Chereads / Tunawicara Itu Kekasih Ku / Chapter 28 - Masalah Kantor

Chapter 28 - Masalah Kantor

Seperti janjinya diawal, hari ini Revan memulai kembali kesibukannya di kantor.

Revan telah menyelesaikan masalahnya dengan Laura dan juga perihal Laura dan Maura meski hasil akhirnya Laura tetap enggan untuk tinggal bersama Maura.

Maura tidak mempermasalahkan semua itu yang terpenting sekarang mereka telah bertemu dan keadaan sudah sangat membaik.

"hati-hati dijalan ya"

"iya mah, pah Revan pergi"

Revan memasuki mobilnya setelah berpamitan pada Riska dan Angga.

"apa Ervan belum kembali"

"katanya masih banyak pekerjaan di Makassar jadi pulangnya di undur"

Angga mengangguk mendengar jawaban Riska, sesuai permintaan Revan tentang pekerjaan di Makassar, Angga meminta Ervan untuk mengerjakannya menggantikan Revan.

"papah mau ke kantor juga"

"nanti saja, papah masih mau beristirahat"

"ya sudah papah bisa istirahat kan Revan sudah kembali bekerja"

Riska mengajak suaminya kembali masuk dan melanjutkan sarapannya yang masih belum selesai.

---

Revan merasa penuh semangat menuju ke kantor, setelah hubungannya membaik Revan tak lagi merasakan beban yang mengganggu setiap langkahnya.

"aku akan menjaga mu lebih baik lagi Laura"

Revan tersenyum menatap jam dipergelangan tangannya, Revan memutar balikan laju mobilnya menuju warung Laura.

Revan sangat ingin bertemu Laura saat ini, Revan tak akan lagi melewatkan waktu untuk Laura berharap tidak akan ada lagi kesalah pahaman antara mereka.

"aku akan selalu menemui mu Laura, sesibuk apa pun aku akan berusaha agar kita tetap bisa bertemu"

---

Laura tengah sibuk dengan kegiatan memasaknya setelah beberapa waktu lalu Laura meninggalkan warungnya.

"Laura, tumisnya abis dan yang makan kebanyakan menanyakan tumis"

Laura menangguk dan memepercepat gerakan memasaknya, Fitri tersenyum dan kembali ke depan untuk melayani para pelanggannya.

"sabar ya pak, sebentar lagi selesai"

"baiklah baiklah, terima kasih"

Fitri mengangguk dan berpindah pada pelanggannya yang lain.

Revan memasuki warung dan melihat orang-orang yang makan disana cukup ramai.

Revan tersenyum melihatnya, Laura memang hebat dia bisa membuat warungnya sangat ramai dan disukai banyak orang.

"Revan"

"lanjutkan saja, aku akan menemui Laura"

"baiklah, dia sedang memasak tentunya"

Revan mengangguk dan melangkah memasuki dapur, Revan terdiam memperhatikan Laura yang tampak sibuk dengan kegiatannya.

"aku akan sangat beruntung jika memiliki istri seperti mu"

Laura menoleh dan tersenyum saat melihat Revan tapi masakannya tetap menjadi yang utama, Laura kembali melanjutkan memasaknya dan membiarkan Revan yang masih terdiam ditempatnya.

"apa kamu sesibuk itu, aku harus segera ke kantor, kamu tidak mau berbicara dulu dengan ku Laura"

Laura menggeleng tanpa ragu hal itu membuat Revan sedikit kesal.

Revan menghampiri Laura dan memintanya untuk segera berhenti, tapi Laura menolak saat ini yang utama adalah pelanggannya yang sedang menunggu hasil masakannya.

"ayolah Laura sebentar saja"

Laura mengangkat tangannya meminta Revan untuk diam.

"kamu serius dengan itu, kamu yakin"

Laura mengangguk tetap tanpa melirik Revan, Revan benar-benar kesal dibuatnya.

"baiklah, kamu pasti akan menyesal"

Revan berlalu begitu saja meninggalkan Laura yang sama sekali tidak mempedulikannya.

Laura menggeleng melihat kepergian Revan, tapi Laura tidak bisa meninggalkan kegiatannya.

"udah selesai"

"gak jadi, permisi"

Fitri mengernyit dengan sikap Revan yang terlihat kesal.

