, " Ujar pria berkulit putih pucat itu sambil tersenyum tipis. "ah, maafkan sikapku yang mungkin sudah membuatmu merasa kesal, " Sambungnya dengan memasang wajah penuh penyesalan padahal itu hanya bualannya saja.

"๐˜–๐˜”๐˜Ž! ๐˜๐˜ฏ๐˜ช ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜Ž๐˜ช๐˜ฃ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ? ๐˜ˆ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ? " Gadis agresif itu menjerit dalam hati.

"kenapa kau diam saja? Apa kau tak memaafkanku? " Tanya Gibran dengan nada lesu.

"Aku sudah memaafkanmu Gib, tentang sikapmu itu sama sekali tidak masalah bagiku, " Sahut Laurent dengan penuh semangat.

"terimakasih, " Ucap pria berkulit putih pucat itu terlihat tulus.

"jangan berterimakasih seperti itu Gib, cukup kau tidak cuek lagi, hatiku sudah sangat bahagia kok, " Tutur Laurent sambil tersenyum tipis.

Pria berkulit putih pucat itu menganggukkan kepalanya pertanda mengerti, namun setelahnya dia memasang seringaian lebar dihatinya.

"๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ถ! " Ujarnya dalam hati.

"baiklah kalau begitu, ayo kita masuk kelas, " Kata Gibran basa-basi memulai aktingnya.

"ayo! " Sahut Laurent semangat.

Mungkin gadis agresif itu tidak menyadari dengan sikap Gibran yang tiba-tiba peduli kepadanya, karena pasalnya Laurent hanya menginginkan pria berkulit putih pucat itu kembali kepadanya.

Tentu saja hal ini mengundang perhatian semua siswa-siswi yang sedang duduk-duduk dikoridor, bisik-bisik tetangga pun mulai terdengar.

'๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ฉ, ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜Ž๐˜ช๐˜ฃ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฑ ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ต ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ช๐˜ณ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ฐ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช? '

'๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ฉ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ, ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ค๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜บ๐˜ข?'

'๐˜ด๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ถ๐˜ด ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ค๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ? ๐˜๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ญ ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ญ๐˜ข๐˜ถ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜จ, '

'๐˜ข๐˜ช๐˜ด๐˜ฉ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ณ ๐˜ซ๐˜ถ๐˜จ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ถ, '

'๐˜ซ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ณ-๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ณ ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ค๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ต๐˜ถ๐˜ซ๐˜ถ, ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ญ, ๐˜ต๐˜ข๐˜ฑ๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜Ž๐˜ช๐˜ฃ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ˆ๐˜ฏ๐˜ฏ๐˜ข, '

'๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ณ! ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ฌ๐˜ช๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ˆ๐˜ฏ๐˜ฏ๐˜ข ๐˜ค๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช๐˜ฌ, ๐˜ต๐˜ข๐˜ฑ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ด๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜จ, ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ง๐˜ณ๐˜ช๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ญ๐˜บ ๐˜ด๐˜ฐ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ค๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜Ž๐˜ช๐˜ฃ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฌ๐˜ญ๐˜ฐ๐˜ฑ'

'๐˜ต๐˜ข๐˜ฉ๐˜ถ ๐˜ข๐˜ฉ, ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ต๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ค๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ช ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ญ๐˜ข๐˜ช๐˜ฏ, '

'๐˜บ๐˜ข๐˜ด๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต๐˜ข ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ง๐˜ข๐˜ฏ๐˜ด ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฑ ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฏ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ช ๐˜ด๐˜ข๐˜ซ๐˜ข ๐˜ข๐˜ญ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข, '

'๐˜ฉ๐˜ฎ๐˜ฎ ๐˜ฃ๐˜ต๐˜ธ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ˆ๐˜ฏ๐˜ฏ๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ซ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ, ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข? '

'๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ช๐˜บ๐˜ข? ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ณ๐˜ถ ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ ๐˜บ๐˜ข? '

'๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ด ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜ต๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ข ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ข๐˜ญ, '

'๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ข๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต? '

Dan begitulah komentar absurd dari siswa-siswi yang merupakan fans gelapnya dari sepasang saudara namun akan lebih sempurna jika keduanya menjalin hubungan sebagai kekasih maka tak heran siswa-siswi menge-๐˜ด๐˜ฉ๐˜ช๐˜ฑ mereka dengan ๐˜ฏ๐˜ช๐˜ค๐˜ฌ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฆ 'Rana' (Gibran & Anna)

Oke abaikan yang diatas.

Kelas XII ๐˜ˆ

Ketika dua makhluk berbeda jenis kelamin itu masuk kedalam kelas dengan posisi yang tidak berubah sedikitpun hampir semua pasang mata memperhatikan mereka, bahkan ada yang sampai menganga dengan tidak elitnya, melotot tak percaya, dan lain sebagainya.

Tapi itu tidak membuat mereka terlihat malu, ups lebih tepatnya hanya Laurent yang tidak mempunyai urat malu sedikitpun. Buktinya sekarang gadis agresif itu semakin mempererat gelayutannya sambil tersenyum sok cantik. Sedangkan Gibran diam-diam mendengus sebal sebab dia merasa risih melihat kelakuan gadis agresif itu, jika tidak mengingat akan misinya mungkin dia sudah memporak-porandakannya dengan kalimat pedasnya masa bodo Laurent akan merasa sakit hati.

"Laurent lepasin ya, apa kau tak malu dilihat banyak orang? " Ujar pria berkulit putih pucat itu lembut.

"kenapa harus malu? Apa jangan-jangan kau merasa malu jika aku manja kepadamu? " Laurent mencerca dengan pertanyaan.

"tentu saja tidak, tapi mengertilah kita sudah berada dikelas jadi kamu jangan membuat kaum jomblo merasa iri akibat melihat kedekatan kita, " Jelas Gibran sambil tersenyum tipis.

"๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ณ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต๐˜ช๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜Ž๐˜ช๐˜ฃ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ญ๐˜ข๐˜จ๐˜ช, ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฑ ๐˜จ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช๐˜ด ๐˜ด๐˜ช๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ค๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ด๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ช๐˜ข ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช. " Ucapnya dalam hati.

"ucapanmu benar juga, tapi jika istirahat tiba aku ingin pergi ke kantin bersamamu, " Sahut Laurent sambil merengek.

"jangankan ke kantin, ingin ke Mall atau kemanapun boleh, " Ucap Gibran dengan smirk samar.

"benarkah? Kamu tidak bercanda kan? " Tanya gadis agresif itu antusias.

Pria berkulit putih pucat itu hanya menganggukkan kepalanya saja sambil tersenyum smirk namun sangat samar sehingga tak ada yang menyadarinya termasuk Laurent sekalipun.

Setelah itu akhirnya mereka duduk dibangku miliknya masing-masing, baru saja pria berkulit putih pucat itu mendaratkan bokongnya sudah mendapatkan tatapan menuntut penjelasan dari sahabatnya.

"ck, kau jangan salah faham dahulu, " Ujar pria berkulit putih pucat itu dengan suara sangat pelan tak lupa decakan kesalnya.

"bagaimana aku tak salah faham, melihatmu berjalan berdua dengan nenek lampir itu? " Cerocos Adnan tak terima.

"sebenarnya aku melakukan itu karena terpaksa Nan, " Sahut Gibran malas.

"aishh setidaknya kau memberitahu alasannya kepadaku, " Gerutu pria berbahu lebar itu sambil mempoutkan bibir plum nya.

"astaga, kau ini lelaki tapi sifatnya seperti gadis yang sedang merajuk kepada kekasihnya, " Cibir Gibran.

