Chereads / Aku dan Kau "bukan kita" / Chapter 27 - RIP

Chapter 27 - RIP

Setelah Acha keluar dari ruangan itu, mereka bertiga mengobrol santai sambil menghabiskan waktu. Tetapi saat hari sudah mulai gelap Amanda dan Ringgo memutuskan untuk pulang. Awalnya Amanda tidak ingin pulang dan ingin menemani Niko di ruangan itu tetapi Niko dan Ringgo memaksanya untuk pulang.

Setelah Amanda dan Ringgo pulang Niko kembali merasa sunyi di ruangan ini. la kembali menatap wajah wanita yang terbaring di ranjang rumah sakit. Wanita yang memiliki mata indah sama seperti mata Niko, tetapi kedua mata indah itu tidak bisa saling bertatap saat ini.

Saat sedang menatap wajah Jania, tiba tiba mata wanita itu terbuka dan langsung mendapati putranya yang tengah menatapnya dari tadi. Niko langsung memeluk Jania kegirangan setelah wanita itu membuka mata.

Akhirnya kini ia bisa melihat mata indah itu lagi. Senyuman langsung terpancar jelas di bibirnya.

Akhirnya mereka menghabiskan waktu untuk bercerita singkat. Niko menceritakan semua kekhawatirannya saat Jania belum sadar. Dan Jania dengan lembut memberikan Niko keyakinan bahwa itu tidak akan terjadi lagi .

....

Paginya keadaan Jania semakin membaik. Jania tahu bahwa Niko paling tidak suka bolos sekolah, maka ia menyuruh Niko untuk tetap pergi ke sekolah hari ini dan menyakinkan Niko bahwa ia akan baik baik saja.

Awalnya Niko tidak tega meninggalkan Jania yang baru sadar. Tetapi karena wanita itu sudah memaksa maka Niko tidak bisa menolak.

Niko pulang kerumah untuk bersiap siap ke sekolah. la membersihkan tubuhnya yang sudah sedikit langket karena tidak mandi selama di rumah sakit. Setelah selesai dengan semua persiapan ke sekolah, barulah Niko menuju ke rumah Acha untuk menjemput gadis itu.

"Loh, kok lo sekolah nik?" Acha binggung setelah melihat kehadiran Niko di depan rumahnya.

"Mama yang nyuruh" jawab Niko seadanya

"Mama lo udah sadar?" tanya Acha antusias

"Terus kalo lo sekolah? yang jagain mama lo siapa?papa?"

"Pembantu yang jagain. papa masih belum angkat telfon"

" yaudah deh kita langsung ke sekolah aja nanti telat." Acha merasa bersalah karena menanyakan tentang Wildan yang ternyata belum juga ada kabar.

...

Bel pulang berbunyi.

"Cha,nanti kita mampir beli rujak dulu yah. mama mesen itu tadi soal nya" ucap Niko sambil memasang helm di kepalanya

"gue boleh gak nanti ikut lo ke rumah sakit?" tanya Acha ragu

"Gue mau liat keadaan mama lo. nanti gue pulang nya naik ojek online aja gakpapa kok."

"Boleh!" jawab Niko sambil memperlihatkan sedikit senyumnya

Niko dan Acha sudah sering berboncengan, tetapi Acha hanya berani memegang ujung jaket yang di kenakan Niko. Walau sudah merasa dekat dengan Niko terkadang rasa canggung muncul di hati Acha, apalagi saat Niko tidak menyebalkan, Acha menjadi semakin canggung.

HP Niko di letakkan di tas nya saat perjalanan menuju tempat penjual rujak. Jadi saat HP itu berbunyi mereka berdua tidak mendengarnya. Karena memang bila ada yang menelfon HP Niko hanya bergetar dan tidak ada nada deringnya.

Setelah sampai di tempat penjual rujak baru lah Niko sadar ada getaran di tasnya.

Ternyata telfon itu dari pembantu Niko yang sekarang sedang merawat Jania di rumah sakit.

Pembantunya memberi kabar bahwa Jania sekarang dalam keadaan darurat, kondisi Jania tiba tiba drop sehingga ia harus di bawa ke ruang ICU.

Setelah mendengar informasi itu Niko langsung buru buru mengajak Acha ke rumah sakit. Dan tidak jadi membeli rujak pesanan mamanya.

