Pesan yang disampaikan Bayu membuat hati Aksa sedikit goyah. Walau bagaimanapun juga Ibu Rika adalah ibu yang melahirkan dirinya. Meski rasa kecewanya masih sebesar gunung Everest karena perselingkuhan mamanya dengan Papa Tanu. Mendengar kabar sakitnya mereka membuat gunung Everest itu sedikit mencair.
Suara dering telepon yang tiba-tiba memekakan telinga membuat Aksa terperanjat kaget langsung bangun. Saat itu ponselnya dia letakkan dekat bantal tempat dia berbaring. Suara dering membuat kaget karena posisi ponsel pas sekali dekat telinga Aksa.
Hampir tengah malam dan siapa orang yang meneleponnya.
Daniel Bucin Siska is calling ...
"Ada apa dia telepon malam-malam begini?" ucap Aksa menggerutu kesal. Sudah kesal bunyi ponsel yang berdering tepat di depan telinganya. Dan rupanya sekretarisnya yang menelepon. Dengan malas Aksa menggeser tombol hijau.
"Hem ...." sapa Aksa malas tanpa ucapan sapaan yang normal pada umumnya.
"Pak, maaf menganggu kenikmatan istirahat Bapak. Ada yang harus saya laporkan ke Bapak. Apa sekarang saya laporkan atau nanti besok di kantor?" terdengar suara Daniel terdengar bersemangat.
"Kau mau aku pecat. Kau sudah berani meneleponku tengah malam dan kau bertanya harus kapan memberi tahu laporan itu, kenapa kau meneleponku jika itu harus dilaporkan besok pagi?" teriak Aksa kesal dengan Daniel yang tanpa bersalah membuatnya menjadi kesal berlipat ganda.
"Ma-maaf Pak!"
"Ya sudahlah ... katakan ada apa?" tanya Aksa perlahan melunak. Poin pertama dari Aksa sebagai atasan Daniel. Gampang marah dan kesal pada Daniel tapi dengan mudahnya lagi dia bersikap melunak. Memang labil ya.
"Mengenai info manajer Hana yang bapak minta dulu."
"Hemm, kau menemukan informasinya?" tanya Aksa penasaran.
"Menurut informan, kalau Intan Dewi pernah menjadi Asisten Ibu Rika sebelum menjadi Manajer Hana."
"Apa, Asisten Mamaku."
"Iya Pak. Dan ternyata Intan Dewi itu adalah putri dari Kevin Liu pengusaha importir mobil mewah di Indonesia Pak."
"Apa Kevin Liu yang itu, kenapa dia bisa jadi Manager Hana, dan apa tadi kau bilang, pernah menjadi asisten Ibu Rika?"
"Iya Pak, tadinya aku tidak percaya, tapi setelah melihat foto yang dikirim informan itu baru aku percaya kalau dia memang Intan Dewi yang pernah kita temui di Amerika tempo dulu."
"Seorang putri konglomerat kenapa bisa berakhir menjadi Manajer Hana. Sungguh mencurigakan," gumam Aksa.
"Itu juga aku tidak tahu, dan informasinya hanya sebatas identitas dia seperti yang Bapak minta kemarin, kalau urusan latar belakang dan motif kenapa dia bisa menjadi Manajer Hana itu Bapak tidak memintanya kan?"
"Ya ampun Niel. Kenapa memberiku informasi yang setengah-setengah kau ini." Aksa kembali kesal.
"Maaf Pak, nanti saya akan cari tahu lagi tentang itu." Terdengar suara gugup dari Daniel.
"Ya sudah, sepertinya memang aku harus pergi ke Berlin bertanya langsung pada Mamaku sekalian mengabulkan permintaan mereka untuk ke sana."
"Ba-baik Pak. Rencana mau ke Berlin kapan Pak?"
"Kau cek jadwalku yang kosong, kita berangkat ke sana kalau ada jadwalku yang longgar."
"Baik Pak, kalau begitu selamat beristirahat kembali Pak. Selamat ma ...."
"Tunggu dulu !" tahan Aksa membuat Daniel di sana menjadi cemas. Pasti Aksa akan memberinya tugas baru.
"I-iya Pak."
"Untuk hal ini kau jangan panggil aku Pak, karena ini urusan pribadi bukan perusahan."
"Baik Aksa, ada apa?" tanya Daniel sekarang merubah suara dan sikapnya menjadi mode on "frienship".
"Kau bantu aku cari apa perbedaan Lutung dengan Orang Utan, apa kebiasaan unik mereka setiap detailnya!"
"A-apa Ka, kau sedang tidak bercanda kan?" tanya Daniel heran.
"Tidak, aku serius, dan aku tidak punya waktu untuk mencarinya. Carikan itu ya. Besok pagi kau harus sudah mendapatkan jawabannya!"
"Ta-tapi Ka. Untuk apa?"
"Carikan saja, dan o-ya itu hukuman kau karena sudah membangunkan tidurku." Aksa kemudian menutup sambungan teleponnya.
Di bagian belahan bumi lain, Daniel nampak kesal dan membanting ponselnya ke tempat tidur karena kesal dengan Aksa yang kembali lagi mengerjainya.
"Padahal dia memintaku untuk bersikap seperti teman untuk urusannya itu, tapi dia malah kembali berlagak menjadi bos untuk permintaannya itu." Daniel menahan unek-uneknya di dada. Tapi meskipun begitu, dia pun melaksanakan titah bosnya itu dengan patuh.
Daniel kemudian membuka laptopnya dan memulai pencariannya. Tugas nyeleneh dari Aksa yang memintanya untuk mencari perbedaan Lutung dan Orang Utan. Kedua jenis primata itu apa hubungannya dengan kehidupan pribadi bosnya. Sampai-sampai bosnya itu meminta hal begituan.
