"Kau keluar malam dan menemui pria, apa nggak ada yang cemburu? " Genta memancing.
"Kalau mau nanya statusku, tanya aja langsung. Nggak usah pakai kalimat yang muter muter. '
" Sialan. Ketahuan. " mereka lalu tertawa.
"Aku masih single kok, jangan khawatir. "
"Maksudnya kau belum menikah atau pernikahanmu kandas?"
"Enak aja. Aku masih ori. Kenapa? Heran karena di usia segini masih melajang? "
"Bukan aku yang bilang. "
"Ais... " Anya memukul lembut lengan Genta. Genta reflek memegang tangan Anya yang memukulnya. Di genggamnya tangan itu. Mata mereka saling menatap. Anya lalu tertunduk dengan rona merah menghiasi wajah cantiknya. Ia menarik tangannya dari genggaman Genta.
"Apa pria di kota ini buta ya? Ada cewek secantik ini dibiarkan menjomblo. "
"Mereka tidak buta, standartku aja yang terlalu tinggi. " Anya terkekeh.
Genta menatapnya dengan serius.
"Apa aku masuk standartmu? "
Anya gugup sebentar. Lalu ia menjawab dengan candaan.
"Sayangnya tidak Tuan Genta. Maaf membuatmu kecewa. " senyum menggoda menghiasi bibir Anya.
Genta tersenyum getir. Walau ia tahu Anya hanya bercanda, namun jawaban Anya membuatnya kecewa. Ia berharap Anya akan bilang pria seperti dirinyalah yang Anya tunggu. Ia ingat bahwa saat SMA dulu, ia suka diam diam mengamati Anya. Gadis itu sebenarnya cantik, ia juga berkepribadian baik. Namun ia seperti hidup di dunianya sendiri sehingga Genta takut untuk mengusiknya.
'Anya! "
'Hm. "
"Kalau setelah ini aku sering mengajakmu bertemu, keberatan nggak? '
" Tergantung." jawab Anya pendek.
"Tergantung apa? '
" Ada yang cemburu apa nggak? "
"Kau ingin menanyakan statusku? Nggak usah muter muter. " Genta terkekeh.
"Hai itu kalimatku. Kau curang. " Anya kembali memberikan pukulan ke lengan Genta.
Hup. Genta menangkapnya. Membawa tangan itu ke bibirnya lalu mengecupnya lembut.
"Nggak akan ada yang cemburu. " jawabnya sambil mengunci pandangan Anya.
Hati Anya berdebar-debar mendapat perlakuan selembut itu dari pria yang selalu ia rindukan.
Kau tahu, aku tidak menikah karena masih ada kamu di hatiku. Batin Anya.
Lama mereka saling menatap hingga masing masing sadar dan saling menarik tangannya.
"Apaan sih. " kata Anya yang ditanggapi senyum manis Genta. Suasana berubah jadi canggung.
"Sudah malam, sebaiknya kita pulang. "
"Ok. Aku akan mengantarmu. "
"Nggak perlu. Aku bawa mobil, kok. "
"Kalau begitu aku nebeng. "
"Hah! "
"Tutup tu mulut. Nanti ada lalat masuk. Aku naik taksi tadi. Jadi bolehkan nebeng? "
"Eh boleh kok. "
Mereka lau keluar dari cafe.
"Sini biar aku yang nyetir! "
Anya memberikan kunci mobilnya kepada Genta.
Sejurus kemudian mobil yang mereka tumpangi telah berbaur dengan kepadatan lalu lintas di Jakarta.
"Kau tinggal di mana? " tanya Genta. " Ketikan disini. " Genta menyerahkan ponselnya. Sebelumnya ia sudah membuka sebuah aplikasi maps disitu.
"Untuk apa? '
" Sudah lakukan saja! "
Anya menurut. Ia mengetikan alamatnya. Dan aplikasi itu menunjukkan jalan ke arah rumah Anya.
Genta mengikuti arahan aplikasi.
"Kenapa memakai aplikasi? Kau kan bisa langsung tanya ke aku. " Anya merasa aneh dengan kelakuan Genta.
"Kalau aku nanya ke kamu, kau akan bilang. Nggak perlu antar aku. Aku bisa pulang sendiri. Begitu kan?"
"Kau ini. " sekali lagi Anya memukul lengan Genta.
"Sekali lagi kau memukulku, aku akan menciummu! " ancam Genta.
Anya menunduk. Mukanya sudah sangat merah.
"Belum dicium saja aku dah malu begini. Bagaimana kalau ia benar benar mencium ku. Batin Anya. Hei apa yang kupikirkan.
Anya menggelengkan kepalanya mengusir pikirannya yang mulai liar.
" Kenapa menggeleng. Pasti lagi memikirkan hal hal yang kotor ya? " goda Genta.
Anya ingin memukul lengan pria itu, namun ia urungkan karena ingat ancaman Genta.
'Kenapa tidak memukulku.? Padahal aku menunggu pukulanmu lo. "
"Kau, dasar. " Anya tersenyum dan membuang pandangannya ke luar jendela.
"Yup.Kita sudah sampai. " Genta menghentikan mobil tepat di depan gerbang rumah Anya.
"Kau mau langsung pulang? Nggak mau mampir dulu? "
"Apa boleh? " tanya Genta penuh harap.
"Tentu saja boleh. "
"Nggak ah, sudah malam. Nanti kena gerebek kamtib" Genta kembali menggoda Anya.
"Kau! " Anya memukul lengan Genta, dan Genta langsung menangkap tangan itu menariknya hingga sangat pemilik jatuh ke dalam pelukannya. Segera bibir Genta menempel di bibir Anya. Melumatnya sebentar lalu melepaskannya.
"Bukankah sudah kuperingatkan. " Genta berkata setelah melepas ciumannya. Anya syok.
"Baiklah nona, silahkan masuk. Aku mau pulang. Sopir dan mobilku sudah menunggu di belakang. " Genta keluar dari mobil Anya dan berjalan menuju mobil yang ada di belakang.