"Na, aku pastikan setelah ini kau akan bahagia, " Batin John sambil tersenyum tipis.
~New Chaps~
Happy Reading 📖 💜
Di lain sisi tepatnya di pojokan kantin pria berkulit putih pucat itu sudah memasang wajah jengah karena Laurent selalu mengikutinya layaknya lintah darat sedangkan Adnan hanya bisa mendengus sebal melihat kelakuan gadis agresif tersebut.
"Laurent, aku minta tolong kepadamu jangan selalu mengikutiku kemanapun aku pergi, apa kau tidak malu jika disebut gadis murahan? Lagi pula aku masih ada Adnan yang selalu menemaniku, " Ujar pria berkulit putih pucat itu dengan nada jengkel yang sangat kentara.
"kok kamu ngomongnya begitu sih? " Tanya Laurent tak terima.
"ya wajarlah Gibran bicara seperti itu, dia malu telah dijadikan pusat perhatian seantero sekolah, asal kau tahu itu. Mungkin siswa-siswi disini juga sudah menyebutmu gadis murahan dan tidak tahu malu karena selalu mengejar seseorang yang telah menyimpan perasaannya kepada orang lain, " Cecar Adnan panjang lebar.
"𝘵𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘎𝘪𝘣𝘳𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘣𝘢𝘩 𝘨𝘢𝘳𝘢-𝘨𝘢𝘳𝘢 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘴𝘪𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶, 𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘪𝘯𝘨𝘬𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪, 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘬𝘢𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘯𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘎𝘪𝘣𝘳𝘢𝘯, " Bathin Laurent sambil tersenyum licik.
"yaudah maaf, mulai sekarang aku akan berhenti mengikutimu, " Ucap gadis agresif itu dengan tampang sok polos.
Setelah itu Laurent segera berlalu begitu saja meninggalkan pria berkulit putih pucat itu yang bernafas lega, namun berbeda dengan Adnan yang merasakan ada hal tersembunyi dari gadis agresif tersebut.
"Gib, menurutmu aneh atau tidak sih? Bagaimana mungkin seorang Laurent mengenyahkan begitu saja? " Tanya Adnan curiga.
"Kau ini bukannya bersyukur karena sudah tidak akan ada yang menggangguku lagi, malah bicara seperti itu, " Celetuk Gibran kesal.
"tapi Gib, feeling ku mengatakan bahwa dia mempunyai niat buruk terhadap Anna, " Sanggahnya membela diri.
"mungkin itu hanya perasaanmu saja, " Ujar pria berkulit putih pucat itu acuh.
"Ku harap begitu, " Sahut Adnan ragu.
Bukan bermaksud apa-apa, pria berbahu lebar itu hanya merasa ada yang mengganjal dengan sikap tiba-tiba dari Laurent.
'''''
"Kak apa kau yakin dengan rencanamu? " Tanya Nanda ragu.
"bahkan aku sangat yakin Nanda. Aku akan menabraknya sekeras mungkin, tidak peduli dia akan koma atau mati ditempat sekalipun, hanya dengan cara itu lah aku akan mendapatkan Gibran sepenuhnya, " Tutur Laurent dengan tersenyum angkuh.
"hanya orang bodoh yang merencanakan itu, percayalah kau tak akan mendapatkan hatinya melainkan sebuah kebencian yang akan kau terima darinya, " Umpat Bella.
"kenapa kak Bella bicara seperti itu? Oh aku tahu jangan-jangan kau memihak gadis sialan itu kan? Benar kan? " Tanya Laurent tak terima.
"tahu nih kak Bella, harusnya mendukung sahabatnya dong, " Sahut Audi menimpali.
"Aku akan mendukungnya jika dengan cara sehat, tapi maaf kalau menggunakan rencana busuk aku tidak akan ikut campur, karena aku masih ingin menikmati masa muda dengan bebas bukan didalam jeruji besi, " Jelas Bella tegas.
"Kau ini kesambet setan apa sih kak? Biasanya juga kau adalah orang pertama yang paling semangat diantara kita, " Cibir Dea.
"Itu berarti kak Bella menyumpahi kita masuk penjara dong? " Celetuk Nanda kesal.
"Aku baik-baik saja, tidak kesambet apapun, aku bicara seperti ini agar kalian sadar, hidup tidak selamanya indah, " Ujar Bella sambil tersenyum tenang.
"dan kau Nanda, coba kau pikir disaat kalian sudah berhasil mengenai target namun posisi suasananya sedang ramai, kemungkinan besar mereka akan memberhentikan mobil kalian selain itu ada yang menelfon polisi, setelah itu berhasil tertangkap, bagaimana dengan nasib masa depan kalian? Oh, mungkin orang tua kalian sendiri akan membencinya seumur hidup karena merasa malu, anaknya sudah mencemarkan nama baik keluarga," Sambungnya panjang lebar.
