Chereads / GRAFFITI AREA / Chapter 8 - Reuni

Chapter 8 - Reuni

Aku bersyukur bisa bertemu dengannya lagi.

Aku bersyukur bisa bertemu dengan kalian lagi.

Kakek, aku berhasil menemukan temanku.

________

Beberapa bulan kemudian setelah kejadian penculikan Kaede, Tamako dan Ibunya mengucapkan banyak terima kasih pada keluarga Madarame terutama Madara. Tak lama kemudian, Tamako pindah ke distrik Abeno. Tidak lupa Tamako mengucapkan salam perpisahan dan memberikan nomor ponselnya untuk selalu tetap berkomunikasi dengan Madara. Sejak saat itu, Madara yang kuat dikenal sebagai seorang gangster di sekolahnya. Siapa pun yang mencoba menyakiti teman-temannya di sekolah, ia berani melawan untuk melindunginya.

Setahun kemudian, Madara mendapatkan kabar dari Tamako.

"Fuyuki Matsuda berada di Abeno. Aku barusan melihatnya di dekat area BANDAI."

(Saat itu Fuyuki yang sudah melatih kemampuan spiritualnya dan mendapatkan gelar tertinggi memutuskan untuk pulang ke dunia nyata dan berada di kediaman Miyamoto).

Betapa bahagianya Madara saat itu. Meski ia belum tahu Fuyuki ada di mana, ia tetap berkomunikasi dengan Tamako melalui smartphone-nya berharap bisa bertemu kembali dengan Fuyuki.

Madara yang bertambah kuat menjadi pimpinan grup gangster yang dapat disewa oleh sejumlah perusahan. Ia memiliki kenalan bernama Toji Morishima di perusahaan Miyamoto yang merupakan staff bagian adminstrasi bawahannya Ashina Miyamoto, kakak angkat Fuyuki.

Berkat info yang pasti dari Tamako dan Toji, Madara memutuskan untuk bersekolah di SMA Abeno yang sama dengan Fuyuki.

Tetapi, belum berada sebulan di sekolah itu, Madara yang terkenal menjadi gangster di Tennouji diancam oleh kelompok Dorgeia ketika perjalanan pulang setelah mendaftar di SMA Abeno. Lagi-lagi mereka akan mengancam menculik salah satu keluarga Madarame. Tetapi, kelompok ini memiliki salah satu pengguna kemampuan spiritual.

*Kejadian itu: Madara pulang dari SMA Abeno dihadang oleh pria berjambul, padahal perjalanan pulang cukup jauh dan harus naik shinkansen (kereta api cepat).

Madara keluar dari gerbang SMA itu ....

"Akhirnya aku lulus juga. Tesnya tidak lumayan susah sih kalau belajar, hehem." Gumamnya dengan sangat percaya diri saat Madara melangkah menjauhi sekolah.

Tiba-tiba datang orang di depan Madara dengan jambul ayam (layaknya seperti preman kampus) mengisap rokok kemudian mengepulkan asap rokoknya di wajah Madara. Lalu membuang putung rokok itu di depan kaki Madara dan dia menginjaknya hingga asap dari putung rokok itu hilang.

"Oi bocah, wajahmu tampak familiar sekali." Orang dengan jambul itu berkata di depan Madara dengan tatapan meremehkannya.

"Hah!? Siapa kau?" Madara mengerutkan dahinya dan merasakan firasat buruk akan terjadi sebentar lagi.

"Kau tahu kan Dorgeia? Ah, mungkin ini pertanyaan yang bodoh. Bagaimana kalau aku aku ganti em ... em ...."

Dalam hati Madara "Bicara apa orang ini?"

"Ah! Mengapa kau berani sekali memijakkan kakimu di sini? Ayo Jawablah, hihihihi..." Orang dengan jambul itu nyengir dan mengejeknya.

Madara terdiam membaca situasi pastikan untuk tidak membuat kerusuhan di depan sekolah. "Aku mencari orang kuat." Jawab Madara singkat sambil mengepalkan tangannya.

"Hmm ..." Orang dengan jambul itu menepuk pundak Madara dan maju selangkah membisikkan sesuatu di telinganya "Jika kau masih lama di tempat ini, kami akan akan melayanimu."

Dalam hati Madara "Apa maksudnya!?"

"Dah!" Orang itu mengucapkan selamat tinggal dengan melambaikan tangan.

Beberapa hari kemudian, keluarga Madarame dan kelompok gangsternya mendapat surat ancaman dengan kelompok bernama Dorgeia. Ketika ia bertanya pada Toji, katanya Dorgeia mempunyai beberapa orang pengguna kemampuan spiritual yang dapat mengalahkannya.

