Daniel menatap semua berkas yang tak sengaja dirusak oleh Aksa dengan coretan-coretan bertuliskan nama Hana, gambar hati, sampai sebuah tulisan kata yang membuat dirinya merinding membacanya "kangen". Daniel merasa seperti seorang ayah yang sedang menyiduk putranya yang masih ABG main cinta-cintaan. Dan lihat wajah dan ekspresi Aksa yang menggemaskan itu. Usianya yang sudah tidak muda lagi. Tapi kelakuannya persis ABG yang baru mengenal cinta.
" Bapak ceroboh sekali, ini kan dokumen penting yang harus segera diantar hari ini juga oleh Tim Manajemen Promosi ke stasiun TV nya," ucap Daniel dengan tatapan tajam ke arah Aksa.
"So-sorry Niel, saya tidak sengaja. Kamu bisa ulang lagi kan buat dokumennya lagi. Nanti saya tanda tangan lagi," kata Aksa sambil menampilkan wajah sok innocent nya di depan Daniel.
"Bukan masalah tanda tangan Bapaknya aja Pak, kita harus bolak balik ke divisi lain, dan Bapak tahu kalau Pak Wisnu sebagai GM nya sedang berada di luar kota." Kelihatan sekali Daniel hampir manangis karena kerja kerasnya berhari-hari malah rusak gara-gara kecerobohan Bosnya yang terlalu sekali.
"Ya sudah kalau begitu, dokumennya biarkan saja ada coretannya saja, gampang kan?" tanya Aksa tetap arogan membuat Daniel mendengus kesal sambil berjalan menuju mejanya. Mana mungkin dia membiarkan dokumen itu sampai ke sana dengan ada tulisan cakar ayam dari Aksa. Untuk itu dengan perasaan yang kesal luar biasa, Daniel mengulangi pekerjaannya sekali lagi, meskipun dia harus kembali bolak balik meminta tanda tangan persetujuan dari beberapa orang termasuk orang dari stasiun TV itu.
Aksa memandang Daniel sambil tersenyum karena dia tahu Daniel akan bekerja keras agar semuanya kembali terselesaikan dengan baik. Aksa merasa beruntung sudah mempekerjakan Daniel di Hotel Mehesa. Berkat Daniel semua masalah di Hotel menjadi lebih mudah baginya. Dengan bantuan Daniel, Aksa pun yang tadinya blind banget untuk urusan manajemen hotel sudah lumyan mengusai. Daniel bisa membantunya dengan baik.
*** *** ***
Hana yang merasa penasaran dengan kebenaran Intan hamil atau tidak,mencoba mencari tahu. Suatu pagi dia melihat Intan sedang duduk termenung di dalam kamarnya. Hana menghampiri Intan yang sedang melamun itu.Melihat Hana yang datang ke kamarnya, Intan buru-buru berpura-pura sedang membuka laptopnya.
"Kak Intan, boleh aku ngobrol sebentar denganmu?" Hana kemudian duduk di tepi tempat tidurnya. Kedua matanya mencoba menatap wajah Intan yang selalu menghindar kontak mata dengannya.
"Ada apa, katakan!" kata Intan kemudian menatap layar laptopnya. Berpura-pura cuek dengan kedatangan Hana. Dia sedang menyembunyikan sesuatu.
"Apa Kak Intan sedang mengalami kesulitan akhir-akhir ini?" tanya Hana memulai obrolannya.
"Tidak, memangnya ada apa kamu tanyakan itu?" tanya Intan malah berbalik tanya.
"Soalnya aku lihat Kak Intan lebih banyak melamun sekarang," sahut Hana sambil melihat wajah Intan yang mempunyai tatapan dingin itu.
"Aku tidak apa-apa, kenaapa kau mencemaskanku, sekarang fokuslah dengan karirmu yang sekarang sudah mulai menanjak, tawaran film baru sudah mulai berdatangan padaku. Belum lagi tawaran iklan dan menjadi brand ambassador kosmetik yang sudah beberapa kali mengontak aku. Kau sekarang sedang dalam menapak puncak Hana, kau harus fokus dengan dirimu sendiri. Jangan terlalu memikirkan hal yang tidak penting."
"Ini penting juga Kak, Kak Intan adalah Manajerku sekaligus keluargaku di sini, aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk terjadi padamu Kak," jawab Hana mencoba membuat Intan sedikit terbuka padanya.
"Aku baik-baik saja, dan aku bisa mengurus diriku sendiri. Jadi fokuslah pada mu sendiri Hana!" ujar Intan kemudian berdiri dan meninggalkan Hana menuju toilet.