"masa bodo, bukankah kau sudah berjanji kepadaku untuk selalu terbuka? " Ujar Adnan menuntut.

"ck, iya, tapi kau harus berjanji kepadaku untuk tidak membocorkannya kepada orang lain, " Jawab Gibran final namun terselip peringatan.

"nah begitu dong, bukannya dari tadi, " Ucap Adnan semangat.

Pria berkulit putih pucat itu merotasi kan bola matanya malas, karena menurutnya sikap Adnan satu sama dengan gadis labil ya walaupun terkadang terlihat lebih mengerikan pada situasi tertentu.

Diam-diam Rama tersenyum samar melihat sandiwara dari pria berkulit putih pucat itu yang entah sejak kapan menjadi teman dekatnya, menurutnya aktingnya patut diacungi dengan jempol karena targetnya tidak merasakan curiga sedikitpun.

Tapi meskipun begitu dia tidak boleh lengah untuk tetap mengawasi gerak-gerik nya karena bisa saja gadis agresif itu tiba-tiba curiga kepada mereka lalu kembali berujung melukai kesayangan ketiga pria tampan tersebut.

'''''

Di lain sisi pria ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ญ๐˜ฆ terlihat sangat tenang namun itu hanya dimata siswa-siswi yang satu kelas dengannya, memang raganya berada disana akan tetapi pikirannya semrawut karena sang pujaan hati masih betah tertidur lemah diatas ranjang pesakitan.

"Na, kapan kamu siuman? Apakah kau tak merindukanku? " Monolognya dengan suara purau.

Hal yang sama pun dirasakan oleh gadis berjuluk ๐˜ค๐˜ฉ๐˜ช๐˜ฑ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ฌ itu, bahkan dia tak peduli dengan penampilannya yang sedikit berantakan karena perasaannya semakin terpukul semenjak melihat sahabat satu-satunya belum siuman.

"hiks.. "

Satu suara isakkan lolos dari bibirnya, air matanya pun keluar dengan derasnya membasahi pipi gembilnya sehingga mengundang perhatian dari penghuni kelas tersebut namun mereka hanya melihatnya dengan raut wajah bertanya sedangkan John yang faham akan suasana hati sahabat kesayangannya (Anna) segera menariknya kedalam dekapan bukan bermaksud apa-apa tapi dia ingin temannya merasa tenang.

"sudah Bil jangan sedih lagi ya, aku yakin Anna pasti kuat menghadapinya selain itu kita juga harus tetap berdo'a meminta kepada Tuhan agar dia kembali bangun dari tidurnya, " Ujar pria berdimple itu lembut.

"hiks,,, t-tapi a-aku hiks,,, t-takut d-dia akan m-meninggalkanku, hiks,,, aku tak mau itu terjadi John, " Sahutnya lirih.

"sstt, kau jangan bicara seperti itu, intinya kita harus yakin bahwa dia bisa bertahan dan tidak akan meninggalkan kita semua. " Tutur John penuh kelembutan.

Gadis berjuluk chipmunk itu hanya menganggukkan kepalanya saja kemudian menarik diri dari acara peluk-pelukan khawatir akan menimbulkan kesalahpahaman.

"makasih John, sudah mengerti perasaanku, " Ucapnya lirih sambil menundukkan kepalanya.

John hanya menganggukkan kepalanya saja meskipun gadis didepannya tidak melihat.

"sebaiknya kau harus membasuh wajah dahulu, matamu bengkak, aku jadi tak yakin jika semalam kau tidur dengan nyenyak, " Ujar pria ber๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ญ๐˜ฆ itu diselingi cibiran.

"Aku begini karena sahabatku, bodoh! " Umpat Bilqis sambil mempoutkan bibirnya.

Meskipun begitu gadis berjuluk ๐˜ค๐˜ฉ๐˜ช๐˜ฑ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ฌ itu beranjak menuju toilet dengan menghentakkan kakinya sedangkan John hanya mampu menggelengkan kepalanya sambil tertawa geli melihat kelakuan Bilqis yang seperti sedang merajuk kepada kekasihnya.

