Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Jadi yang kedua

dwi_rohyati
--
chs / week
--
NOT RATINGS
4.6k
Views
Synopsis
Anya adalah wanita yang mandiri. Di usianya yang memasuki kepala tiga, ia belum juga menemukan tambatan hatinya. Hingga pada suatu hari ia berjumpa dengan teman SMA nya. Pria yang sejak dulu diam diam selalu ia amati dari jauh. Satu satunya pria yang mampu menggetarkan dawai dawai cinta dihatinya. Ketika tiba tiba ada seorang wanita yang datang dan memintanya menjadi istri kedua dari suaminya, Anya menhadapi sebuah dilema. Apakah ia hayus menerima pinangan wanita itu? atau ia harus mengubur cintanya?
VIEW MORE

Chapter 1 - Pertemuan

Anya Octora adalah seorang wanita berusia 30 tahun. Saat ini ia adalah pimpinan dari sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa perencanaan acara atau EO. Perusahaannya sangat terkenal di lingkungan para pebisnis karena Anya memang sangat piawai dibidangnya sehingga banyak kliennya yang merasa puas.

Penyebab lain tentu saja kecantikan Anya dan statusnya yang masih single membuat banyak pengusaha ingin menjadikannya sebagai kekasih, istri bahkan sekedar sebagai simpanan.

Siang itu, Anya sedang buru-buru. Ia ada janji dengan kliennya. Karena takut terlambat, maka ia mengemudikan mobilnya dengan cepat. Hingga tanpa sengaja ia menyerempet pengendara sepeda motor hingga membuatnya jatuh bergulingan di aspal jalan.

"Anda tidak apa-apa? " tanya Anya. Ia berusaha membantu orang itu.

Orang itu bangun lalu mendekati sepeda motornya. Sepeda motor jenis motor sport itu nampak tergores.

"Huff." terdengar orang itu mendengus.

"Maaf, saya tidak sengaja. Saya akan bertanggung jawab. "

Pria itu menatap Anya lalu membuka helmnya.

Anya kaget melihat wajah pria itu.

"Genta! Kamu Hung Genta Mahendra kan? " tanya Anya.

Pria itu tersenyum dan mengangguk. Ia lalu mengulurkan tangannya yang segera disambut Anya.

"Apa kabar? "

"Baik."

Mereka lalu melepaskan tangan masing masing.

Genta menatap takjub pada Anya.

"Maaf, Genta. Aku nggak sengaja. Aku sedang buru buru, "

"Nggak papa. Katanya buru buru. Sana, berangkat. Aku nggak papa kok. Nggak perlu tanggung jawab juga. "

"Ah ya. Makasih. Lain kali kalau kita ada kesempatan bertemu, aku akan membalas kebaikanmu ini. "

"Kau yang bilang lho. Jadi harus kau tepati. "

Anya mengangguk dan tersenyum, lalu melangkah pergi. Mendadak Anya membalikan badan dan memberikan sesuatu kepada Genta.

"Kartu namaku." katanya sambil tersenyum.

Anya memacu mobilnya meninggalkan Genta.

Sore harinya, saat Anya sedang di ruang kerjanya, ponselnya berdering.

"Hallo! "

"Hallo, Anya. Ini Genta. "

"Hai.. ada apa? "

"Mau menagih janji saja. Nggak ada yang penting kok. "

"Ok.. mmm.. kamu minta apa sebagai balasan atas kebaikanmu tadi pagi? "

"Temani aku makan malam ya, sekalian kita ngobrol. Lama kita nggak bertemu kan? Pasti banyak yang bisa kita obrolin. "

"Baik. Dimana? "

"Nanti aku share loc deh. Jam tujuh. Jangan telat!"

****

Anya bersiap. Ia merias diri di depan cermin dan tersenyum setelah melihat penampilannya.

"Perfect"

Lalu ia menyambar kunci mobilnya dan segera mengendari kereta besi itu menuju tempat yang ditunjukkan oleh maps di ponselnya.

Di dalam sebuah cafe, Genta sedang gelisah menunggu kehadiran Anya. Saat sesosok tubuh masuk, ia melambaikan tangan memanggilnya.

"Maaf. Aku telat ya?" sambil menarik kursi untuk duduk.

"Nggak kok. Baru juga lima menit." kata Genta.

"Mau pesan apa?"

"Samain aja."

"Ok." lalu ia melambai ke arah pelayan dan membuat pesanan.

"Kamu beda sekarang. " kata Genta sambil menatap Anya.

"Beda apaan ya? "

"Terlihat lebih percaya diri. "

Anya tersenyum. Ya, dulu dia memang gadis yang suka menyendiri karena ketidak peseannya.

"Kau juga lebih cantik. ' puji Genta yang membuat Anya tersipu. Pujian dari pria yang aekaraang duduk di hadapannya itu dahulu sangat ia harapkan.

Perbincangan mereka terhenti tatkala pelayan datang. Setelah pelayan pergi mereka melanjutkan obrolannya sambil menikmati hidangan yang tadi mereka pesan.

" Kau menetap di kota ini? ' tanya Anya.

"Enggak, aku lagi ada keperluan saja di kota ini. "

"Keperluan kerja? "

"Bukan."

"Berarti hanya sebentar ya di sini." hati Anya tiba tiba merasa kecewa.

"Tergantung."

"Tergantung apa? "

"Kalau ada yang membuatku betah di sini, maka aku akan lama dan bahkan mungkin menetap di sini. " kata Genta. Matanya menatap Anya penuh arti.

Anya tertunduk. Hatinya berdebar debar.