Di tengah perjalanan pulang kerja, Ana sempat berfikir bagaimana caranya awal menghubungi pihak yang di tabrak olehnya. Gadis cantik itu sempat bingung apakah harus berbelit-belit dulu atau segera mengucapkan kata meminta maaf.
"Huff... ayo! Ana semangat kamu pasti bisa, jangan panik,oke!" batin ana dalam dirinya di atas motor sambil mengepalkan salah satu tangannya.
Sesampainya di depan gerbang rumahnya, Ana mematikan mesin motornya. Lalu Ana membuka gerbang rumahnya dan pintu rumahnya. Setelah itu ia menuntun montornya tersebut untuk memasukkan kedalam rumah.
Selesai memasukkan montornya ke dalam rumah, Ana melangkahkan kakinya untuk mencari adiknya itu. Tujuan Ana pertama yaitu kamar Bryan.
Sesampainya di depan pintu kamar Bryan. Ana mengetuk pelan pintu tersebut karna sudah jam 9 malam lewat 45 menit. Lalu Ana memegang gagang pintu dan membuka pintu kamar Bryan.
Setelah itu, Ana memasukkan kepala ke dalam kamar Bryan untuk melihat adiknya sudah tidur atau belum. Ia melihat di atas ranjang tidur terlihat Bryan yang tertidur dengan pulas di bawah selimutnya tebalnya itu.
"Adikku tersayang sudah tertidur rupanya." ucap Ana pelan dengan di iringi tawa kecilnya.
Setelah memastikan adiknya, Ana kemudian segera menutup pintu kamar tidur adiknya itu. Gadis cantik itu lalu melanjutkan langkah kakinya untuk menuju kearah kamarnya sendiri. Di kamar Ana memulai membersihkan tubuhnya selepas dari pulang kerja.
Tidak butuh waktu lama bagi Ana untuk membersihkan tubuh hanya 15 menit. Lalu, ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi dan menuju kearah lemari yang berada di kamarnya itu.
Ana membuka lemarinya untuk mengambil baju kaos polos berwarna putih dan celana pendek di atas lutut bewarna hitam. Setelah itu, Ana mengenakan baju yang baru di ambilnya dari lemarinya tersebut.
Gadis cantik itu melangkahkan kakinya menuju kearah ranjang tidur guna untuk merebahkan dan mengistirahatkan badannya yang lelah itu.
Ana yang merasa gelisah dengan tidurnya tersebut merasa tidak nyaman. Ia segera bangun dari merebahkan badannya dan mengambil ponselnya yang berada di samping bantalnya.
"Kenapa aku tidak bisa tidur pulas? apa ada sesuatu yang belum selesai aku lakukan, tapi apa?" gumam Ana dengan mimik wajah bingungnya.
"Ya ampun aku lupa, aku kan belum menghubungi orang yang mobilnya aku tabrak tadi," ucap Ana dengan keterkejutannya.
"Dasar kamu orang pelupa Ana huh!" Lanjut Ana lagi sambil memukul kepalanya dengan pelan.
Ana segera menghubungi orang yang di tabrak mobilnya itu. Ia mengambil kartu nama seorang yang mengemudi mobil tersebut yang di simpannya di laci nakas samping ranjang tidurnya.
Selepas itu Ana menekan setiap angka yang tertera di kartu nama tersebut di ponsel genggamnya itu. Dan menekan tombol hijau untuk menyambungkan telpon tersebut.
Terdengar suara tersambung dari sebrang telpon sana.
Sementara itu ...
Terdengar suara orang pria di sebrang sana yang mengangkatnya yaitu sekertaris Damian.
"Halo, dengan siapa ini?" saut jawab sekertaris Damian dengan orang yang menghubunginya.
"H-halo tuan s-saya Briana Debora Caitlin yang menabrak mobil bos anda," ucap Ana dengan suara gugupnya.
"Oww ternyata anda nona, pas sekali," ucap sekertaris Damian di sebrang telpon sana dengan suara tegasnya itu.
"Saya mau mengatakan kalau saya ingin meminta maaf dan bertanggung jawab atas kesalahan saya tuan kepada bos anda," ucap Ana dengan hati ketakutan.
"Anda datanglah besok ke perusahaan grand Company pada jam 10 siang tepat nona! kita akan mendiskusikan masalah ini besok," ucap sekertaris Damian dengan nada perintah yang tidak bisa di bantah sekali pun.
"B-baik tuan saya pastikan, saya akan datang besok!" jawab Ana dengan yakin sambil di iringi kegugupannya itu.