Revan melajukan mobilnya benar-benar untuk pergi ke kantor, harusnya tadi Revan langsung saja ke kantor tak perlu menemui Laura terlebih dahulu mungkin Revan tidak akan dibuat kesal seperti sekarang.

"awas aja kamu, aku gak akan mau bicara lagi sama kamu, enak aja cuekin aku seperti itu"

---

Setelah melewati perjalanan, Revan akhirnya sampai di kantor.

Parkiran sudah penuh itu artinya Revan paling akhir datang ke kantor.

"bagus sekali Laura, aku jadi terlambat datang ke kantor tanpa menghasilkan apa pun"

Revan melangkah memasuki kantor dengan berusaha melupakan kekesalannya.

"pagi pak, tadi ada bu Keysha datang kesini mencari bapak"

"Keysha, lalu kemana dia sekarang"

"katanya mau cari sarapan dulu, nanti juga balik lagi kesini"

"oh ya udah, kalau datang suruh langsung masuk ke ruangan aja"

"baik pak"

Revan berlalu dari Vanya usai pembicaraannya.

"sepagi ini datang, apa sepenting itu"

"pak Revan"

Revan berhenti dan berbalik untuk melihat sumber suara.

"iya, kenapa Cindy"

"pak, ada masalah dikeuangan perusahaan"

"masalah apa"

"dana yang dikeluargan untuk kerjasama dengan pak Gilang lebih diluar yang ditentukan"

Revan mengernyit, itu harusnya tidak terjadi.

Angga harusnya sudah mengurus semua itu.

"apa pak Angga tahu"

"tidak pak, pak Angga belum datang ke kantor, jadi sekarang saya bilang sama pak Revan saja"

"baiklah, bawa berkasnya ke ruangan saya"

Cindya mengangguk dan berlalu untuk mengambil berkas yang diminta Revan.

Revan terduduk menunggu kembalinya Cindy sembari berfikir penyebab semuanya.

Revan menyalakan laptopnya dan membuka file kerjasamanya dengan Gilang.

"mananya yang salah"

Pintu diketuk dan tentu saja itu adalah Cindy, Revan menyuruhnya masuk tanpa basa-basi lagi.

"mana"

"ini pak"

Revan memeriksa semua berkas halaman demi halaman.

"dari tanggal berapa Ervan pergi ke Makassar"

"dari tanggal 12 pak, sekitar dua minggu yang lalu"

Revan meneliti setiap baris tulisan di berkas, Revan melihat perubahan pengeluaran sama tepat setalah 2 hari Ervan di Makassar.

"sudah tanyakan ini sama Ervan"

"sudah pak, email sama kontak pribadi tapi pak Ervan tidak menjawab"

Revan mengangguk mungkin saat ini Revan mengerti penyebab penarikan yang berlebih itu.

"nanti saya bicarakan dulu sama pak Angga, biar berkasnya disini dulu nanti kalau sudah selesai bisa kamu bawa lagi"

"baik pak, kalau gitu saya permisi dulu"

"silahkan, nanti kalau ada jawaban dari Ervan segera kabari saya"

Cindy mengangguk kemudian berlalu meninggalkan ruangan Revan.

Revan menggeleng berharap apa yang ada difikirannya adalah sebuah kesalahan.

"gak, Ervan gak boleh buat kecewa mamah dan papah"

Revan mengambil ponselnya dan berusaha menghubungi Ervan tapi tak mendapatkan hasil apa pun.

---

Ervan ditemani Riana terlihat sedang bersama disalah satu Restoran di Makassar, Ervan memang mengajak Riana kesana tanpa sepengetahuan orang tuanya dan Riana setuju saja dengan itu.

"enak banget makanan disini, aku suka banget sama makanannya"

"baguslah, kalau kamu suka jadi kita tidak perlu pusing untuk cari makan"

"tapi disini mahal-mahal loh sayang"

"udahlah Riana, yang penting kan kamu bahagia"

"dan aku harap kamu juga bahagia"

"selama kamu bahagia aku pasti bahagia jadi tetaplah kamu bahagia agar aku juga bahagia"

"pasti, kita akan selalu sama-sama bahagia"

"aku senang mendengarnya"

Riana tersenyum dan kembali melanjutkan makannya, Ervan tentu saja akan melakukan semuanya untuk Riana dan semua demi Riana bagaimana pun caranya mereka harus bahagia bersama dan menjadi paling bahagia, itulah yang ada difikiran Ervan saat ini.