Sudah berhari-hari Kania berdiam diri di kamarnya, Kania enggan keluar meski hanya sekedar untuk makan saja,
Kania terus saja menangis, Kania masih tida percaya kalau anak itu bukan anak Firly.
Kania takut kalau Firly masih membohonginya, bagaimana kalau memang benar anak itu adalah anak Firly.
Maura pasti akan minta balik pada Firly lagi, lalu bagaimana dengan Kania, apa Kania harus kemabali merasakan kehilangan.
"Kania, makan yuk, udah malam sayang, kamu kapan mau makan"
Kania hanya menggeleng tanpa melirik Juli, Kania kerap tak bisa menahan tangisnya jika harus berbicara, entah kalimat apa pun itu.
"kamu kenapa sebenarnya, ada masalah apa, jangan seperti ini dong Kania, jangan buat mamah khawatir"
Kania menggigit bibir bawahnya, Kania tidak mungkin ceritakan semuanya pada Juli.
Juli pasti akan kecewa dan marah pada Firly kalau sampai tahu semuanya, Kania tidak ingin kehilangan lagi tapi kenapa harus seperti ini.