"Pikirkan baik-baik sebelum melakukan rencana itu atau kalian akan menyesal, " Bisiknya.
Setelah berbicara seperti itu, Bella segera melenggang begitu saja menghiraukan tatapan tajam dari gadis agresif yang merupakan sahabatnya sendiri, sedangkan ketiga anak buah lainnya sudah membayangkan ucapan menyeramkan dari bibir orang tertua di BB, selain itu mereka menjadi ragu seketika.
"Laurent, kalau dipikir-pikir ucapan kak Bella ada benarnya juga, " Ujar Dea kikuk.
"benar, apa tak ada rencana lain ya? Seperti yang tempo hari itu, " Tanya Audi ragu.
"kalau kalian ragu lebih baik tak perlu ikut serta, lagi pula kalau hal sepele seperti itu sangat mudah, aku juga bisa melakukannya sendiri. Kalau masalah situasi, tinggal menunggu waktu yang tepat, semuanya beres, " Cecar Laurent tak terima.
"tapi kak bagaimana jika seandainya ketahuan oleh orang banyak? " Tanya Nanda khawatir.
"ya tinggal kaburlah, begitu aja susah, " Sahut Laurent dengan nada meremehkan.
"aku tak munafik seperti Bella, dia sok bijak padahal hatinya bahagia melihat kehancuran gadis sialan itu, tapi tidak ingin mengeluarkan usaha apapun, " Sambungnya dengan berapi-api.
"tapi_" ucapan Nanda terpotong.
"kalau kalian keberatan, lebih baik tidak perlu dipaksakan. Aku bisa sendiri dan tak butuh bantuan kalian, " Ucap Laurent sarkas.
Mendengar ucapan Laurent membuat ketiganya saling pandang satu sama lain yang berakhir kembali duduk ditempat duduknya masing-masing.
"oke, kalian lihat saja tanggal mainnya. Aku yakin bahwa rencanaku akan berhasil, " Monolog Laurent dengan perangai angkuh.
Mungkin gadis agresif itu tidak menyadari bahwa sedari tadi terdapat seorang pria bermanik hazel itu menguping pembicaraan tersebut.
Awalnya memang tak sengaja namun setelah mendengar nama yang cukup familiar diindera pendengarannya dia merasa penasaran, jadilah Devan melanjutkan acara 'mari mendengarkan rencana busuk' tersebut, selain itu dia tak lupa merekamnya yang suatu saat nanti sangat dibutuhkan.
"kalau Rama mengetahui hal ini, dia pasti akan mengamuk, " Ujar Devan dalam hati.
'''''
"baiklah anak-anak pelajaran sudah berakhir, kalian boleh pulang, " Ujar Pak Hady tegas.
Semua siswa-siswi segera bergegas mengemasi alat tulisnya masing-masing, setelah itu berhamburan keluar sedangkan pak Hady sudah melenggang kedalam ruangannya.
"Na, kamu yakin ingin pergi ke toko buku sendiri? " Tanya John khawatir.
"iya bang," Sahut gadis mungil itu singkat.
"apa perlu aku antar? " Tawarnya.
"tidak perlu bang, emangnya kenapa? " Ujar Anna heran.
"tidak apa, abang hanya merasa khawatir saja, " Jawab John bimbang.
"𝘬𝘩𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪𝘳 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶, " Sambungnya dalam hati.
"bang John jangan khawatir, aku pasti akan pulang dalam keadaan baik-baik saja kok, " Kata Anna.
Mau tak mau pria berlesung pipit itu mengizinkannya pergi sendirian, walaupun ada perasaan aneh yang sangat mengganjal dihatinya.
"yasudah kalau begitu abang pulang duluan ya, " Pamitnya. "hati-hati dijalan, " Sambungnya.
"seharusnya aku yang berkata seperti itu, " Ucap gadis mungil itu sambil mempoutkan bibirnya.
Pria berlesung pipit itu gemas melihat kelakuan sepupu_ah ralat_pujaan hatinya bertingkah seperti itu sehingga kedua tangannya yang bebas segera mencubit pipinya.
"yakk, bang John pipiku sakit, " Teriak Anna mengaduh kesakitan.
Sedangkan sang pelakunya segera melarikan diri, namun sebelum naik kedalam mobil masih sempat nya John menjulurkan lidahnya.
"awas saja kau, tunggu pembalasanku dirumah, " Celetuk Anna kesal.
"sekarang kau masih bisa manja kepada John atau Gibran, tapi setelah ini jangan harap kau dapat terbangun lagi, " Ucap sang pengintai, siapa lagi jika bukan Laurent.
TBC