Namun itu berlaku hanya beberapa detik saja karena pikirannya beralih tentang misi besarnya untuk menangkap pelakunya, dia penasaran apakah saudara kandungnya berhasil mengelabuhi nenek lampir sekaligus pelaku yang sebenarnya?

Astaga dia hampir saja melupakan sosok pria berparas ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฆ, bukankah dia juga termasuk orang yang bergabung dalam misinya? Daripada mati penasaran, lebih baik dia bertanya kepadanya saat waktu istirahat tiba, begitu pikirnya.

Disaat sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba pria berparas maskulin menghampirinya tentu saja hal ini membuat John mengernyitkan alisnya seakan bertanya '๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ญ๐˜ถ ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข'?

"Aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu, " Ujarnya tanpa diminta, namun John lebih memilih untuk mendengarkan ucapan yang selanjutnya.

"sebelumnya minta maaf, bukannya aku lancang tetapi aku ingin tahu penyebab kalian terlihat murung seperti itu? Apakah ada yang terjadi sesuatu kepada salah satu dari kalian? " Sambungnya penuh rasa penasaran.

Pria ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ญ๐˜ฆ itu menarik nafasnya dalam, " ya, salah satu dari kami ada yang mengalami kecelakaan hingga kondisinya koma, "

"Astaga, separah itukah? Siapa korbannya? " Tanyanya dengan penuh keterkejutan.

"ya, karena kehilangan banyak darah, apakah kau tahu yang menjadi korbannya adalah sepupuku sendiri?" Jelas John dengan emosi yang teredam.

"Maksudmu Anna? " Tanya Rey memastikan.

"yeah, sudah dua hari ini dia belum siuman, " Sahut John lemah.

"maaf, " Ucap Rey lirih.

"kenapa kau harus minta maaf? " Tanya John heran.

"ya aku minta maaf karena waktu ada Evans aku sempat memihaknya, tapi setelah tahu semuanya aku baru sadar bahwa sepupumu tak seburuk itu, dan ku berharap sekarang dia bisa bertahan dari kondisinya, juga pelakunya cepat tertangkap, " Tutur Rey panjang lebar.

"yang lalu biarlah berlalu, mungkin dia sudah melupakan masalah itu. ๐˜‰๐˜ถ๐˜ต, terimakasih atas do'anya Rey, " Sahut John tulus.

Kring~

Kring~

Suara bel masuk berdering membuat kedua pria tampan itu beranjak duduk di bangkunya masing-masing, sedangkan Bilqis baru saja kembali dari toilet.

Tak lama kemudian pak Tedy masuk dengan wajah datar andalannya.

"buka halaman 03, rangkum lah materinya, jika sudah selesai kumpulkan kepada saya! " Titahnya tanpa basa-basi.

"๐˜ค๐˜ฌ, ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ญ๐˜ถ ๐˜ด๐˜ข๐˜ซ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜จ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ, ๐˜ต๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ต๐˜ข๐˜ฉ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ญ๐˜ข๐˜จ๐˜ช ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ณ๐˜ข๐˜ธ๐˜ถ๐˜ต ๐˜ฑ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ช๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข? " Umpat pria ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ญ๐˜ฆ didalam hati.

"๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข-๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ต๐˜ช๐˜ข๐˜ฑ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ญ๐˜ถ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช ๐˜ต๐˜ถ๐˜จ๐˜ข๐˜ด! ๐˜ˆ๐˜ช๐˜ด๐˜ฉ๐˜ฉ๐˜ฉ ๐˜ซ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ช ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช ๐˜ค๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ช๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ด๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฑ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ช๐˜ณ ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ซ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฏ๐˜ช๐˜ฉ?! " Gumam Bilqis dalam hati.