Rasa panik Niko di hari lalu muncul lagi saat ini. wajah Niko tampak sangat serius saat mengendarai motornya, sehingga membuat Acha tak berani bersuara. Rasa takut Acha di hari lalu kembali datang di hari ini.

Niko mengandarai motor dengan kecepatan yang tidak normal. Tetapi Acha tak berani mencegah Niko untuk melakukannya. matanya terus terpejam saat ada di bonceng Niko kala itu. Acha sudah pasrah bila ini adalah kali terakhir dirinya menghirup udara.

Tapi ternyata ajal Niko dan Acha belum hadir hari ini.

Setelah sampai di rumah sakit mereka langsung berlari sekencang mungkin ke ruangan Jania sekarang, yaitu ruang ICU. Di depan pintu ruangan itu pembantu Niko menceritakan secara detail bagaimana keadaan Jania tadi.

Niko memukul kepalanya dengan kedua tangan yang ia kepal dengan keras. Niko benar benar merasa bersalah karena dirinya tidak ada di samping Jania saat melewati masa masa sulit.

"NIKOOOOO" Acha menghentikan aktivitas Niko untuk menyakiti dirinya sedikit

"Niko lo harus tenang. Jangan malah nyakitin diri sendiri!" ucap Acha sambil menatap mata Niko yang sudah basah.

Niko sama sekali tidak menatap Acha dan bahkan tidak mendengarkan apa yang di ucapkan Acha, tubuhnya sengaja ia jatuh kan di lantai dekat pintu ruangan itu.

Niko menunduk kan kepalanya agar tidak ada yang tau bahwa ia sedang menangis.Tapi wanita di sampingnya sudah tau bahwa Niko tak bisa menahan butiran air bening itu jatuh dari matanya.

Tidak lama kemudian dokter keluar dari ruangan itu dan memberi tahu kabar yang sangat tidak bisa diterima oleh Niko, Jania telah tiada.

Tubuh Niko kaku di depan dokter itu, Mulutnya seperti tidak berfungsi, bahkan detak jantungnya terasa malas untuk berdetak lagi.

Niko berjalan pelan menuju ranjang dimana jasad Jania di baringkan.

"Maaaaaaaa plissss bangun mah. Niko gak sanggup kalo mama ga ada!" ucap Niko pelan, seakan berbisik pada Jania yang dulu. Berharap wanita itu masih dapat mendengarnya dan kembali membuka mata. Tapi itu tidak akan terjadi karena Jania sudah benar benar pergi untuk selamanya.

"Sekarang mama bilang. mama mau Niko gimana? mama mau apa? pasti Niko lakuin maaaah. Tapi tolong bangun maaa bangun!!!" ucap Niko dengan nada suara yang sangat kuat. suara itu membuat Acha meneteskan air mata yang dari tadi berusaha ia sembunyikan.

Acha menghapus air matanya. Dan membiarkan  Niko meluapkan apa yang  di rasakannya, Acha keluar dari ruangan itu dan menelfon papanya.

"Paaa, kirimin nomor om Wildan sekarang!" ucap Acha dari telfon tanpa basa basi

"Mau ngapain Cha?"

"Acha mau ngasih tau kalo mama nya Niko udah meninggal."

"HA! udah sekarang kamu bantu tenangin Niko dulu biar papa aja yang nelfon papanya Niko."

"Ok langsung sekarang ya pa" ucap Acha dan mematikan telfon buru buru.

Setelah menelfon papanya Acha kembali masuk ke ruang itu dan mencoba berbicara pada Niko.

"Niko, gue tau ini berat. Tapi lo harus berusaha ikhlas." ucap Acha pelan di samping Niko

"Ikhlas buat apa? mama gue belum meninggal Cha. mama gue cuma pingsan bentar lagi bangun kok." ucap Niko dengan semakin banyak air mata yang membasahi pipinya

"Nikooo, jangan kaya gini dong!" Acha memeluk Niko dan ikut terbawa tangis karena kata kata Niko

Niko menangis di pelukan Acha, seperti seorang anak yang menangis di pelukan ibunya.

.....

Setelah semua admistrasi selesai dari rumah sakit. Jasad Jania di bawa ke rumah sebelum akhirnya di makamkan .

Acha terus ada di samping Niko dan berusaha menguatkan pria itu dengan cara terus menggenggam erat tangan Niko.

Niko dan Acha ikut dia dalam mobil ambulance yang membawa jasad Jania. Niko tak lagi menjatuhkan air matanya. Sekarang pandangannya kosong seakan hidup telah berhenti setelah ini.