"Apakah dia berniat untuk memelihara hewan itu di rumahnya. Tapi mereka kan satwa liar yang dilindungi Pemerintah. Bisa-bisa dia kena pasal perlindungan satwa langka lagi," oceh Daniel sambil terus menatap semua hasil pencarian informasi kedua satwa itu di layar laptopnya.
***
Sementara Aksa hanya senyum-senyum membayangkan kalau malam ini Daniel akan begadang semalaman untuk mencari informasi yang seharusnya menjadi PR untuknya dari Agung. Tapi berhubung Aksa sudah mumet dan dia pun mencari jalan pintas dengan semua uang dan kekuasannya melalui Daniel.
"Kita lihat besok, apakah si Ku Daniel berhasil menjawabnya," seringai Aksa jahat dan mulai memejamkan matanya. Tapi dia tak sabar menunggu besok.
***
Keesokan harinya saat Aksa seperti biasa minta dijemput oleh Daniel ke kantor. Nampak wajah Daniel yang terlihat kusam dan mata yang berkantung seperti panda. Sepertinya dia memang benar-benar begadang semalaman.
"Selamat pagi Pak!" sapa Daniel dengan suara pelan. Lalu menyodorkan sarapan paginya sesuai pesanan Aksa. Bubur ayam.
"Ya pagi, bagaimana malammu tadi apa kau tidur nyenyak?" tanya Aksa menahan tawa.
"Nyenyak bagaimana Pak, semalaman aku tidak tidur, nanti kalau aku ketiduran di kantor, harap Bapak maklum ya!" kata Daniel memohon izin duluan untuk tertidur di kantor.
"Memang kenapa kau sampai tidak tidur, apa susah mencari jawaban dari tugasku itu?" tanya Aksa sambil tertawa khas. (Tawa yang khas sudah tidak pernah terdengar sewaktu Hana masih bersamanya).
"Pak, serius aku tanya. Itu buat apa?" tanya Daniel dengan muka sedikit keki.
"Ada deh, buruan kasih tahu jawabannya sekarang!" perintah Aksa tanpa peduli dengan pertanyaan Daniel.
"Kalau cuma sekedar mencari perbedaan tanpa konteks apa yang menjadi variabelnya, saya susah memberi tahu jawabannya."
Aksa terlihat ragu untuk mengatakan yang sebenarnya pada Daniel. Takutnya Daniel malah menertawakannya.
"Kalau konteks Bapak hanya ingin mengetahui perbedaan mereka untuk dipelihara. Dua-duanya itu satwa langka yang dilindungi Pemerintah."
'Apa Bang Gor menganggapku sama seperti satwa langka. Sebagai orang yang langka di dunia dan harus dilindungi dari kepunahan spesiesnya,' batin Aksa.
"Tapi jika konteks Bapak yang ingin mengetahui dari spesies dan familinya, itu panjang Pak penjelesannya. Tapi kalau dilihat dari ukuran dan bentuk. Lutung lebih kecil tapi mempunyai ekor yang panjang, dan orang utan ukurannya lebih besar dan tidak mempunyai ekor."
'Kalau Bang Gor sengaja memanggilku Lutung karena aku mempunyai ekor yang panjang, masuk akal juga. Tapi tahu dari mana dia kalau aku mempunyai ekor panjang di depan?' sungut Aksa berpikir kalau Agung mengetahui kalau dia punya "pusaka" yang panjang.
"Tapi kalau dilihat dari konteks legenda dan cerita rakyat. Lutung mempunyai cerita legenda "Lutung Kasarung", sementara Orang Utan sepertinya tidak ada."
"Lutung Kasarung, aku lupa ceritanya. Itu pernah aku baca waktu SD. Kamu tahu ceritanya enggak?"
"Pak, aku tanya dulu sebenarnya motif apa sih yang membuat Bapak ingin tahu kedua spesies makhluk lucu itu?"
"Lucu ....?"
"Mereka kan satwa yang menggemaskan dan lucu Pak. Apalagi Lutung, lucu aja kalau lihat pengen gendong. Kalau orang utan lucu juga sih, tapi aku tidak begitu suka, karena orang utan punya kebiasaan jelek Pak."
"Kebiasaan jelek. Apa itu?" tanya Aksa penasaran.
"Orang utan jantan setelah mengawini betinanya, dia akan meninggalkan betina itu dan membiarkan betinanya melahirkan dan mengurus anaknya sendirian."
Ucapan Aksa langsung membuat kedua bola mata Aksa hampir keluar saking terkejutnya.
"Bingo," batin Aksa.
"Terima kasih Niel, kau memang hebat!" kata Aksa sambil menepuk-nepuk pundak Daniel dengan keras.
"I-iya Pak." Daniel keheranan melihat Aksa yang mendengar jawaban terakhirnya barusan.
"Untuk hari ini, aku saja yang menyetir, kau boleh tidur di mobil sampai ke Hotel!" kata Aksa berbaik hati.
Aksa menghabiskan sarapannya sambil diperhatikan oleh Daniel. Entah sudah berapa kali Daniel menghitung senyum Aksa yang tersungging di bibirnya. Daniel heran kenapa bisa Aksa seperti itu. Tapi dia juga merasa puas kalau buah kerjanya begadang semalaman dibayar lunas dengan suasana hati Aksa yang sedang bagus hari ini. Itu artinya dia akan merasa santai hari ini tanpa sikap Aksa yang selalu uring-uringan akhir ini.
Bersambung ...