Si muka kuning dan kawan-kawannya merasa kecelik. Dia kini tahu bahwa mereka berhadapan dengan dua orang gadis yang hebat, yang memiliki ilmu kepandaian tinggi. Biarpun mereka merasa penasaran, namun sekali ini. benar benar merasa tidak berdaya. Mendengar ancaman gadis yang kecil mungil kelihatan masih remaja itu, yang menempelkan pedang di lehernya, diapun mendapatkan kesempatan untuk melampiaskan rasa penasaran dan dendamnya.
"Baik, lihiap (pendekar wanita), bebaskan kami dan kami akar cepat menyuruh dua orang kami mengemba likan kuda jiwi lihiap (pende kar wanita berdua)."
"Huh, kaukira kami bodoh? Suruh saja seorang dari temanmu yang masih dapat berlari, engkau dan tiga yang lain tinggal di sini. Kalau dalam waktu satu jam kuda kami belum kembali, kalian berempat akan kusayat-sayat!"