Intan menunjukkan sebuah iklan casting pada Hana yang kala itu selesai nge-gim di apartemen miliknya.
"Apa aku bisa ikut ini?" tanya Hana pada Intan dengan tatapan bertanya. Intan seperti biasa hanya menjawab dengan ekspresi datar.
"Kau pasti bisa, karena kau sudah menyelesaikan sekolah aktingmu. Kau juga sudah ikut beberapa film pendek. Kenapa kau tidak percaya diri?"
"Tapi kali ini adalah sebuah film produksi Giant Production. Film itu bukan sembarang film yang bisa diperankan oleh seorang aktris sepertiku." Hana nampak ragu.
"Aku dapat kabar, kalau sutradaranya adalah Kyle Marry Tracya."
"Apa?" sahut Hana terkejut. Kyle adalah mantan kekasih Aksa.
"Apa kau tidak penasaran bermain film dengannya?" tanya Intan mencoba memprovokasi.
Hana nampak diam karena merasa tak mampu menjawab. Selama ini dia hanya mendengar namanya dan hanya bisa memandang wajahnya di berita-berita yang pernah dibacanya. Dia belum pernah sama sekali bertemu langsung dengannya. Pernah sekali waktu itu Stella Adler Academy of Acting & Theatre tempat dia kuliah akting mendatangkan Kyle sebagai dosen tamu, namun saat itu Hana tidak dapat hadir karena ada urusan lain. Dan sebenarnya dia ingin melihat langsung Kyle. Dia ingin tahu seperti apa orang yang pernah mengisi hati Aksa itu.
"Ini adalah jalan kamu untuk bisa menjadi seorang aktris, kau harus coba!"
"Aku hanya takut, kemampuan aktingku ditertawakan Kyle. Dia pasti tahu aku kan Kak?" tanya Hana. Tentu saja Kyle pasti mengetahuinya sebagai mantan istri Aksa. Dan bukan tidak mungkin Kyle pasti merasa tidak senang padanya.
"Kau cukup hebat kok!" kata Intan. Hana mendengarnya cukup kaget. Karena selama lima tahun ini Intan tinggal bersamanya, baru kali ini dia memujinya secara langsung.
"Benarkah?" tanya Hana cukup terharu.
"Bahkan seorang Leonardo Di Caprio pun memuji akting mu saat dia melihat film pendekmu?"
Hana kemudian tersenyum. Itu benar, Leonardo pernah memberikan komentar saat festival film pendek tahun lalu dimana dirinya menjadi pemeran utamanya. Meskipun dia belum mendapatkan pernghargaan. Tapi dia merasa kalau jalannya menjadi seorang aktris seolah terbuka lebar.
"Aku akan menyiapkan video CV mu."
Hana kemudian memeluk Intan sebagai tanda terima kasihnya atas bantuan Intan selama ini. Dia lah pengganti keluarganya saat di sini. Ibu Rika sungguh baik hati mengirim Intan untuknya. Meskipun Intan memang dibayar Ibu Rika untuk menemaninya, tapi Hana sangat bersyukur mendapatkan seseorang seperti Intan di sampingnya.
"Lepaskan aku tidak bisa bernapas!" ucap Intan dengan suara yang berat.
"Kak, terima kasih kau sudah membantuku selama ini." Hana memberikan ucapan terimakasihnya dengan senyuman terbaiknya untuk Intan.
"Aku hanya menjalankan perintah dan tugas dari Ibu Rika, dan aku dibayar, jadi tidak usah berlebihan seperti tadi!" jawab Intan dengan nada bicara yang dingin. Namun Hana tidak peduli, dia tahu yang sebenarnya kalau Intan bukan hanya sekedar menjalankan tugas dari Ibu Rika, tapi dia juga punya ketulusan. Hanya saja Intan tidak mau menunjukkan itu secara langsung padanya.
"Pokoknya aku hanya ingin mengucapkan terima kasih yang tulus untuk kakak."
Intan membalikkan badannya dan meninggalkan Hana menuju ruang peralatan sambil menyembunyikan perasaan harunya yang tidak dia tunjukkan. Dia akan mengambil kamera dan peralatan lainnya untuk merekam video CV Hana untuk audisi atau casting film itu.
****
Sementara itu, di Indonesia Aksa disibukkan dengan acara Grand Opening Hotel Mahesa di Bali. Sebuah hotel yang dibangun di sana dengan dana investasi dari Mr Zayyed. Sebenarnya pembangunan hotel itu sudah lama, hanya karena kekurangan dana Hotel Mahesa tidak segera selesai. Namun di bawah pengawasan Aksa sebagai Presdir baru dan dengan investasi Mr Zayyed akhirnya cabang Hotel Mahesa di Bali rampung dan akan segera dibuka. Banyak persiapan dan perencanaan yang dilakukan Aksa dan juga bawahannya. Dengan dibantu Daniel Chan, Aksa mampu mengatasi semua masalah di perusahaan hotelnya itu.
"Daniel, apa jadwalku setelah ini?" tanya Aksa menanyakan jadwal selanjutnya pada Sekretarisnya setelah selesai melihat-lihat persiapan Grand Opening di Hotel Mahesa Bali.
