Aksa duduk di meja kebesarannya sebagai Presdir dengan tatapan kosong melongpong. Pikirannya buntu, karena sampai saat ini dia belum bisa menemukan jawaban dari tantangan Bang Gor. Tapi untuk lebih tepatnya mungkin dia belum mempunyai kesempatan untuk mencari jawaban. Karena sekarang pikirannya sedang terganggu dengan satu masalah pelik.
Sehari sepulang dari rumah Bang Gor, Aksa harus pergi ke Singapura dengan Arabella untuk menemui Mr Zayyed di sana. Daniel juga dia bawa, karena dia tidak mau hanya berdua saja dengan Arabella. Beruntung Daniel adalah Sekretaris patuh dan juga tidak banyak protes menuruti semua permintaan dan tugasnya bahkan di luar pekerjaan di perusahaan sekali pun.
Flashback on ...
Aksa dan Arabella diundang untuk makan malam di sebuah restoran yang di sengaja di privat oleh Mr Zayyed untuk pertemuannya itu. Suasana makan malam terasa kaku, baik Aksa maupun Mr Zayyed meskipun sering bertemu Aksa selalu tidak bisa berkutik banyak saat berhadapan langsung dengan orang paling kaya urutan ke 5 sedunia. Pikirannya di ambang kecemasan dan takut kalau sewaktu-waktu Mr Zayyed kembali memintanya untuk menikahi putrinya Arabella.
"Aksa, saya dapat laporan kalau sekarang Hotel Mahesa sudah mengalami peningkatan, selamat!" kata Mr Zayyed sebagai pembuka awal pembicaraan mereka.
"Terima kasih Mr, semua berkat orang-orang yang sudah bekerja keras untuk Hotel Mahesa."
"Saya yakin, dalam beberapa tahun ke depan Hotelmu nanti akan lebih maju dan lebih besar dibandingkan dengan tahun ini." Mr Zayyed memberikan aura optimistik pada Aksa saat itu.
"Mudah-mudahan."
"Tapi Aksa ... bukankah ini memang sudah waktunya kau harus menikahi Arabella?" tanya Mr Zayyed.
Sudah ditebak, pasti Mr Zayyed akan menyinggung masalah itu.
"Daddy, Aksa orang sibuk, jangankan untuk acara pernikahan, untuk makan malam romantis saja denganku dia selalu tidak punya waktu. Padahal aku ini tunangannya." Arabella merajuk dan mengadu pada Mr Zayyed.
"Bagus adu aja sama bapak loe Arabella." Aksa mendegus kesal dalam hati.Aksa
"Kamu masih ingat tentang perjanjian itu kan Aksa?" tanya Mr Zayyed mengingatkan kembali.
"Tentu saja, saya ingat. Tapi Mr ... bukankah perjanjian itu hanya menikah saja dengan Arabella kan?"
"Iya tentu saja, memang ada apa?"
"Saya tidak perlu mencintainya kan?"
Mr Zayyed terhenyak dengan ucapan Aksa.
"Kalau cuma itu permintaaanya, hari ini juga saya akan menikahi putri Anda, tapi apa mungkin Arabella menyetujuinya?" kata Aksa sambil menatap Arabella yang gusar karena ucapannya barusan.
"Aksa itu artinya kamu hanya mempermainkan putri saya ini. Apa kau berani menanggung konsekuensinya atas apa yang kamu perbuat?"
"Memangnya saya salah bicara, Anda hanya meminta saya untuk menikahi putri Anda. Tapi Anda tidak meminta saya untuk mencintai putri anda di perjanjian bukan?"
"Iya itu benar, bagaimana menurutmu Bella, apa kau setuju menikah dengan laki-laki ini tanpa cinta?" tanya Mr Zayyed.
Arabella diam tidak menjawab. Hanya saja ekspresinya terlihat menahan marah dan kesal.
"Saya akan menikahimu hari ini juga kalau kau mau, tapi aku jamin aku tidak akan menyentuhmu sebagai istri." ucap Aksa pelan dalam bahasa Indonesia sehingga Mr Zayyed tidak bisa mengerti ucapan Aksa.
"Baiklah itu tidak jadi masalah, kalau kau sampai menyentuhku kau harus janji seumur hidupmu, kamu hanya akan menjadi suamiku, bagaimana?" kata Arabella menjawab tantangan Aksa.
Sekarang giliran Aksa yang sedikit terkejut mendengar ucapan Arabella.
"Aku beri waktu padamu tiga bulan untuk mempersiapkan pernikahanmu dengan Bella. Kalau itu tidak terjadi, saya akan menarik investasi saya dari Hotel Mahesa."
Arabella tersenyum tapi tidak dengan Aksa. Dia hanya memandang tajam ke arah Mr Zayyed seolah-olah dia ingin menusuk Mr Zayyed dengan tatapan matanya itu.
Flashback end ...
"Daniel, bisakah kau masuk ke ruanganku!" Aksa memanggil Daniel lewat interkom.
"Baik Pak."
Tak lama kemudian Daniel masuk ke dalam ruangan kerja Aksa.
"Ada yang bisa saya bantu Pak?" tanya Daniel dengan sopan.
"Kau tahu di mana Arabella?"
"Dia sedang mengadakan pertemuan dengan orang-orang dari Kementerian Pariwisata Pak."
