Di dalam mobil, Cantika sedikit terbangun, merasa dipegang erat-erat, membuka matanya, tetapi melihat wajah yang dicintai dan sekaligus dibencinya.
Cantika berjuang untuk duduk, tetapi kepalanya pusing, dan tangan serta kakinya tidak mau mendengarkan perintah otaknya.
Dirga melihat ekspresi bingung dan rumit di wajah Cantika, cahaya kabur bersinar dari mata yang tidak terbuka, dan dengan lembut mencium bibirnya.
Setelah ciuman yang panjang dan dalam, napas keduanya menjadi sedikit pendek.
Mata Cantika tiba-tiba menjadi sedih dan kesal, "Jangan berpikir aku akan memaafkanmu!"
Dirga memeluk pinggang elastis Cantika, dengan lembut membelai punggungnya dengan tangannya, dan berkata "Aku hanya bisa menyalahkan diriku sendiri karena terlalu rakus, dan tidak ada yang tahan untuk melepaskannya."