Saat ini terdengar dengan samar suara telpon tersambung di telepon genggam seorang Alex.
Tutt.. Tuttt.. Tutt...
Di lain tempat lebih tepatnya di restoran Jepang terdengar suara ponsel seorang wanita yang sedang membersihkan meja makan restoran siapa lagi kalau bukan Ana.
Ana merasa terganggu sedari tadi dengan ponselnya yang ia abaikan bergetar berada di kantong celana sampingnya. Ia langsung bergegas mengambil dan memeriksa siapa yang menelpon di saat jam bekerja.
Ana mengerutkan dahinya bingung siapa gerangan yang menelpon dengan nomer asing dan tidak tertera nama nomer di kontak teleponnya tersebut.
"Nomer siapa nih? gak ada namanya juga" tanya Ana kepada dirinya.
"Mungkin nomer orang yang nyasar" ucap Ana dengan santainya.
Setelah itu, di satu sisi lain Alex yang merasa tidak terima karena telponnya tidak di angkat oleh Ana, ini adalah kali pertama ia diabaikan oleh seseorang. Alex tentu saja langsung merasa kesal dan membuang ponselnya di atas meja kerjanya.
"Awas kau gadis sombong! akan ku beri pelajaran jika kita bertemu," ucap Alex dengan wajah devilnya serta nada suara yang menyeramkan.
Lalu Alex melihat jam yang melingkar di tangannya sambil berkata lirih dengan di iringi wajah kesalnya "Dimana Damian? perutku sudah meras lapar dan ini sudah waktunya makan siang huhh!"
Bertepatan dengan perkataan lirih Alex terdengar suara pintu ruangan Presdir di ketuk dari luar. Setelah itu, masuklah seorang pria berjas yaitu asisten Damian sambil membawa paper bag berukuran sedang dengan berisikan sesuai pesanan Alex.
"Tuan, ini sesuai pesanan anda, makan siang dengan menu makanan Jepang," ucap asisten Damian di depan meja kerja Alex sambil di iringi membungkukkan badannya sedikit.
"Hem yah, taruhlah di atas meja sana biar aku makan di sofa!" Perintah Alex sambil menunjuk kearah sofa dengan ada mejanya yang berada di ruang kerjanya.
"Baik tuan," jawab asisten Damian.
"Segeralah makan siang dan kembali ke ruangan ku! Ada yang ingin aku bicarakan denganmu Damian," perintah Alex lagi kepada asisten Damian.
"Baik tuan, saya permisi undur diri untuk makan siang," ucap asisten Damian kepada Alex.
" Hem yah, pergilah!" ucapan Alex kepada asisten Damian.
Setelah kepergian asisten Damian Alex berdiri dari tempat duduknya lalu melangkahkan kakinya menuju kearah sofa untuk memulai acara makannya.
Setelah duduk di sofa, Alex menarik paper bag berukuran sedang itu untuk mengeluarkan isinya.
15 menit kemudian setelah selesai makan siang, Alex melangkahkan kakinya menuju meja kerjanya untuk melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.
Alex yang merasa tak sabaran lagi untuk menunggu kedatangan asistennya yaitu Damian. Lalu ia memanggil asistennya tersebut lewat interkom yang berada di atas meja kerjanya guna untuk memanggil asistennya yang masih berada di ruangannya untuk makan siang.
"Damian cepatlah ke ruangan ku dan juga segera selesaikan makan siang mu!" ucap Alex dengan nada membentak sedikit.
Damian yang sedang makan siang di ruangannya pun merasa tersedak. Karena terkejut dengan suara interkom berbunyi yang menandakan ada panggilan dari tuanya itu dengan nada membentak.
Damian segera menghabiskan makan siangnya dengan tergesa-gesa. Dan segera menuju keruangan tuanya itu.
Sesampainya di depan ruangan tuannya, Damian segera mengetuk pintu ruangan yang bertuliskan ruangan Presdir. Setelah mengetuk pintu sebagai sikap sopan nya kepada sang atasan, Damian kemudian melangkahkan kakinya masuk ke ruangan tersebut.
"Iya, ada apa tuan anda memanggil saya," ucap Damian dengan nafas yang tidak teratur sambil membungkukkan badannya.
"Aku memberimu tugas! carilah data diri seorang wanita yang ada di KTP ini secara lengkap tidak boleh ada yang tertinggal sedikit pun!" ucap Alex dengan nada perintah sambil menunjuk KTP seorang wanita yaitu Ana.
