Daniel buru-buru mengambil tisu dan mengelap wajah Aksa yang kena semburannya tadi.
Aksa pun kemudian mengambil tisu dan mengelap sendiri wajahnya dengan menggerutu kesal pada Daniel.
"Ma-maaf Pak, soalnya tadi Bapak ngomongnya bikin kaget."
"Gawat itu Niel, kalau benar Intan hamidun ... kamu bisa kena masalah besar."Aksa menakut-nakuti Daniel.
"Pak jangan menakuti aku kayak gitu dong, memangnya Bapak tahu dari mana kalau dia hamil?" tanya Daniel.
"Gejalanya persis kayak aku dulu, mual muntah dan seneng makan buahan-buahan. Dan biasanya sindrome ini kata dokter hanya terjadi jika si ayah jabang bayi memiliki ikatan kuat dengan ibunya dan calon anaknya!" kata Aksa.
"Ah masa iya Pak seperti itu, berarti aku punya ikatan kuat begitu Pak. Dan ... oya memangnya Hana pernah hamil Pak?" tanya Daniel tidak percaya.
"Ya pernah cuma keguguran, " kenang Aksa sedih mengingat Baby nya.
"Tapi bagaimana Bapak bisa yakin Intan hamil, aku saja kaget setengah mati, terus gimana dong Pak, aku bakal jadi ayah dong.Wauuuu ... kok aku jadi deg-degan gini Pak," seru Daniel memegang dada sebelah kanannya.
"Sejak kapan jantung kamu pindah ke kanan, ngaco!" kata Aksa melihat omongan dan gestur Daniel yang tidak sesuai.
"Oh iya sebelah kiri Pak, jantung saya!" ralat Daniel kemudian memegang dada kirinya. Pantas saja dia tidak menemukan detak jantungnya padahal terasa deg-degan. Dia sempat mengira mati karena tak menemukan detak jantungnya di dada kanan.
"Kok aku tidak percaya ya, omongan Bapak itu, masa iya Intan bisa hamil?" ucap Daniel.
"Nah kamu ngerasanya gimana waktu itu, di dalam apa di luar?" tanya Aksa penuh selidik.
Daniel yang polos banget urusan itu dan malu sekali kalau dia harus menceritakannya secara detail pada Aksa, apalagi Aksa adalah atasannya.
"Enaknya di dalam kan?" tanya Aksa seolah dia sedang berbicara dengan anak baru gede yang baru tahu masalah itu.
Daniel menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Ragu dan merasa risih dengan pertanyaan Aksa.
"Kalau benar Intan hamil sama aku Pak, aku harus bagaimana, aku takut dicincang orangtuanya?"tanya Daniel dengan sorot mata anak SD yang ketahuan mengantuk di kelas oleh guru dan tak mau dihukum setrap.
"Hffft ..."Aksa menarik napas panjang pertanda dia juga bingung harus bagaimana.
"Pak, tolongin aku Pak!" kata Daniel memohon.
"Untuk lebih jelasnya kita harus tanyakan dulu ke orangnya, apa benar dia hamil?" kata Aksa.
"Bagaimana caranya, dia sendiri susah di ajak komunikasi. Nomorku diblokir, boro-boro nanya.Hanya ingin say hai saja juga susah."
Aksa ikutan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bingung juga dengan masalah yang dihadapi Daniel. Mau tidak mau dia harus mengatakan yang sebenarnya pada Hana. Kalau malam itu Daniel dan Intan sudah melakukan sesuatu yang sama dengan mereka.
"Pak ... jangan-jangan istri Bapak juga hamil?" tanya Daniel membuat jantung Aksa tiba-tiba berdegup kencang.
"Apa?Benarkah, bisa jadi itu?" Aksa tiba-tiba senyum tidak jelas.
"Bapak enaknya di dalam ya?" tanya Daniel balas dendam yang langsung dibalas tunai dengan toyoran tangan Aksa di jidatnya.
"Aku sudah sah dan halal, lah kamu, nikah juga belum dah mau punya anak, pasti kalau Papanya Intan tahu, golok melayang tuh di muka kamu!" teror Aksa membuat Daniel pucat lagi.
"Pak terus aku harus gimana ini, aku enggak takut golok sih Pak, tapi kalau Golok Pembunuh Naga Thio Bu Ki aku takut," ucap Daniel ngaco.
"Harrrueh ... mau tidak mau kita memang harus segera menemui mereka."