"Hem baiklah! saya tunggu kedatangan anda nona," ucap damian dengan nada dinginnya itu sambil mengakhiri telepon secara sepihak.
Tutt
"Iya tu- " jawab Ana dengan tidak melanjutkan katanya.
"Loh kok gak ada suaranya," lanjut Ana sambil melihat layar ponselnya.
Ana yang tidak tau jika telpon sudah berakhir dan tidak terdengar jelas suara sambungan telpon yang terputus.
"Main seenaknya saja nutup telpon secara sepihak, Huh.. dasar kutub es sama saja dengan bosnya, dikira aku siapanya?" umpat ana sambil menekan nekan ponselnya dengan kesal.
Lalu Ana merebahkan badannya lagi sambil melempar ponselnya kearah samping bantalnya.
"Ana jangan lupa besok! kau harus datang ke perusahaan si kutub es itu," ucap Ana dengan semangat sambil mengepalkan kedua tangannya itu untuk menyemangati diri sendiri.
"Baiklah mari kita istirahat Ana dan menyambut esok pagi dengan semangat!" Lanjut ana lagi dengan sayup sayup matanya.
Tidak butuh waktu lama hanya 5 menit Ana sudah tertidur dengan pulas di atas ranjang tidurnya yang minimalis itu.
*
**
**
Di lain tempat lebih tepatnya di kamar tidur Alex. Alex merasa gelisah juga dengan tidurnya. Pria tampan itu segera bangun dari tidurnya dan duduk di atas ranjang kasurnya yang empuk.
Setelah itu, Alex mengambil segelas air putih yang berada di atas nakas samping ranjang tidurnya. Dan segera Alex meneguk air putih tersebut untuk menghilangkan rasa gelisahnya.
'Ada apa dengan diriku ini? biasanya tidak seperti ini, aneh sekali!" ucap Alex dengan wajah bingungnya itu.
Terdengar suara notif ponsel Alex yang berbunyi di atas nakas samping ranjang. Segera Alex menaruh kembali gelas air yang ia pegang di atas nakas. Lalu Alex melihat ponselnya siapa yang mengirimnya pesan di jam malam.
"Damian," gumam Alex pelan.
Segera Alex membuka pesan singkat yang Damian kirimkan kepadanya.
[Tuan saya sudah meminta orang yang menabrak mobil anda datang kekantor besok jam 9 pagi tepat] pesan Damian kepada Alex.
[Hem kerja bagus dam] balas singkat Alex kepada Damian.
Alex menyeringai devil dengan pesan yang di kirim Damian kepadanya itu.
"Permainan di mulai." Gumam Alex dengan senyum miringnya itu.
Alex menaruh kembali ponselnya tersebut di atas nakas dan mencargernya.
Lalu Alex kembali merebahkan badannya untuk mengistirahatkan badannya yang sudah lelah itu.
"Baiklah, Alex saatnya kamu tidur dan isi tenaga," ucap Alex sambil membenarkan bantal tidurnya di lanjut membetulkan pengatur dinginnya AC yang berada di kamarnya dengan benar.
"Mari sambut esok pagi dengan awal permainan sangat baik Alex." Lanjut Alex dengan menutup matanya itu.
Tidak beberapa hanya 5 menit Alex sudah tertidur dengan pulas di atas ranjangnya. Dibawah selimutnya yang tebal itu Alex tengah memeluk gulingnya dengan erat.
Keesokan harinya matahari sudah terlihat menyinarkan cahayanya. Terlihat seorang pria tertidur dengan pulas di bawah selimut tebal terganggu dengan suara pintu yang di ketok dari luar. Dan ia juga terganggu dengan cahaya matahari yang lewat di sela sela jendela bergorden tipis.
"Tuan Alex, mari bangun ini sudah siang," ucap Bibi Sumi kepada tuannya itu.
"Tuan, asisten Damian sudah menunggu di bawah,"lanjut ucap wanita paruh baya yaitu Bibi Sumi.
Rutinitas setiap hari di pagi hari Alex yang selalu di bangunkan oleh Bibi Sumi dari luar kamarnya.
"Iya Bi ini aku sudah bangun," sahut Alex seperti biasa kepada Bibi Sumi dengan sedikit nyawa yang belum terkumpul.
Lalu Alex keluar dari ranjang tidurnya dan memakai sandal rumah yang berada di samping bawah ranjang tidurnya. Ia melangkahkan kakinya menuju kearah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan bersiap pergi bekerja.