Aksa kemudian menggedor dan bukan mengetuk pintu kamar Daniel lagi. Karena dia tidak mau kalau sampai banyak orang yang lewat dan memandangnya yang aneh-aneh setengah telanjang di koridor kamar hotel.
"Daniel ... bukalah cepattt!" teriak Aksa. Kini Aksa tidak peduli kalau Hana mendengar suaranya. Yang terpenting adalah sekarang dirinya bisa selamat dari tatapan orang yang lewat di depan kamarnya. Bahkan seorang pegawai hotel nampak bolak-balik sengaja agar dapat memandang lagi bentuk roti sobek Aksa dan badan yang kekar putih mulus seperti bayi itu.
Bukan itu saja, ada seorang laki-laki tengah jalan berdua dengan pasangannya menyiulkan mulutnya untuk menggoda Aksa. Dia sudah tak tahan lagi. Aksa kembali menggedor pintu kamar Daniel dan setengah berteriak. Setelah belasan kali Aksa berteriak barulah Aksa mendengar suara pintu akan dibuka.
Nampaklah Daniel dengan rambut yang basah dan badannya yang sama setengah bugil sama dengan dirinya berbalut handuk. Rupanya dia juga sama baru selesai mandi.
"Pak Aksa!" seru Daniel keheranan melihat Aksa yang berbalut handuk datang ke kemarnya.
"Dasarrr kau Kudaniel, kau tega membiarkan aku menjadi tontonan di sini!" teriak Aksa tidak tahan melihat wajah tanpa dosa Daniel seolah tidak bersalah.
Terdengar suara pintu kamar Hana dan Intan terbuka bersama-sama. Aksa dan Daniel pun kaget kalau kedua pintu kamar itu terbuka. Spontan Daniel menarik tangan Aksa agar Aksa segera masuk ke dalam kamarnya. Namun terlambat bagi keduanya.
Hana dan Intan memergoki mereka saat Daniel menarik tangan Aksa dalam keadaan setengah bugil. Hana langsung kaget melihat Daniel dan Aksa dalam posisi hampir berpelukan.
"Astaga, kalian bukan yang tadi di lobby di depan lift!" kata Intan berseru dengan tatapan kaget.
"Aksa, kenapa kau ada di sini?" tanya Hana mengenali sosok Aksa dan Daniel. Intan yang tidak tahu kalau itu Aksa karena dia tidak bisa melihat wajah Aksa. Tapi ketika Hana memanggil nama itu Intan kemudian menghampiri dan mendekati wajah yang tadinya tidak terlihat.
"Kau ...." Seru Intan tidak percaya dengan pemandangan yang dia saksikan sekarang.
POV Intan
"Laki-laki yang tadi memeluk dan mengatakan "Ich Liebe Dich" pada seorang laki-laki di pelukannya. Rupanya itu adalah Aksa. Intan tidak menyangka kalau Aksa telah berubah menjadi seorang penyuka sejenis".
POV Hana
"Kenapa mereka bisa ada di hotel dengan berbugil ria di depan pintu kamar hotel. Mereka tidak punya norma dan akhlak sama sekali. Dan astaga, Aksa kenapa kau menjadi seperti ini. Apakah kau terganggu mental setelah kita berpisah dan segala masalah sehingga kamu memutuskan untuk menjadi seorang jeruk makan jeruk."
"Hai semuanyaa!" sapa Daniel santuy. Dia tidak punya pikiran kalau mereka berdua sudah mencap dirinya sebagai pria penyuka pedang panjang.
"Apa yang kalian lakukan di sini dengan setengah telanjang begini. Astaga Aksa, bagaimana perasaan ibumu jika dia tahu kalau kau sudah berubah haluaan," kata Intan menggelengkan kepalanya.
Aksa tidak begitu mendengar ucapan Intan. Dia hanya fokus ke arah Hana yang menatapnya dengan tatapan kecewa. Dan dia tidak memakai baju transparan tadi. Dia sudah menutupnya dengan kimono hotel. Aksa menepuk jidatnya kenapa dia tidak memakai kimono hotel dan hanya berbalut setengah handuk dan malah keluar kamar dengan keadaan seperti itu.
"Ini tidak seperti yang kalian pikirkan. Aku hanya ingin mengambil koperku dan kembali ke kamarku," kata Aksa bela diri.
"Kamar mana, bukankah kalian menginap dengan satu kamar. Intan kemudian menerobos masuk kamar Daniel. Daniel gelagapan karena Intan tanpa malu masuk ke dalam kamarnya dan melihat ada dua koper di sana.
"Heh kalian sudah terciduk tapi pura-pura buat drama." Intan kemudian kembali ke luar lalu menyuruh Hana untuk segera masuk. Sebelum masuk ke dalam kamar Hana hanya menatap wajah Aksa dengan sorot mata yang sedih. Aksa menatap Hana seolah berkata kalau apa yang dipikirkan Hana itu tidak benar.
"Tunggu dulu, ada sesuatu yang ingin aku jelaskan!" ucap Aksa sebelum Hana menutup pintu kamarnya. Aksa kemudian menahan Hana agar dia jangan dulu masuk ke dalam kamar.
"Tidak ada yang harus kamu jelaskan, dan tidak penting juga untuk aku!" kata Hana ketus. Aksa putus asa mendengar Hana yang tidak mau mendengarkannya dulu. Intan kemudian mendorong Aksa agar mundur dan jangan terlalu dekat dengan artisnya.
"Menjauhlah Aksa, sebelum aku lebih mempermalukanmu!" kata Intan sambil melototi handuk yang terbelit di pinggangnya.
"Aku akan tarik handukmu, sampai semua orang melihat itu!" ancam Intan tidak main-main.