Satu-satunya yang terpikirkan oleh Madara saat itu hanyalah "Fuyuki yang dapat mengalahkannya."

Namun, pertemuannya dengan Fuyuki malah menimbulkan kekecewaan, Fuyuki tidak mengingat Madara (Fuyuki memang tidak kenal Madara). Wajah dan tubuh Madara yang dulunya imut dan lebih pendek dari Fuyuki, kini menjadi kekar dan sangar, tatapan dan gayanya juga seperti preman. Sekelompok preman yang didirikan Madara dimaksudkan untuk menolong orang lain sekalipun dengan perkelahian. Tetapi, kini malah berujung ancaman pertarungan.

****

"Madarame! Oi Madarame!" Ucap Fuyuki dengan menggerakkan tangannya di depan wajah Madara. Madara yang duduk terdunduk dengan tatapan mata yang kosong melihat sekotak ubin lantai yang dipijakinya. Kemudian Fuyuki berbisik di telinga Madara. "Oi Ma-da-ra-me ...."

Madara yang tertunduk diam cukup lama melihat sekotak ubin itu, kemudian membelalakkan mata menoleh kanan kiri dan melihat ke depan, "Akh! Matsuda! Maaf kau bicara apa?"

"Aku tidak bicara apa-apa kok, hanya memanggilmu." Kemudian Fuyuki menyuguhkan secangkir kopi panas yang dibawa dari dapur bersama beberapa kue camilan.

"Terima Kasih." Madara berusaha mengambil cangkir itu tapi, tangannya ditepis oleh Fuyuki "Eh!!"

"Ini untukku." Fuyuki bermaksud untuk menggoda Madara dan berkata dengan sinisnya.

"Eh ...? Kukira disuguhkan." Madara dengan wajah lesunya menatap Fuyuki.

"Nih, untukmu (Fuyuki menyuguhkan segelas air dingin)! Aku tahu kok kamu haus banget." Fuyuki memejamkan mata dan melihatnya dengan salah satu matanya.

Madara memegang tangan Fuyuki dan memegang segelas air dingin tersebut.

Fuyuki bertanya dengan serius dan berkata dengan nada pelan "Apa yang kau lamunkan tadi?"

"Eh? A ... aku ... aku anu—"

Kemudian terdengar langkah kaki dari dua orang yang menuju ruangan Fuyuki dan Madara berbincang. Kedua orang itu berhenti di belakang tempat duduk mereka.

"Kalian sudah siap?" kata Fuyuki sambil menoleh ke belakang. Dia juga meletakkan kopi hangat tersebut dan tidak benar-benar meminumnya.

"Iya." Jawabnya seorang gadis manis yang berdiri di belakang, kemudian sang gadis itu melangkah di depan mereka berdua dan ditemani seorang cowok ganteng mengikutinya.

"Kalian kan-!?" Madara tercenggang karena begitu terkejut melihat orang-orang yang tampak dikenalnya.

"Aku Mawaru Yoshioka. Senang bertemu denganmu." Gadis manis itu sedikit membungkuk ketika memperkenalkan dirinya.

"Hiyori Fujisaki. Senang bertemu denganmu." Diikuti cowok ganteng itu pula yang membungkuk ketika memperkenalkan dirinya.

Madara yang sedikit canggung berdiri lalu berkata sembari membungkukkan badan, "Ak-ah-ma, Madara Madarame. Salam kenal, senang bertemu dengan kalian."

Rasanya ini seperti reuni!

****

Mawaru dan Hiyori duduk di dekat Madara.

Suasana berkumpul jadi terasa hening.

....

Suara detak jarum jam lama-lama terdengar semakin keras dan beberapa menit berlalu tanpa ada yang bicara sepatah kata pun.

Madara yang ingin memulai pembicaraan merasa canggung dan menjadi gugup.

....

Tiba-tiba ada suara langkah kaki melangkah yang terdengar dari arah lorong.

Persaan Dag Dig Dug dalam hati Madara terdengar hingga terbaca di hati Mawaru.

Mawaru menoleh ke Madara, namun Madara memasang muka kaku dan melihat ke arah lorong tanpa memperhatikan tatapan Mawaru.

Di pojok tembok itu, seorang gadis kecil bertelanjang kaki dengan mengenakan dress putih tanpa jahitan lengan memegang boneka yang robek menatap Madara dengan sungguh-sungguh.

