Chereads / The Remarriage / Chapter 15 - Setor Jawaban

Chapter 15 - Setor Jawaban

Setelah merasa tahu jawaban dari tugas Bang Gor alias Bang Agung. Aksa pun kembali menemui Agung di rumahnya setelah pulang dari rutinitas pekerjaannya. Saat itu Shanum sudah tidak meneriakinya penculik seperti kemarin. Tanpa malu Shanum langsung menyambut Aksa dan menarik tangannya yang baru saja turun dari mobil.

"Papamu sudah pulang?" tanya Aksa senang saat Shanum menggandeng tangannya. Aksa membayangkan kalau Shanum adalah Baby A nya dulu keguguran.

"Sudah Om, sekarang sedang mandi. O ya Om, robot yang kemarin Om kasih udah Shanum kadoin lagi untuk teman Shanum yang kemarin ultah."

"Lho, bukannya kemarin katanya mau kamu kasih ke pacar Shanum?" tanya Aksa heran.

"Iya maksudnya pacar itu teman Shanum itu yang ulang tahun."

"Jadi teman ya, cuma kamu anggap pacar, Hahahaaha." Dasar Om enggak ada akhlak malah menggoda keponakannya itu.

"Pacar Shanum ada tiga Om, cuma yang Ultah itu belum jadi pacar Shanum."

"Eiits dah ni anak kok jadi begini, Shanum tahu enggak pacar itu apa?" tanya Aksa penasaran.

"Pacar itu orang yang suka makan bareng dan jajan bareng di sekolah sama kita," jawab Shanum polos.

"Heemmm, jadi Shanum itu hanya menganggap orang yang suka makan bareng dan jajan bareng dia anggap pacar. Dasar bocah. Jangan-jangan kalau ada anak laki-laki satu sekolah yang mengajak dia jajan bareng semua bakal dia akui sebagai pacar," pikir Aksa dalam hati.

"Anakmu ini Bang Gor, polosnya kayak siapa sih?" gumam Aksa pelan.

"Om, Om Aksa ini siapanya Tante Hana?" tanya Shanum.

"Suaminya Tante Hana lah."

"Oh, kok Tante Hana enggak tinggal sama Om Aksa sih, kayak Mama dan Papa?" tanya Shanum kritis.

"Hmmmm, soalnya Tante Hananya sedang sibuk di luar negeri, jadi Om tinggalnya sendiri deh."

"Kasihan Om, pasti Om Aksa kesepian deh," oceh Shanum lagi seperti orang dewasa.

"Kok kamu bisa ngomong kayak gitu, siapa sih yang ngajarin?" tanya Aksa gemas dengan ucapan Shanum yang terlewat tidak biasa untuk anak seusianya.

"Enggak ada kok Om, Shanum cuma ngikutin omongan Papa aja waktu Papa ditinggalin Mama tiga hari karena ada acara Ibu Bhayangkari ke Bali. Papa bilang sama Mama di telepon kalau Papa kesepian."

Aksa menepuk jidatnya sendiri. Tenyata anak seusia Shanum sangat cerdas meniru apa pun dari orangtuanya seperti mesin fotocopy saja. Bisa gawat kalau kedua orangtua macam model kayak Shanum kalau berbuat dan berbicara yang tidak baik dan senonoh. Bisa-bisa anak kayak Shanum seperti robot peniru gerak gerik kedua orangtuanya.

"Om, Tante Hana cantik banget ya, waktu Shanum video call sama Tante Hana, Shanum sukaaaa sama model rambut Tante Hana yang pirang kayak Boneka Barbie. Cantik deh. Shanum pengen seperti Tante Hana."

"Apa, pirang?" kernyit Aksa kaget.

"Iya Om,cantik."

"Tidaaaaaaaaaaaaaaaaakkkk!" teriak Aksa dalam hati. Dia paling suka rambut Hana yang hitam lurus dan panjang. Dan kata Shanum tadi Hana merubah warna rambutnya jadi pirang. Aksa membayangkan itu semua. Wajah Hana dengan rambut pirang dengan memakai gaun seksi memperlihatkan punggung putih mulusnya dan belakan kakinya yang kecil namun jenjang, dan semua kamera memotretnya.

Aksa mengucek-ngucek rambutnya membayangkan itu semua malah membuat dia semakin frustasi karena cemburu.

"Hai Tung baru datang loe?" Agung muncul dengan memakai sarung sambil mengucek-ngucek rambutnya yang basah memakai handuk.

"Iya Bang barusan." Aksa kemudian melepaskan gandengan Shanum dan menarik anak menggemaskan itu duduk di sampingnya.

"Sayaaaang, bawakan kopi untuk kita !" teriak Agung pada Merry yang sedang di dapur.

