Intan terduduk lemas sambil memegang sebuah stick yang di tengahnya terdapat layar indikator dua tanda garis.Matanya berair dan wajahnya terlihat pucat. Sedangkan bibirnya bergetar hebat.
"A-aku hamil, bagaimana ini?" Intan memegang alat tes kehamilan yang baru dia beli tadi pagi. Dia awalnya tak menyadari perubahan tubuhnya. Nafsu makan yang besar dan periode datang bulan yang tak kunjung datang adalah indikasi kalau dia sedang mengandung.
"Semua gara-gara malam itu, aku seperti wanita murahan, dan sekarang hidupku hancur gara-gara ini!" Intan mengumpat pada alat tes itu.
"Aku harus bagaimana sekarang, haruskah ku lenyapkan janin ini?" tanya Intan bergumam dalam hati. Dia sungguh tak bisa menerima kenyataan ini. Sudah menyerahkan kesucian pada orang asing saja dia merasa dihantui perasaan bersalah setiap hari. Dan sekarang harus ditambah dengan janin hasil buah kelakukan laknat dan murahan dirinya pada lelaki yang bahkan baru dia dengar sekali namanya. Daniel.
Intan kemudian terisak dengan nasib buruknya sekarang. Sebuah penyesalan terdalam pun tak bisa mengembalikan kesuciannya dan tak bisa menghapus janin yang sudah tertanam di rahimnya. Hanya dua pilihan, mengugurkannya atau mempertahankannya. Kalau dia menggugurkannya apakah itu aman, Intan sangat takut dengan resikonya. Tapi kalau dia mempertahankan kandungannya, apakah keluarganya akan menerima kalau dirinya mempertahankan kandungan tanpa ayah kandungnya. Dua pilihan sulit yang tak bisa dia pilih sesuka hati.
Tok tok tok
Suara pintu kamar mandi diketuk oleh Hana di luar. Mungkin Hana merasa khawatir karena dirinya sudah terlalu lama di dalam kamar mandi.
"Kak Intan, apa Kakak baik-baik saja?" tanya Hana.
Intan kemudian buru-buru menghapus airmatanya supaya Hana tidak curiga kalau dirinya baru saja menangis karena mengetahui dirinya sedang hamil. Pintu kamar mandi dibuka dan terlihat Hana memasang wajah cemas.
"Apa kau ingin empup juga?" tanya Intan mencoba mengalihkan perhatian Hana.
"Enggak kok Kak, aku daritadi perhatiin Kakak yang lagi ada masalah, terus ditambah Kakak lama banget di dalam, aku pikir Kakak tadi pingsan di dalam," kata Hana merasa khawatir yang berlebihan.
"Maaf, aku lama karena empupku susah," jawab Intan cuek lalu meninggalkan Hana sambil menyembunyikan alat tes kehamilannya.
Hana pun sudah tak aneh dengan sikap dingin dan cuek Intan kepadanya. Yang terpenting sebenarnya hati Intan baik padanya. Meskipun memang Hana kadang merasa kasihan melihat Intan yang suka termenung, sedih dan murung akhir-akhir ini.
Bagi Hana, Intan adalah pengganti keluarganya selama di LA. Selama lima tahun Hana telah hidup bersama Intan. Jadi dia sudah terbiasa dengan sikap dan karakter Intan yang begitu. Hana tak pernah melihat wajah Intan ceria dalam waktu yang lama. Lebih sering terlihat murung dan sedih dibanding wajah yang penuh senyum dan ceria.
Hana yakin kalau perubahan sikap Intan yang menjadi lebih pemurung ada hubungannya dengan sekretaris pribadi Aksa, yaitu Daniel Chan. Dan mau tidak mau Hana harus menanyakan ini pada Aksa, walau bagaimanapun dia harus tahu apa yang terjadi dengan mereka berdua.
*** *** *** ***
Aksa terus memperhatikan tingkah Daniel di meja kerjanya. Entah berapa kali Daniel bolak- balik ke toilet untuk muntah-muntah. Aksa semakin yakin kalau Daniel sepertinya mempunyai ikatan batin dengan Intan. Dan Aksa juga penasaran, apa benar Intan hamil dan ada hubungannya dengan perubahan kesehatan Daniel.
Dan saat Daniel untuk ke sekian kalinya berdiri dari tempat duduknya lagi dan Aksa sudah menduga Daniel akan kembali muntah-muntah lagi. Aksa sampai kasihan melihat penderitaan Daniel itu karena dia juga pernah merasakannya.
"Niel, minum obat dari dokter tadi biar enggak terus-terusan ke toilet!" sabda Aksa berperan sebagai Bos yang perhatian dengan anak buahnya.
"Udah Pak, tapi ...."
"Kamu masih mual dan muntah lagi sudah minum obat juga?" tanya Aksa.
