Suatu siang,Aksa sedang membereskan semua dokumen penting yang harus dia periksa sebelum dia serahkan kembali ke Daniel.
Suara intercom dari Dian berbunyi.
"Pak Presdir, baru saja saya dapat kabar dari Sekretaris Mr Zayyed , kalau Mr Zayyed sedang dalam perjalanan menuju Hotel Mahesa."
"Apa?"pekik Aksa kaget dengan kabar itu. Kenapa Mr Zayyed datang tidak menghubunginya terlebih dahulu dari jauh-jauh hari.
"Dia sudah di dalam mobil dari bandara langsung menuju hotel, Pak," sambung Dian.
"Baiklah Dian, tolong hubungi GM Hotel untuk menyiapkan kamar terbaik untuk Mr Zayyed!"
"Baik Pak."
Aksa kemudian mencoba menelepon Sekretaris Mr Zayyed meminta konrfirmasi atas kabar yang dia dapatkan.
"Halo, apa benar Mr Zayyed sedang dalam perjalanan ke Hotel Mahesa?" tanya Aksa.
"Ya betul. Mungkin setengah jam lagi sampai sana."
"Kenapa mendadak, biasanya kalau mau berkunjung sering memberi tahu saya sebelumnya."
"Karena Mr Zayyed hanya berniat untuk menginap saja di Hotel Mahesa. Jadi sebenarnya Mr Zayyed tidak ada jadwal untuk membicarakan tentang bisnis. Dia hanya sebagai pengunjung biasa."
"Tapi tetap saja, seharusnya Anda memberi tahu sebelumnya, bagaimana kalau saya kebetulan di luar negeri. Saya tidak bisa melayani dengan baik," ucap Aksa beralasan.
"Maaf, tapi memang Mr Zayyed tidak ingin memberitahu karena beliau ingin berkunjung biasa."
Aksa menghela napas panjang sebelum dia menutup panggilan teleponnya. Lalu celingukan mencari Daniel di ruangannya.
'Kemana tuh orang, sejak kemarin setelah disuruh menghadap ortu Intan, malah sering ngilang tuh anak,'gumam Aksa.
Aksa kemudian menghubungi Daniel dengan ponselnya.
"Hei kau ada di mana?" tanya Aksa panik.
"Ini kan jam makan siang Pak, saya sedang berada di luar," jawab Daniel.
"Kok kamu makan siang tumben enggak ngajak-ngajak?" tanya Aksa sedikit aneh.
"Ma-maaf Pak, tadi saya sekalian ada yang mau diurus juga, ada apa ya Pak menelepon saya?" tanya Daniel.
"Mr Zayyed mau datang ke hotel, sekarang dia sedang menuju perjalanan ke mari, kau cepatkan makan siangmu dan buru datang ke sini!" perintah Aksa.
"Ta-tapi Pak,saya …." Daniel merasa gugup.
"Kamu sebenarnya sedang di mana sih, apa jauh dari Hotel, kenapa tidak makan di restoran hotel ini saja?" tanya Aksa.
"Sa-saya ada di … ya sudah saya akan segera kembali ke hotel Pak," jawab Daniel sedikit gugup.
"Ya, cepatlah!"
Aksa kemudian sedikit tenang setelah Daniel mengatakan akan segera datang. Entahlah tanpa Daniel, dia merasa kurang percaya diri saja. Padahal sebenarnya dia mampu. Hanya saja Daniel kadang menjadi sebuah perisainya dan menutupi kekurangannya dari ketidaktahuannya tentang bisnis hotel.
Dan sekarang Aksa membutuhkan Daniel untuk menemaninya menemui Mr Zayyed untuk menyelesaikan masalah investasi itu. Kalau Aksa ingin mengembalikan seluruh investasi milik Mr Zayyed. Dia tidak mau dibayangi dengan timbal balik dari harga investasi yang diberikan Mr Zayyed.
Hari ini Aksa akan bicarakan itu dengan MrZayyed. Bahwa dirinya dengan Arabella sudah tidak mungkin lagi menikah. Dan ditambah dia akan mengembalikan seluruh investasinya secara utuh.
Tidak peduli Mr Zayyed yang ingin dia tetap menikahi Arabella. Aksa akan membicarakan ini dengan Mr Zayyed, kalau dia akan menyelesaikan hubungannya dengan Arabella secara baik-baik. Pokoknya Aksa ingin hari ini cepat beres urusannya dengan Mr Zayyed. Untuk pertunangan itu akan Aksa batalkan dan masalah investasi itu akan selesai dengan nilai saham peninggalan papanya. Aksa harap semuanya bisa berjalan dengan lancar.
Nikmat mana lagi yang didustakan Aksa.