Setelah mereka sampai di rumah ternyata Amanda dan Ringgo sudah terlebih dahulu menunggu mereka di rumah Niko. Setelah Niko dan Acha keluar dari ambulans, Ringgo dan Amanda langsung menghampiri mereka.

"Niko, lo harus kuat yah" ucap Manda

"Gue tau lo kuat nik." tambah Ringgo sambil memeluk Niko

Tatapan Niko tetap kosong. ia kehilangan semangat untuk hidup karena sekarang dia telah kehilangan sosok perempuan terhebat dalam hidupnya. Perempuan yang membuatnya bernafas hingga hari ini. Dan perempuan yang membuatnya semakin gigih untuk menjadi manusia yang sesungguhnya, sekarang perempuan itu pergi dan hidup Niko terhenti.

"Nik, lo udah makan? makan dulu ya nanti sakit." ucap Manda yang duduk di samping Niko saat menunggu acara pemakaman

"Gue gak laper" jawab Niko datar dengan pandangan lurus ke depan.

"Niko, kalau lagi kaya gini lo ga akan ngerasa lapar tapi tetap harus makan. Mungkin sekarang lo gak ngerasain sakit, tapi nanti kedepannya nya gimana? bukanya lo makin harus dewasa ya setelah ini." ucap Acha pelan pada Niko

"Nik, gue tau sekarang ini lo bener bener gak niat ngapa ngapain, tapi lo harus makan sedikit walau pun gak nafsu. Sekarang mama lo udah tenang di surga jangan ganggu ketenangannya karna ngeliat lo kaya gini!" tambah Acha

"Gue ambilim makanan yah?" pintah Acha.

"Yaudah gue makan tapi dikit aja Cha"

Acha mengambil kan sepiring nasi untuk Niko. Acha ingin sekali menyuapi Niko saat itu, tapi ia tidak ingin ini menjadi masalah baru karena Amanda berada di tempat itu. Akhirnya Acha membiarkan Niko memakan mananya sendiri.

Setelah Niko makan. jenasah Jania di bawa ke kuburan untuk di makam kan.

.....

Para pelayat sudah pulang dari kuburan, tinggallah Niko, Acha, Manda dan Ringgo di kuburan. Saat baru saja Niko ingin berdiri untuk pulang tiba tiba muncul sosok Wildan di pemakaman.

Wildan berjalan mendekati makam istrinya dan menangis di samping makam itu sambil memeluk batu nisan Jania penuh penyesalan.

"Ngapain anda kesini?" tanya Niko yang sudah berdiri tanpa melihat ke arah Wildan

"Ngomong apa sih kamu Niko? kenapa kamu gak ngabarin papa?"ucap Wildan tanpa merasa bersalah dan malah protes.

"Saya gak ngabarin? Saya sudah coba menelfon anda sejak mama kecelakan beberapa hari lalu tapi apa? anda tidak mengangkat telfon saya. Anda sibuk dengan pekerjaan anda." ucap Niko sambil menatap Wildan yang juga sudah berdiri di hadapannya.

"Setiap hari saya coba menelfon anda karna saat mama lagi di rumah sakit mama saya butuh anda. Tapi apa hasilnya? NIHIL!," ucap Niko penuh dengan penekanan

"Sampai mama saya udah di kubur baru anda muncul dan bilang kenapa saya gak ngabarin anda!" tambah Niko mulai emosi.

"Niko, jangan marah marah di depan makam mama kamu." bisik Acha pelan sambil memegang tangan Niko.

"Maaf Niko hp papa yang itu kemaren rusak" Wildan berusaha meraih tangan Nikotapi Niko langsung menepisnya.

"Mau hp anda rusak atau enggak pun tetep aja kan anda gak akan angkat telfon saya. Karena saya dan semua tentang saya ga pernah penting untuk anda!"

"Selalu saja alasan anda sibuk dengan pekerjaan, bahkan sampai saya sebesar ini saya tidak tau apa pekerjaan anda! Yang saya tau anda pulang kerumah hanya untuk memberi tahu bahwa anda masih hidup!"ucap Niko membentak. semua ia luapkan kala itu

"Cukup Niko, jaga cara bicara kamu sama papa. Papa tau kali ini emang salah papa tapi kamu tetep gak pantes ngomong kaya gini sama papa"

"Saya gak merasa punya papa seperti kamu!" ucap Niko mengakhiri perdebatan Dangan Wildan sambil menarik tangan Acha untuk pulang.