"Bukan Pak, sekarang bukan mau muntah Pak, tapi perut saya tiba-tiba mules, mungkin gara-gara bumbu rujak tadi yang pedes, saya sekarang ... aduh enggak tahan Pak, sorry Pak!" teriak Daniel sambil berlari menuju toilet.
"Eh busyettt ... somplak bener anak buah satu ini. Hey kamu udah ngeluarin baunya di sini!" teriak Aksa kesal sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahnya. Percuma Aksa berteriak karena si empunya bau sudah berada di toilet.
"Ya kalau tidak biasa makan pedas, ngapain dia nekat makan yang pedes coba, eh apa bawaan si jabang bayi," gumam Aksa masih bulat keyakinannya kalau Intan memang sedang hamil.
Aksa kemudian menelepon Hana, mudah-mudahan dia belum tidur pikirnya.
"Oh iya, jam segini kan di sana baru jam delapan malam, jadi kayaknya dia belum tidur," batin Aksa.
Setelah bunyi nada dering ke tiga, panggilan teleponnya baru diangkat Hana.
"Assalamualaikum sayang," sapa Aksa dengan nada manja.
"Waalaikumsalam Kak,"jawab Hana.
"Kamu lagi ngapain Yang?" tanya Aksa.
"Lagi nyiapin baju untuk besok malam acara," kata Hana.
"Acara apa?" tanya Aksa ingin tahu.
"Makan malam sama Kyle dan produser, dan juga pemain lainnya dalam rangka perayaan karena sukses film The Most Wanted Girl masuk box office," jawab Hana.
"Wah keren dong, dapat bonus dong?" goda Aksa.
"Hehehee, bisa jadi dapat."
"Selamat ya sayang," kata Aksa.
"Makasih juga Sayang udah dukung dan doakan aku."
"Eh tapi besok kamu makan malam sama si Zack juga dong?" tanya Aksa dengan nada cemburu.
"Iyalah, dia kan juga pemain."
"Ckk ..."Aksa terdengar tak suka.
"Kenapa Kakak menelepon aku?" tanya Hana.
"Ya karena kangen dengar suara kamu Yang, ikh pake nanya kenapa lagi,"kata Aksa merajuk seperti anak kecil dengan memegang sebuah pulpen. Bahkan tak sadar Aksa mencoret coret dokumen kontrak Hotel Mahesa dengan sebuah televisi nasional dengan nama Hana.
"Iya pasti kangen sama aku, tapi tumben aja, enggak chat dulu kalau mau telepon?" tanya Hana.
"Oh itu, aku mau tanya sama kamu ..." Aksa menggantung ucapannya.
"Tanya apa?"Hana terdengar agak kesal karena Aksa yang tak meneruskan pertanyaanya.
"Kamu akhir-akhir ini sedang kepengen makan apa gitu, terus kamu suka sakit enggak perutnya, lagi suka makan pedes atau yang asem-asem gitu?" tanya Aksa bertubi-tubi.
"Eh maksud Kakak apa nih, kok pertanyaannya kayak nanya orang yang lagi ngidam aja?" tanya Hana mulai curiga.
"Iya, aku tanya aja, waktu di Berlin kan, kita sempat itu, aku takut kalau itu jadi Baby R jilid 2," kata Aksa.
"Oh jadi Kakak penasaran aku ngisi atau enggak?" tanya Hana sambil menahan tawanya.
"Eh iya gitu maksudnya?" tanya Aksa, dia juga waswas. Gara-gara Daniel ngomong kalau bisa jadi Hana hamil juga. Jadi dia kepikiran terus kalau Hana hamil.
"Enggak kok Kak, malah aku datang bulan sudah dua kali," jawab Hana menahan geli karena Aksa sepertinya berharap sekali dia mengandung.
"Oh gitu," terdengar jelas nada kecewa dari Aksa.
"Enggak apa-apa kok Kak, kita bisa coba lagi, terus remedial lagi,siapa tahu nanti jadi Baby R kita yang ke dua," kata Hana langsung sontak membuat Aksa berdiri dari kursinya.
"Bener, gimana kalau sekarang?" tanya Aksa bersemangat.
"Ngaco kamu Kak, kita kan LDR." Hana mencoba mengingatkan kondisi mereka yang sedang LDR an.
"Andai aku punya karpet Aladin, pengen terbang langsung ke LA sekarang juga," khayal Aksa.
"Sabar nanti juga ada waktunya, oh ya Kak, aku jadi inget, mumpung lagi ngobrol nih aku ada pertanyaan," kata Hana terdengar serius sekarang.
"Tanya apa sayang?"
Hana mau langsung bertanya sama Aksa, Tapi dia terlihat bingung mau menanyakan hal itu bagaimana dan dari mana awal dia harus memulai pertanyaannya mengenai Intan. Aksa masih sabar menunggu Hana yang ingin menanyakan sesuatu padanya.
Bersambung ...
Jangan lupa untuk melempar PS nya temen. Komentar juga biar kita lebih akrab.
Eeaaaa