Tidak lain dan tidak bukan bahwa Mukti berkunjung ke apartemen bukan untuk mengurus kandungan menantunya. Tetapi untuk merayu satu-satunya anaknya agar melonggarkan keputusan yang baru diambil.
"Apakah ayah takut kita jatuh miskin?" ujar Vincent.
"Bukan takut, Nak. Tetapi bukankah harta adalah segala-galanya? Kita hidup butuh harta. Kau yang akan merawat anak, pasti paham akan hal ini," tanggap Mukti.
"Bagiku tidak, untuk apa memiliki emas yang menggunung jika hati dan pikiran tidak pernah tenang. Aku tahu hampir semua sepupu-sepupuku mengincar posisi yang sedang kududuki. Mereka menyikapinya dengan bermacam-macam pola tingkah laku, ada yang benar-benar sportif ada pula yang curang, ada pula yang gila seperti Gion dan Gigih karena frustasi. Silakan saja jika Dewan Komisaris, ayah, dan penanam saham mencopot jabatanku," ucap Vincent panjang lebar.