Ruangan bernuansa serba putih itu begitu sepi, tak ada suara yang terdengar selain dari pada detik jam dinding.
Firly terdiam menatap kosong langit kamarnya, akhir-akhir ini, Firly lebih senang sendiri.
Menikmati sepi yang setia menemani, Firly merindukan Maura, sudah 3 bulan Maura tidak pernah lagi memberinya kabar.
Kontak Maura tak pernah lagi bisa dihubungi, Firly benar-benar kehilangan wanita itu.
Apa mungkin jika Maura telah menikah dengan Ervan, tapi kenapa Maura harus menghilang begitu saja, tak pernah memberi tahu Firly jika memang mereka telah menikah.
Firly tak bisa seperti ini, sepertinya Firly harus datang ke Jakarta.
Firly bangkit dan melangkah mengambil ponselnya, Firly mencari kontak sekretarisnya dan langsung menghubunginya.
Cukup lama Firly menunggu, karena malam yang memang sudah larut, sudah pasti orang disana juga telah tertidur.
"Sania"
Firly terdiam menunggu kesadaran orang disana terkumpul sempurna.