"Aku beri waktu 24 jam dari sekarang, jika kau terlambat ku potong gaji mu," ucap Alex lagi dengan nada perintahnya.
"Baik tuan akan saya usahakan semampu saya," jawab asisten Damian.
"Hem.. jangan lupa waktunya hanya 24 jam!" ucap Alex mengingatkan asistennya itu agar tidak terlambat memberikan data diri seseorang.
"Baik tuan akan saya ingat," ucapan asisten Damian kepada Alex.
"Hem sekarang kamu pergilah dan cari info sebanyak-banyaknya!" ucap Alex kepada asistennya itu.
"Baik tuan saya permisi undur diri." pamit asisten Damian kepada tuannya sambil membungkukkan badannya.
Setelah itu, asisten Damian keluar dari ruangan tuannya itu untuk segera melaksanakan tugas yang di berikan oleh Alex.
*
*
**
Di tempat tepatnya restoran Jepang tempat kerja seorang Ana. Di saat istirahat jam makan siang dengan sahabat baiknya itu. Ana sepat memikirkan sesuatu yaitu si penelpon tanpa nama.
Ia sampai merasa bingung dan heran dengan seorang yang menelponnya terus menerus dan tidak ada nama di kontak si penelpon tersebut. Hingga ia terpaksa mengabaikannya karena masih dalam waktu jam kerja.
Di satu sisi Keren yang merasakan hal aneh dengan wajah teman baiknya itu. Ia memukul pelan punggungnya temannya tersebut untuk menyadarkan lamunan Ana.
"Hei! Ana.. Ana.. ada apa dengan dirimu? adaa apa dengan wajahmu itu Ana?" tanya Keren dengan menaikkan salah satu alisnya itu.
"Eh.. emm.. eng-ngga kok gk ada apa apa, kau saja yang salah kira dengan wajahku ini," ucap Ana sedikit gugup dan ragu untuk menyakinkan Keren dari pikirannya.
"Hey Ana! jangan menipuku!! aku sudah tau sifat mu seperti apa, kau saja tidak pandai berbohong," ucap Keren dengan yakin sambil memajukan sedikit wajahnya di depan wajah Ana.
"Aku saja sudah bisa melihat dari matamu kalau kau berbohong ana," sambung ucapan Keren lagi sambil melihat mata temannya itu.
"Huff... Iya iya aku mengaku kalau aku berbohong," ucap Ana dengan berwajah lesu.
"Kau tau! aku dapet telpon dari seseorang yang tidak di kenal nomernya dan orang itu terus menerus menghubungiku di saat jam kerja tadi Ren," lanjut ucap Ana kepada temannya itu dengan berwajah serius.
"Hemm... kau memang tidak pernah sekali pun mengangkat telpon orang asing aku tau sifat mu ini, Ana." ucap Keren sambil menepuk jidatnya sendiri dengan pelan.
Keren tak habis pikir dengan sifat sahabat karibnya ini. Ia sampai menggelengkan kepalanya pelan dengan sifat Ana. Ana pun tak pernah sekalipun memiliki fikiran siapa tau si penelpon tersebut sangat penting baginya. Yang hanya ada di pikirannya takut nomer asing itu adalah nomer seorang penjahat.
Selesai melewati percakapan tadi, tiba tiba Keren teringat dengan janji teman baiknya itu dengan seseorang.
"Ohh iya Ana, apakah urusanmu sudah selesai dengan orang yang mobilnya kau tabrak itu?" tanya Keren dengan wajah penasarannya.
Ana merasa terkejut dengan pertanyaan yang di sampaikan oleh Keren. Dan ia lupa belum sama sekali menghubungi pihak yang di tabrak mobilnya itu.
"Ya ampun, aku lupa. Gimana ini, Ren?" ucap Ana dengan gelisah sambil meremas kedua tangannya.
"Yaampun Ana, dasar kau ceroboh! nanti sepulang kerja jangan lupakan telpon orang yang kau tabrak mobilnya itu," balas ucapan keren kepada Ana sambil mengingatkan temannya itu.
"Hemm, baik pasti akan ku ingat!" ucap Ana dengan yakin sambil mengepalkan kedua tangannya dengan semangat.
Lalu kedua sahabat baik itu melanjutkan pekerjaan setelah jam makan siang selesai.