"Mmm, jadwal Anda kosong sebenarnya dan Anda bisa bersantai sambil melihat pemandangan di sekitar Pantai ini, tapi barusan saya dapat telepon dari Ibu Sarah, kalau Anda harus segera terbang ke Jakarta untuk mengurus dokumen penting di Kantor Pusat Pak!"
Aksa mendengus kesal. Tenyata menjadi seorang Presdir itu tidak ada enaknya sama sekali. Tetap saja dia harus bekerja keras bahkan melebihi anak buahnya sekali pun. Karena waktu luang dan bersantainya pun kadang harus digunakan untuk urusan-urusan perusahaan. Aksa merasa dijajah oleh jabatannya sendiri.
"Saya sudah pesankan tiket pesawatnya Pak," sambung Daniel. Dia merasakan aura kelelahan dari Bosnya itu. Tapi dia juga tidak bisa mengurangi beban kerja Aksa yang memang sudah menjadi tanggung jawabnya untuk mengatur setiap jadwal kerjanya setiap hari.
"Padahal aku baru saja ingin bersantai sejenak. Ya sudah ayo berangkat!" kata Aksa dengan semangat yang dipaksakan.
"Pak, ada yang harus saya laporkan juga ..." sambung Daniel sambil berjalan mengikuti langkah Aksa di depannya menuju mobil.
"Apa itu?" tanya Aksa sambil membuka sedikit kancing baju setelan jasnya karena gerah. Dan membiarkan angin menerpa dadanya yang kekar dan keras.
"Orang yang kita suruh untuk mencari tahu keberadaan kakak dari mantan istri Ba ...." Ucapan Daniel terhenti karena Aksa yang di depan nya tiba-tiba berhenti.
"Daniel ... aku sudah bilang kalau dia bukan mantan istri. Dia masih istriku karena sampai saat ini aku belum menceraikannya. Dan tidak akan pernah menceraikannya." Aksa sedikit berbicara dengan nada dingin dan menusuk sehingga membuat suasana di sekitaran Daniel sedikit terbawa merinding yang membuat bulu kuduknya berdiri saking tegangnya mendengar ucapan Aksa.
"Ma- maaf Pak, saya ralat ...."
"Ya sudah, lanjutkan!" kata Aksa sambil melanjutkan kembali langkahnya.
"Sekarang dia kembali lagi ke rumahnya yang dulu."
Aksa kembali lagi menghentikan langkahnya. Dan berbalik kembali ke arah Daniel. Sampai-sampai Daniel merasa kalau Aksa akan berbuat sesuatu padanya.
"Apa itu benar?"tanya Aksa dengan mendelikkan matanya. Wajahnya yang tadi beraura dingin seketika berubah seperti bayi yang diberi susu. Imut dan menggemaskan.
"Be-benar Pak." Daniel merasa gugup dengan perubahan sikap Aksa.
"Kerja bagus, sekarang aku bisa menemuinya dan menanyakan Hana berada di mana!" seru Aksa.
"Ka-kalau itu, aku juga baru dapat kabar dari seorang temanku di LA, kalau mantan is ... eh maksud saya istri Bapak sekarang berada di sana."
"Apa kau bilang?" kali ini tampak jelas muka Aksa yang kaget.
"Temanku itu tahu kalau dia adalah mantan ... eh istri Bapak ...." Daniel memukul-mukul mulutnya yang selalu salah menyebutkan tentang status Hana di depan Aksa.
"Kenapa dia ada di LA?" sesal Aksa ternyata selama bertahun-tahun pencariannya, dia baru tahu keberadaan Hana di sana.
"Di - dia sekolah akting di sana Pak," jawab Daniel merasa risih karena badan Aksa terlalu condong padanya. Membuatnya seperti tampak kalau Aksa akan menciumnya.
"Sekolah akting. Apa dia mau jadi seorang aktris?" gumam Aksa. Namun sesaat dia hanya tersenyum simpul.
"Rupanya dia menggunakan uangku dengan bijak," batin Aksa puas. Dia mengira kalau Hana sekolah dan tinggal di sana dengan uang yang sempat dia transfer ke Hana sebagai uang kompensasi perceraiannya dengan Hana untuk bertahan hidup selama dia harus menjadi sapi di Hotel Mahesa.
"Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?" tanya Aksa.
"Saya baru dapat kabar secara tidak sengaja saat menceritakan pada temanku kalau aku bekerja denganmu. Dan kebetulan temanku itu pernah melihat Hana di sana secara tidak sengaja di Stella Adler Academy of Acting & Theatre."
"Oh begitu rupanya," Aksa kemudian kembali berjalan. Kali ini Daniel melihat kalau langkah kaki Aksa seperti ringan tidak seperti sebelumnya. Daniel hanya tersenyum melihat Aksa yang nampaknya sekarang suasana hatinya sedang bagus. Dan semangat yang tadi terlihat terpaksa kini berubah menjadi semangat penuh 45 menuju mobilnya.
"Apa sebegitu senangnya dia mendengar berita mantan ... eh istrinya sampai dia berubah seketika." Daniel bergumam sendiri sambil tersenyum melihat punggung Aksa yang nampak tegak berbeda dari beberapa menit sebelumnya.
Bersambung ...
Hai Pembaca yang baik. Jangan lupa untuk meluangkan waktu untuk memberi review novel ini. Berikan rate bintang 5 dan memberi vote Power Stone.