"Oke Abang sayaaaang."

Aksa hanya bisa tersenyum iri melihat kemesraan Agung dan Merry yang menurutnya hubungan mereka benar-benar kuat. Saling memahami dan mencintai.

"Bagaimana. Apa loe udah ketemu jawabannya?" tanya Aksa to the point.

"Alhamdulillah udah ketemu Bang," jawab Aksa dengan wajah penuh keoptimisan.

"Bagus, coba loe jelaskan sekarang!" pinta Agung.

"Eh sekarang Bang, enggak nunggu kopi datang dulu," ucap Aksa gugup langsung ditodong saja.

"Ckckck... kelamaan kalo nunggu kopi datang, buruan loe jawab, gue penasaran sejauh mana loe paham sama pertanyaan gue."

"Boleh diulang lagi Bang pertanyaannya!" pinta Aksa mengulur waktu dan dengan sorot mata memohon.

"Alasan gue kenapa manggil loe Lutung dan bukan Otan?" Agung memandang wajah dengan menunjukkan tatapan menusuk untuk memperdaya Aksa yang dia pikir Aksa terlihat gugup.

"Kalau pertanyaan seperti itu, mau aku jawab apa pun pasti Abang akan menyalahkan, iya kan Bang?" sahut Aksa pintar.

"Kenapa, kok bisa kamu beranggapan seperti itu?" tanya Agung sambil menarik sudut bibirnya ke samping.

"Yang tahu kan cuma Abang sendiri, kalau aku jawab berdasarkan teori dan pendapat ahli binatang pun kalau alasannya bisa dibuat-buat Abang, sama saja boong kan?"

"Hahahahahahaa ... Loe emang cerdas."

"Iya kan. Itu sama saja Abang menjebak aku supaya aku bisa menjawab jawaban yang salah. Karena Abang punya banyak cadangan jawaban Abang. Kalau aku jawab A, Abang sudah pasti punya jawaban lain B, C dan seterusnya. Iya kan?" jawab Aksa.

"Hah, bener juga eloe," kata Agung sambil bertepuk tangan.

"Kalau aku jawab, karena Lutung ada legenda ceritanya "Lutung Kasarung" seorang pangeran kahiayangan yang turun ke bumi untuk membantu Putri Purbasari menjalani kutukan Purbalarang dan menjadi cinta sejati Purbasari meski dia hanya sejenis manusia berupa binatang aneh. Tapi kekuatan cinta dan ketulusan cinta Purbasari dan Lutung menjadikan mereka sebagai pasangan Raja dan Ratu. Kalau Otan tidak ada ya perasaan. Koreksi aku jika memang ada. Jadi Abang memanggilku Lutung berharap aku menjadi Lutung yang membantu seorang putri dan mencintainya dengan tulus. Dan itu pasti langsung dijawab mentah-mentah sama Abang, karena abang punya jawaban lain yang bukan menyinggung legenda itu."

Agung manggut-manggut.

"Kalau aku jawab alasan Abang memanggilku Lutung, karena aku lucu dan berekor pan ... ah sudahlah pasti itu juga salah."

Agung tertawa terbahak-bahak ketika menyinggung perihal "ekor panjang".

"Dan kalau aku bilang kalau Otan itu punya kebiasaan selalu meninggalkan betinanya kalau sudah mengawininya dan membiarkan betina yang mengurus anaknya sendiri, pasti Abang juga akan jawab salah."

"Lho, loe juga tahu dengan hal Otan itu?" Agung terlihat tak kuasa menahan gelak tawanya karena ketahuan oleh Aksa.

"Pertanyaan Abang itu sama saja seperti Abang nanya apa warna celana dalam abang sama aku, karena hanya Abang sendiri yang tahu jawabannya?"

"Hah?" Agung kembali lagi tergelak.

"Iya, kalau aku jawab hitam, putih, abu-abu, atau ungu, padahal jawaban semuanya salah. Karena jelas Abang sedang tidak pakai celana dalam. Pakai sok-sok an memberi tebak-tebakan. padahal jawaban apa pun Abang hanya melihat satu sisi lainnya yang tidak terjawab."

"Hahahaha. loe cerdas Aksa. Gue suka ... Hahaha ...pokoknya loe lolos deh. Gue restui kalian. Tapi bagaimana caranya loe tahu kalau gue sedang enggak pakai celana dalam?" tanya Agung mengibas-ngibas sarungnya memeriksa apa sarungnya menerawang kok Aksa jadi tahu kalau dia sedang tidak memakai celana dalam.

Gubraaaaaaaaakkkkk

===Catatan Author===

Hei kamu! Iya kamu yang baca! Jangan lupa untuk memberikan review dan juga vote. Kalau votenya banyak. Author rilis chapter lebih banyak.