Dalam hati Madara "Apa mereka semua tidak melihatnya? Atau cuma aku yang—" Seketika Madara kembali berkeringat dingin. Kemudian gadis kecil itu berjalan dengan langkah demi langkah kecilnya yang mendekati tempat mereka semua berkumpul (di ruang tamu).

"Tentu saja kami melihatnya." Bisik gadis manis di dekatnya, yang telah membaca isi hati Madara.

"Eh?" Madara langsung menoleh melihat Mawaru dan mereka berdua tatapan berdekatan.

"Kakak, bisa benerin bonekaku gak?" kata gadis kecil itu dengan manjanya menyodorkan bonekanya ke Fuyuki. Kemudian Fuyuki menerimanya.

"Eeeeeeeee!!" Madara terbelalak dengan begitu terkejutnya ketika gadis kecil yang dilihatnya itu memanggil Fuyuki. Tadinya ia kira benar-benar hantu atau arwah penasaran yang bergentayangan, begitu ingat Fuyuki menjawabnya tidak ada.

"Iya nanti kuperbaiki ya." Kata Fuyuki tersenyum lembut sambil mengelus kepala gadis kecil itu. Seketika gadis itu tersenyum dan mengecupkan bibir di pipi Fuyuki.

Fuyuki kemudian menoleh keheranan melihat ekspresi Madara saat itu.

"Kamu kenapa?" Tanya Fuyuki.

"Ng ...." Kemudian gadis kecil bernama Clara (sekitar 10 tahun) itu melihat ke arah Madara juga.

Fuyuki menurunkan pandangannya ke boneka yang di pegangnya itu. "Oh, apa kamu mau membenarkan boneka ini? Hmm ...." Fuyuki mengangkat boneka itu di depan wajah Madara.

"Hah! Yang benar saja!" Teriak Madara dengan keras, kemudian ia kembali mengerutkan dagunya dengan ekspresi kekecewaan, "Lawakan macam apa ini!?" gumamnya sembari memalingkan padangan ke lantai ubin yang dipijaknya.

"Dari tadi kau menatap lantai mulu ...." Fuyuki berkata dengan nada malasnya.

"Apa kakak ini suka sama ubin lantainya?" ucap Clara sambil mengacungkan jari telunjuk ditangan kanannya pada Madara.

"Entahlah." Fuyuki menjawabnya dengan menirukan gaya bicara anak kecil yang manja.

"Miris." Dalam pikiran Mawaru dan Hiyori yang sendang melihat Madara dengan tatapan malasnya.

....

"Clara, sebaiknya kamu ke kamar dulu, ya. Kakak mau bicara sesuatu dengan kakak-kakak ini." Fuyuki bermaksud mengusir Clara dengan halus karena topik pembicaraan kali ini tidak boleh didengar oleh anak kecil.

"Baik, kak." Clara pergi menuju kamar menyusuri lorong dan meninggal ruangan itu.

"Madarame, katakanlah apa yang tadi ingin kau katakan. Aku memang tidak bisa membantumu, makanya aku memanggil mereka berdua." Kata Fuyuki kembali membahas permintaan Madara.

"Mungkin kalian semua tak mengenalku, tapi aku mengenal kalian–" Madara bermaksud menjelaskan panjang lebar, dan ... "Ya, Master telah menjelaskannya soal itu." Sahut Hiyori yang menatap Madara

"Master?" Madara heran.

"Maksudku orang berambut putih keperakan yang ada di dekatmu itu." Kata Hiyori sambil menunjukkan orangnya.

"O-oh, Fuyuki Matsuda." Madara tidak terkejut begitu mendengarnya, pikirnya mungkin master itu ahlinya ahli dalam spiritual.

"Bagimu ini terlihat seperti reuni, kan?" kata Mawaru dengan manisnya di dekat Madara. Seketika wajah Madara memerah dan tersipu malu.

"Kenapa kau bisa tahu?" Madara bertanya pada Mawaru yang seolah-olah dapat membaca isi hatinya.

"Karena kemampuanku membaca isi hati seseorang." Mawaru tersenyum manis di hadapan Madara, membuat hatinya berdegup kencang.

....

*Reuni merupakan pertemuan kembali dengan teman sekelas, teman seangkatan, teman sekolah, kerabat atau kawan seperjuangan yang berpisah cukup lama.

"Tujuanmu ke sini bukan untuk reuni kan?" kata Fuyuki dengan serius menatap Madara.

"Ya, tujuanku kemari untuk meminta bantuan kalian."

"Katakanlah!" ucap Fuyuki mempersilakannya.

"Aku ingin meminta kalian untuk berkelahi. Alasannya adalah ...."

****