"Oh, jadi Hotel kita jadi buat event Kementerian Pariwisata itu?" tanya Aksa.
"Jadi Pak, sekarang Ibu Arabella dengan beberapa perwakilan Kemenpar sedang membahas itu di aula rapat."
"Daniel, apa menurutmu keberadaan Arabella penting di perusahaan ini?" tanya Aksa meminta pendapat.
"Karena dia orangnya smart dan sudah berpengalaman, saya pikir memang dia sangat penting."
"Ahhh ... sangat disayangkan kalau begitu." Aksa terlihat kesal.
"Kenapa Pak?"
"Tadinya aku mau Miss Bikes enyah dari Hotel ini, aku pusing kalau terus menerus melihat dia di Hotel ini."
"Tapi dia kan calon is ...."
"Hentikan Daniel. Sampai kapan pun aku tidak mau menikahinya."
"Terus kalau Bapak tidak mau, apa Bapak sudah pikirkan jalan bagaimana mengembalikan uang investasi Mr Zayyed?"
"Nah itu yang sedang aku pikirkan sekarang, apa kau punya solusi?" tanya Aksa.
"Cari investor lain yang bisa membantu tentunya." Daniel memberikan pendapat.
"Apa kau tahu siapa investor yang bisa membantu dengan persyaratan yang tidak membuatku harus menikah dengan seseorang."
"Kalau itu saya tidak bisa membantu Pak, karena Mr Zayyed memang orang yang paling banyak uang dan saya belum tahu siapa orang selain Mr Zayyed yang bisa memberikan investasi."
"Saya benar-benar bingung, kalau kita mengembalikan investasi, apakah dana yang perusahaan miliki sekarang bisa kita kembalikan?"
"Tentu saja tidak Pak, karena seluruh uang investasi Mr Zayyed sudah dibuatkan beberapa Hotel cabang di Indonesia."
"Kalau begitu kalau kita menyerahkan hotel-hotel itu pada Mr Zayyed apakah itu bisa ?"
"Maksud Bapak, Bapak mau mengembalikan investasi Mr Zayyed berupa Hotelnya begitu?"
"Iya, bagaimana menurutmu?"
"Total investasi Mr Zayyed dengan nilai jual hotel-hotel saja tidak senilai Pak, masih kurang banyak."
"Sial, berarti sama saja nilai investasi itu dengan harga hidupku."
"Pak, boleh aku memberikan pendapat?" kata Daniel.
"Silakan!"
"Setahuku investasi adalah bentuk pemberian modal dengan sistem pembagian untung antara kedua belah pihak. Dan kalaupun investasi itu harus diambil lagi karena syarat investasi tidak dipenuhi, setidaknya Mr Zayyed sudah mendapatkan keuntungan yang sama dari pemutaraan dana investasi itu. Aku pikir Bapak hanya diperdaya saja dengan syarat itu. Selama ini Hotel Mahesa sudah berjalan bagus dan banyak keuntungan, tentu saja Mr Zayyed sudah dapat bagiannya kan. Seharusnya pihak Mr Zayyed tidak jadi masalah kalau Bapak tidak menikahi Arabella, karena uang investasinya berjalan bagus. Dari awal memang Bapak itu hanya dijebak untuk menikahi Arabella. Karena sepertinya Mr Zayyed juga cuma menggertak saja selama hampir lima tahun ini uang investasinya tidak macet."
"Kau benar, lalu menurutmu?"
"Tinggal Bapak mengambil sikap yang tegas. Mau menikahi Arabella. Atau Bapak siap berhutang untuk mengembalikan modal investasi Mr Zayyed?"
"Kalau aku mengembalikan investasi itu, Nenek bakal membuatku mati." Aksa menjadi pusing.
"Kalau investasi itu kembalikan utuh, dan Bapak tidak harus menikahi Arabella. Bapak harus mencari uang modal Hotel lagi kalau tidak mau Hotel Mahesa bangkrut."
"Apa kita bernegosiasi lagi dengan Mr Zayyed?"
"Mungkin ..." Ucapan Daniel terhenti ketika suara panggilan interkom masuk. Bagian resepsionis di depan ruangan Aksa memanggil.
"Bapak Aksa, ada seseorang yang ingin bertemu dengan Bapak."
Aksa kemudian memencet tombol telepon .
"Siapa?"
"Katanya kakak Bapak. Tuan Bayu Demian."
"Kenapa orang itu ke sini," gumam Aksa.
"Aku sedang sibuk, suruh dia kembali!" kata Aksa yang ogah bertemu kakaknya itu.
Tapi terdengar suara keributan dan entah bagaimana caranya suara Bayu nampak terdengar.
"Aku tahu kau sedang tidak sibuk, aku ingin bicara tentang urusan penting, kalau kau menolak, aku akan masuk dengan cara barbar!" ancam Bayu.
Aksa terkejut dan terlihat ragu.
.
.
"Biarkan dia masuk Dian!" ucap Aksa pada akhirnya.
Aksa sedikit malas untuk menyambut Bayu. Dia sudah tidak mau ada urusan apa pun dengan kakaknya itu. Cukup sakit hatinya diperlakukan seenaknya dia tanpaa tahu kalau Aksa sangat menghormatinya sebagai kakak tertua. Tapi rupanya Bayu masih saja menganggapnya musuh dalam selimut. Selalu menyikut dan menyakiti dirinya.