Hana hanya menatap kepergian Intan dengan tatapan penuh penasaran. Kenapa Intan tidak mau jujur padanya tentang kesulitan yang sedang dia hadapi sekarang. Kenapa Intan begitu tertutup untuk urusan pribadinya itu. Apakah dia tidak ingin ada orang yang mau berbagi kesedihan dan kebahagiaannya.
Kemudian mata Hana terpaku pada tempat sampah di bawah meja kerja Intan. Dia sedikit menangkap ada sebuah benda yang tak asing. Hana pun yang merasa penasaran mendekat dan mengambil benda itu yang sudah teronggok di keranjang sampah yang berisi sampah plastik kemasan cemilan dan lain sebagainya. Hana menatap kaget karena itu adalah sebuah tes kehamilan. Dan benar, alat tes itu menunjukkan dua garis merah yang mengartikan kalau itu adalah positif hamil.
"Jadi benar Kak Intan hamil," gumam Hana dalam hati. Hana buru-buru mengambil alat tes itu ke dalam saku bajunya sebelum Intan kembali dari kamar mandi. Lalu buru-buru meninggalkan kamar Intan dengan badan yang gemetar karena saking kaget dan tak percaya dengan sebuah kebenaran yang dia dapati.
*** *** ***
Aksa kemudian mendapat kabar dari Hana kalau memang benar Intan hamil. Bahkan Hana mengiriminya foto bukti alat tes kehamilan dari Intan. Entah kenapa hati Aksa seperti merasakan kalau Daniel akan mendapatkan masalah besar jika benar Intan mengandung benih Daniel.
Aksa memegang kepalanya yang terasa pening dengan kedua tangannya sementara kedua sikutnya menjadi tumpuan untuk menopang wajah dan kepalanya yang terasa berat.
"Bapak kenapa?" tanya Daniel yang tiba-tiba sudah berada berdiri di samping mejanya.
"Astaga, Daniel sekarang kamu punya kebiasaan kayak hantu tahu, sejak kapan kau berada di situ?" tanya Aksa mengusap dadanya karena kaget dengan kemunculan Daniel yang tiba-tiba itu.
"Dari tadi Pak, dan Bapak juga sekarang kebiasaan tidak pernah sadar kalau saya sudah berada di samping Bapak, dan Bapak terlalu fokus." Daniel mencoba membela diri.
"Ah kau ini selalu bisa saja menjawab, ada apa kau kesini?" tanya Aksa sedikit pusing kepala.
"Bapak kenapa, sepertinya sedang mumet?" tanya Daniel.
Aksa memandang wajah Daniel yang tampan dan Aksa merasa silau dengan aura yang dipancarkan Daniel.
"Sinar apaan ini?" tanya Aksa mengerjapkan matanya. Apa itu adalah aura seorang calon ayah. Aksa menjadi iri. Sebentar lagi Daniel akan menjadi seorang ayah dari bayi. Dia merasa tertinggal satu langkah di belakang Daniel untuk urusan kesuburan.
"Apa ada masalah Pak?" tanya Daniel merasa heran melihat wajah Aksa yang terlihat berbeda.
Aksa hanya tersenyum kecut ditanya oleh orang yang sedang dia pikirkan dan dia cemaskan sekarang.
"Memang ada masalah besar Niel, besaaaaaaaaaaaar sekaliiiiiiiii," jawab Aksa dengan ekspresi yang berlebihan.
"Masalah apa Pak, apa masalah Hotel?" tanya Daniel. Perasaannya semua masalah yang dihadapi Hotel Mahesa hampir selesai.
"Daniel, kau ... kamu ... ah ... bagaimana aku menyampaikannya padamu," kata Aksa menjadi bingung.
"Ada apa sih Pak, jangan bikin penasaran aku dong!" kata Daniel merasa cemas juga.
Bersambung besok.
======= **** ====
"Bang Goor .... Bang Gor .... where are youuuu?" author memanggil Agung yang sudah lama sekali dia tak jumpai.
Tapi tak ada sahutan seperti biasanya kalau author memanggil namanya pasti tuh orang nongol dengan senang hati.
"Jangan-jangan dia ngambek karena author udah lama enggak nayangin dia di novel ini?" Author cekikikan.
Sayup-sayup author kok mendengar ada suara yang khas di sinetron ikan terbang.
"Ku menangiiss.... membayangkan ..."
"Hei Bang Gor, kenapa kok datang-datang nyanyi?" tanya author melihat Agung dengan wajah yang melow.
"Betapa kejamnya dirimu atas diriku," sambung Agung
"Ciyeeeeeee ... ada yang ngambek ... Hahhaah"
"Au Ah ..."