Semua terasa indah setelah apa yang Aksa lalui ini. Semua rasa sakit dan mumet yang dia rasakan selama lima tahun ini, perlahan akan segera terangkat. Dan tirai kedamaian sentosa bersama orang yang dicintainya akan segera dibuka dan akan segera menjadi milik Aksa.
*** *** ***
Daniel menghela napas panjang setelah mendapat panggilan dari Aksa. Kemudian dia menatap kertas nomor antrian di tangannya. Ditatapnya dengan penuh kasih sayang, karena sebenarnya nomor gilirannya tinggal selang dua nomor lagi. Tapi panggilan bosnya mengacaukan rencananya hari ini. Dengan sangat terpaksa Daniel menyimpan nomor antrian itu ke dalam saku jasnya. Berdiri dari kursinya dan perlahan meninggalkan tempat itu.
Dengan langkah gontai, Daniel meninggalkan sebuah bank. Entah apa yang akan Daniel lakukan di sana, yang jelas dia bukan mengantri untuk menabung uang di sana. Miris.
Sebagai salah satu pegawai yang bekerja dan mempunyai atasan. Daniel memang harus garcep. Begitulah motto dia bekerja. Selama dia bisa gesit dan melakukan semua pekerjaan sesuai dengan keahlian dan keterampilannya dia akan melakukan semua perintah dan pekerjaan dari bosnya.
Seperti yang saat ini lakukan, meskipun dia harus merelakan kesempatannya untuk menanyakan sesuatu di bank, demi panggilan tugas bosnya, dia harus garcep dan harus segera sampai di Hotel Mahesa, tempat dia bekerja.
Daniel kemudian melajukan mobilnya kembali dengan kecepatan sedang. Meskipun dia tetap berusaha sebaik mungkin bekerja dan melayani Aksa. Daniel tetap kepikiran dengan ucapan Aksa kemarin. Dia harus menemui orangtua Intan terlebih dahulu.
Dan Daniel merasa belum siap, karena dia tahu siapa dirinya dan siapa keluarga Intan. Daniel takut dipermalukan. Daniel memang berniat untuk bertanggung jawab dan menikahi Intan atas semua perbuatannya. Tapi Daniel tidak mau, kalau dia tidak bisa menjadi lelaki dan suami yang tidak memenuhi kebutuhan istrinya. Apalagi Daniel tahu, Intan itu seperti apa. Daniel ingin membahagiakan wanita yang akanmenjadi istrinya dengan uangnya sendiri. Bukan uang wanitanya.
Jadi sebelum Daniel menemui orangtuanya Intan. Daniel ingin mengecek tabungan depositonya bisakah dia ambil sebelum jatuh tempo deposito itu berakhir. Daniel siap-siap saja kalau harus melamar dan mempersiapkan pernikahan. Setidaknya dia harus punya uang untuk membuktikan kalau dirinya mampu menafkahi calon istrinya. Meskipun sebenarnya deposito itu masih dua tahun lagi cairnya. Tapi karena ucapan Aksa yang menyarankannya untuk segera menikahi dan bertanggung jawab atas perbuatannya sebelum perut Intan membesar dan mungkin keluarganya akan malu kalau sampai putri cantiknya hamil di luar nikah.
Belum sempat dia berbicara dengan customer service bank-nya. Daniel keburu di telepon Aksa untuk segera kembali ke Hotel. Dan tentu saja Daniel tidak bisa sertamerta menolak, meskipun ini sebenarnya masih jam makan siang, jam istirahat bagi seluruh karyawan. Namun tidak jika itu urusannya dengan Aksa, dalam kondisi apa pun, dia mau tidak mau harus menuruti permintaan bosnya itu. Seperti ada sebuah kontrak tidak tertulis, kalau dirinya harus mengedepankan kepentingan bos dan perusahannya di atas kepentingan pribadinya sendiri.
ABBAB. Asal Bos Bahagia Aku Bahagia. Demikian semboyan kuno ala macam seorang kasim kepada rajanya yang dianut Daniel.
Bersambung …
"Bang Gor sehat?" tanya Author saat menjumpai Agung yang sedang duduk melamun di studio imajinasi author.
"Baek banget Mak Kong, nanyain kabar gue," sambut Agung dengan tatapan cuek ala Bang Gor.
"Yey … kayaknya ada yang rindu sama Bang Gor tuh, dia lagi mainin ponsel sambil senyum-senyum baca part ini!" kata author membuat Bang Gor semangat.
"Masa sih Thor, ikh senengnya dikangenin. Makanya kapan dong aku muncul lagi?" tanya Agung.
"Tenang aja Bang, betewe gimana kabar ulet bulu Bang, apa sudah menjadi kepompong dan berubah jadi kupu-kupu cantik?" tanya Author somplak.
"Apaaan sih thor gaje deh, yang jelas ulet bulunya dah berubah jadi Thanos, puas loe!" Agung ngambek.
Hhahhahaa …. Sok like komennya jangan lupa vote Batu Kuasa