.....

Setelah pulang dari kuburan Ringgo dan Manda pulang ke rumah mereka masing masing. Tetapiapi Acha tetep ikut pulang ke rumah Niko. Ia sadar bahwa Niko masih membutuhkan walau hanya untuk sekedar menemaninya.

Acha dan Niko sampai di rumah terlebih dahulu sebelum Wildan jadi Acha sempat ngobrol dengan Niko berdua di rumah.

"Niko, mungkin kali ini papa lo emang udah salah. salah banget.. dan gue emang ga tau seberapa sakit perlakuan papa lo. Tapi lo harus inget Niko sekarang dikeluarga lo hanya tersisa kalian berdua. Kalian gak boleh saling membenci." ucap Acha lembut agar Niko mau sedikit mendengarnya

"Lo boleh kok untuk gak ngomong dulu sama papa Lo untuk beberapa saat ini kalo menurut lo itu lebih baik, tapi jangan marah marah sama papa lo nik. Sekarang ini yang merasa kehilangan bukan cuman lo sendiri tapi dia juga sekarang lagi kehilangan sosok istri " tambah Acha

"Lo gak tau Cha gimana perbuatan papa gue selama ini ke keluarga gue!" ucap Niko pelan sambil menunduk

"Dia gak pernah ada buat kita. Dia hanya mikir tanggung jawab dia itu cuman ngasih kita uang tanpa perlu di barengi dengan kasi sayang!" jelas Niko

"Gue udah terbiasa selama ini hidup tanpa papa, tapi gue gak tau gimana kehidupan gue selanjutnya kalo gak ada mama."

"Gue gak mau sok tau tentang rasa kehilangan sosok mama, karna gue juga belom ngerasain hal itu. Dan mungkin kalau hal ini terjadi sama gue mungkin gue juga sama kaya lo nik. Tapi gue yakin kok lo pasti sanggup ngelaluin ini. Gakpapa sekarang lo nangis, itu wajar. Tapi untuk hari hari berikutnya lo harus lebih kuat."

Saat mereka sedang ngobrol tiba tiba terdengar sebuahmobil yang terparkir di depan rumah Niko. mobil itu milik Wildan.

Wildan keluar dari mobil dan masuk kedalam rumah. Langkahnya berlahan berjalan mendekati Niko yang duduk di ruang tamu bersama Acha.

"Niko, maafin papa kalo sikap papa selama ini memang sangat buruk. Tapi sekarang kamu tinggal punya papah tolong kasi papa kesempatan untuk berubah" ucap Wildan setelah duduk di samping Niko

"Papa juga kehilangan mama kamu. Tapi kalo kita bersatu papa yakin mama kamu juga tenang di sana" tambah Wildan

"ini keadaan sulit, saya gak bisa cepat ngambil keputusan sekarang." ucap Niko tanpa melihat kearah Wildan

"papa tau kamu sayang banget sama mama dan kasih sayang yang kamu terima selama ini cuma berasal dari mama. Tapi papa janji mulai hari ini papa akan lebih peduli sama kamu. Papa akan kasih kamu kasi sayang sama yang kaya mama kasi ke kamu." ucap Wildan dan langsung memeluk putranya. Anak berumur 17 tahun yang sangat jarang ia peluk.

Pelukan dari Wildan akhirnya dirasakan Niko lagi hari ini. Pelukan itu membuat Niko sadar dengan ucapan Acha bahwa tak seharusnya dalam keadaan seperti ini mereka saling membenci.

"Maafin Niko juga pah, tadi udah marah marah sama papa di makam mama." ucap Niko sambil mempererat pelukan Wildan

Melihat Niko dan Wildan bisa sedekat ini sekarang membuat Acha tersenyum lega. Tapi tiba tiba Acha terpikir tentang Lala.

Bagaimana bila Niko tau bahwa Lala jugalah anak dari papanya? dan bagaimana reaksi Niko saat tau Wildan telah membohongi keluarganya selama belasan tahun.

Setelah keadaan di rumah Niko sudah mulai hangat, Acha pamit pulang agar Niko bisa lebih dekat dengan papanya. Tapi Acha harus menunda keinginannya karena dari pintu rumah Niko muncul dua perempuan yang sangat tidak asing di matanya, dia adalah Diana dan Lala.

Lala melihat papanya sekarang sedang berada di rumah Niko dan duduk sangat dekat dengan Niko.