"Aku tidak berkata bohong Hana, aku menginap di kamar sebelahmu. Kalau kamu tidak percaya aku bisa menebak baju warna apa yang kau pakai saat ini. Karena aku tidak sengaja melihatnya di balkon."
Intan dan Hana pun langsung terkejut dan menoleh ke wajah Aksa.
"Warna baju tidurmu berwarna putih dan transparan."
Hana kaget mendengar ucapan Aksa barusan.
"Jadi suara gaduh di sebelah tadi kamu yang mengintipku?" tuduh Hana.
"Apa, mengintip?" Intan kaget mendengarnya.
"Bukan mengintip, tapi tidak sengaja melihatnya."
"Bukankah ada dinding pembatas balkon kamar. Kalau kau tidak mengintip bagaimana bisa kamu melihatnya?" desak Intan membuat Aksa menjadi terpojok.
"Maaf aku salah, tapi ...."
"Sudahlah Kak, ini sudah malam. Kita tidak usah membahas ini dan ribut di sini, bisa menganggu tamu yang lain," kata Hana menengahi. Tapi tatapan Hana sangat menusuk Aksa. Jelas sudah kalau ada raut kekecewaan tergambar di wajah itu.
Kemudian Hana masuk ke dalam kamarnya tanpa banyak bicara lagi. Dan Intan dengan wajah arogannya menatap Aksa dan Daniel sambil berjalan menuju pintu kamarnya. Aksa kemudian tertunduk dengan perasaan sedih tapi kesal. Semua ini gara-gara Daniel. Dengan tatapan marah Aksa kemudian menunjuk muka Daniel dengan jari telunjuknya. Daniel terlihat kebingungan campur takut dengan kemurkaan Aksa yang sebentar lagi akan menyiksanya kembali.
"Cepat kau telepon layanan kamar agar bisa membukakan pintu kamarku. Cepaaaaaaaaattt!" bentak Aksa. Daniel buru-buru menelepon layanan kamar dengan menggunakan telepon kamar. Aksa kemudian masuk ke dalam kamar Daniel. Daripada dia di luar kamar dengan telanjang dada dan juga dia merasa kedinginan.
Aksa membuka kopernya dan mencari baju untuk melindunginya dari hawa dingin. Setelah tadi mandi air dingin, Aksa merasakan badannya agak gemetaran dan juga kepalanya mulai terasa berat. Daniel membiarkan Aksa sesuka hatinya di dalam kamarnya termasuk berganti pakaian di depannya tanpa malu sedikit pun. Dan Daniel merasa Aksa sengaja melakukannya untuk memberikan pelajaran pada Daniel atas perbuatan cerobohnya itu. Daniel sampai menutup mata dan membalikkan badannya saat Aksa menurunkan semua handuk yang menutupi auratnya. Terlihat Daniel menggaruk-garuk kepalanya melihat kelakuan Bosnya yang absurd.
"Kenapa kau berbalik, harusnya kamu melihatnya!" kata Aksa kesal.
"Tidak mau Pak, saya masih suka dua lingkaran dan satu segitiga. Saya tidak suka tanda seru!" kata Daniel setengah berteriak.
"Gara-gara idemu itu, sekarang mereka berdua malah benar menganggapku penyuka pedang!" umpat Aksa kesal pada Aksa.
"I-itu cuma salah paham Pak. Mana mungkin lah. Kita berdua kan normal."
"Hey kau ... kau tidak mau melihatku telanjang!" kata Aksa.
"Tidak mau Pak."
"Kemarilah, kalau tidak aku yang menghampirimu dengan telanjang bulat."
"Jangan Pak," teriak Daniel sambil berlari ke luar kamarnya dengan masih memakai handuknya tadi.
Aksa kemudian terkekeh melihat Daniel yang kocar kacir kabur keluar kamar dan menutup pintu kamarnya.
"Satu sama." Pekik Aksa puas. Dia berhasil mengerjai Daniel dan membalas dendam. Ucapannya tadi barusan hanya untuk menakutinya. Dan sekarang giliran Daniel yang bertelanjang dada di luar kamar. Celingukan dan kebingungan. Lalu beberapa lama kemudian dia baru tersadar karena sudah dikerjain Aksa.
"Dasar Bos gila, heeeii bukaaaaaa!" teriak Daniel sambil menggedor pintu kamarnya sendiri. Sementara Aksa hanya tertawa puas.
"Bertahanlah di sana sampai orang yang mengantarkan kunci cadangan datang!" seru Aksa puas.
Daniel ingin menangis tapi malu. Tamu-tamu yang baru berdatangan dari bar hotel mulai berdatangan dan melihat Daniel tengah menggedor-gedor pintu dan menatapnya dengan iba. Daniel mengumpat dalam hati kalau dia mempunyai seorang bos yang luar biasa jahat sekaligus luar biasa baik dan royal padanya. Daniel menjadi serba salah.
Sekarang tibalah giliran Daniel yang menjadi tontonan para tamu hotel yang lain. Intan kemudian membuka pintu kamarnya dan melihat sekarang Daniel yang sedang setengah telanjang itu.
Sempat Intan melihat tubuh bagian Daniel yang tereskpos itu. Putih mulus dengan perut rata kotak-kotak. Daniel segera menutup tubuh polosnya.
"Cih," gumam Intan lalu menutup lagi pintu kamarnya.
'Dia tampan, tapi sayang dia penyuka sejenis.'
===Studio Author===
"Hai teman-teman TR, jangan pelit untuk vote. Siapa tahu nama Anda menjadi kandidat top fans untuk mendapatkan hadiah dari Author!"
"Caranya kirim PS untuk novel ini. Kalau Rangking novel ini top di WEBnovel aku akan rilis lebih banyak chapter."