"Benerkah, kita ke LA?" tanya Daniel melonjak-lonjak di kursinya
"Giring banget kamu mau ke LA." Aksa tidak percaya segitu senangnya Daniel.
"Nidji dong."
"Terserah kamu mau ngomong apa, tapi kerjaanmu itu harus beres minggu ini, baru kita bisa santai ke LA."
"Siap bos,aku rela lembur dua puluh lima jam pokoknya." Daniel kemudian buru-buru menghabiskan rujak mangganya.
"Nah lho, mana katanya kamu tadi nawarin rujaknya. Malah dihabisin lagi," kata Aksa gemas lalu mulai melanjutkan perjalanannya.
"Ya Bapak lambat sih, tapi masih ada bumbu rujaknya nih Pak, enak kok, bapak coelnya sama jari Bapak aja!" kata Daniel bercanda.
"Somplak bener punya anak buah," gerutu Aksa kemudian fokus kembali dengan setir mobilnya.
****
Tengah malam di LA, Hana merasa haus sekali. Dia terbangun dan mendapati gelas di nakasnya sudah kosong. Mau tidak mau dia harus ke dapur dan mengambil air minum. Sambil terkantuk-kantuk Hana berjalan menuju dapur. Lampu di lorong menuju dapur memang dalam mode remang-remang, jadi Hana sedikit berjalan menyasar menuju dapur dengan kondisi mata yang sedikit mengantuk. Sampai di dapur, Hana kemudian menyasar saklar lampu karena dapur gelap dan dia tidak bisa melihat dengan jelas.
Ceklek
"Astaga."
"Ya Ampun."
Hana terkejut melihat Intan di meja makan. Begitu juga Intan kaget melihat Hana yang datang ke dapur.
"Kak Intan,sedang apa Kak?" tanya Hana heran melihat Intan yang sedang makan mie rebus dalam keadaan gelap.
"Aku sedang makan, kenapa?" tanya Intan dengan tatapan dinginnya lalu melanjutkan makan mie nya.
"Kak, tidak baik lho tengah malam begini, Kakak makan mie isntan," ujar Hana sambil membuka pintu kulkas dan mengambil sebotol air mineral. Lalu menarik kursi di meja makan duduk di depan Intan dan menuangkan air ke dalam gelas.
"Mau gimana lagi, bangun-bangun aku lapar," kata Intan cuek tak memusingkan larangan Hana.
"Akhir-akhir ini, Hana perhatikan Kakak sering makan, apa Kakak sedang minum obat nafsu makan?" tanya Hana menanyakan keheranannya.
"Tidak juga," jawab Intan pendek.
Hana menatap heran dengan perubahan porsi makan Intan. Kalau bukan makan obat nafsu makan, lantas kenapa Intan seperti itu. Apa mungkin karena stress karena jadwal nya yang padat. Jadi membuat Intan cape dan jadi doyan makan.Bahkan Hana bisa melihat pipi Intan yang sedikit mulai chubby.
Intan sudah menghabiskan mie instannya, lalu dia berdiri dan mencuci mangkok bekas mienya itu. Hana juga bersiap kembali ke kamar lagi. Tapi dia tiba-tiba merasakan ada sesuatu yang keluar dari area sensitifnya.
"Astaga, kok aku datang bulan lagi sih ini, padahal dua minggu yang lalu baru juga dapat!" kata Hana berteriak dan buru-buru masuk ke kamar untuk mencari pembalut.
Mendengar Hana yang heboh karena datang bulan Intan hanya tersenyum. Tapi tiba-tiba dia teringat sesuatu ketika mendengar Hana datang bulan lagi, sementara dia belum sama sekali mendapatkan periode datang bulannya.
Tubuh Intan bergetar karena menyadari satu hal. Dia belum datang bulan setelah kejadian malam itu di Berlin. Mungkinkah dia ....?
Intan shock dan merasa limbung. Dengan terhuyung-huyung dia menuju kamarnya. Ketakutan, cemas, sedih,semua bercampur menjadi satu. Dia belum tahu pasti sebelum mengetesnya dengan alat tes kehamilan. Tapi belum apa-apa Intan sudah merasa takut.
Bersambung …
= = = Catatan Author = = =
Author : Beli telur asin ke Brebes
Reader : Cakeeeeep
Author : Beli mendoan ke Pasar Beringharjo
Reader : Cakeeeeepp
Author : Cuma mau ngingetin Readers
Reader : Cakeeeeep
Author : Jangan lupa lempar Power Stone Yoooo
Aksa : Yang pelit nanti aku gentayangi!!!!!!!!