'''''

"Bang Rama! " Panggil pria ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ญ๐˜ฆ itu sambil melambaikan tangannya.

Sang empu pemilik nama segera menghampiri tempat dimana pria berdimple itu duduki, dia datang bersama sahabatnya begitu juga sebaliknya.

Saat ini mereka sedang istirahat dan sengaja lebih memilih untuk berkumpul di taman belakang sekolah selain suasananya tidak terlalu ramai, mereka juga ingin membicarakan tentang permainan yang telah disepakati, jika dikantin takut akan ada salah satu siswa/i mendengarnya lalu mengadu domba padahal tidak mengetahui kebenarannya.

Ketika pria berparas ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฆ itu dan sahabatnya telah sampai dihadapannya, John segera menepuk tempat kosong disampingnya tanpa banyak bicara Rama dan Devan menurutinya sehingga berbentuk lingkaran, posisinya dimulai dari paling sudut kiri yaitu John-Adnan-Bilqis-Devan-Rama.

Sebelum menyampaikan tujuannya, pria berdimple itu mengeluarkan beberapa makanan ringan beserta minuman untuk berjaga-jaga jika ada yang merasa lapar.

"ambillah, aku tahu kalian pasti lapar, " Ujarnya sambil tersenyum tipis.

"Kau memang ter-๐˜ต๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ต John, tahu saja jika kami lapar, " Sahut Devan dengan cengiran watadosnya.

Pria berparas ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฆ itu mendengus sebal mendengar ucapan Devan yang menurutnya memalukan, aduh kan dia jadi menyesal mengajak sahabatnya.

Sedangkan John tersenyum maklum, berbeda dengan Adnan dan Bilqis yang seperti menahan tawanya karena menurut mereka Devan sangat percaya diri dengan sikap randomnya.

"Kau ingin bertanya masalah apa? " Tanya Rama membuka pembicaraan.

"tentang usahanya bang Gibran, " Sahut John ๐˜ต๐˜ฐ ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ฑ๐˜ฐ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ต.

"Kau tenang saja dia pintar dalam berakting tanpa membuat nenek lampir itu tidak merasakan curiga barang secuilpun, " Jelas pria berparas ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฆ itu apa adanya.

"tapi walaupun begitu kita tidak boleh lengah, bisa saja Laurent tiba-tiba curiga kepada salah satu dari kita sendiri, " Sambungnya.

Awalnya ketiga dari lima orang tersebut tidak mengerti, namun setelah menyebut oknum pelakunya mereka baru faham arah pembicaraannya.

"apa kalian butuh bantuan dari kami bertiga? " Beo pria berbahu lebar itu menawarkan diri.

John menggelengkan kepalanya tidak setuju, "makasih sebelumnya sudah menawarkan diri, tapi kalian cukup menjaga Anna saja takut-takut jikalau ada yang lengah dari kita, Laurent akan kembali mencelakai nya, "

"benar, jika semakin banyak orang yang terlibat maka akan semakin cepat dia mencurigainya, " Timpal Rama.

"tanpa diminta pun aku akan menjaga sahabatku, " Sahut Bilqis tulus.

"selain itu aku tidak akan segan-segan membalas orang yang ingin atau bahkan telah mencelakai nya, " Sambungnya geram.

Keempat pria tampan itu sedikit tertegun mendengar ucapan satu-satunya gadis diantara mereka namun jika dilihat dari manik hazelnya sebenarnya Bilqis tertekan dengan keadaan sahabatnya.

"iya terserah kau saja, " Jawab John final.

"apalagi yang ingin kau tanyakan? " Tanya Rama.

"sepertinya hanya itu saja dulu, tapi jika ada perkembangan dan sebagainya, tolong segera sampaikan kepadaku, " Ujar pria ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ญ๐˜ฆ itu sambil tersenyum tipis.

"oke, " Jawab Rama singkat.

TBC