"Hah? Helicopter?" Kira mengulangi kata-kata Ryan.
Ryan mengangguk
"Hmm.. helicopter! Kau pernah naik?" Ryan melirik Kira.
Kira menggeleng cepat.
"Hahahha. Tak perlu menjawab aku sudah tahu!" Ryan menjawab dengan sombongnya, seperti biasa.
"Lalu kanapa kau bertanya, suamiku? Apa guna kau bertanya padaku kalau kau sudah tahu jawabannya? Hufff..." Kira mendengus kesal dalam hatinya dengan sikap suaminya yang terkadang menyebalkan
TING
Lift terbuka. Helicopter ada di depan mereka.
"Kenapa heli-nya mati? Kenapa belum menyala? Ini tumben Andi!" tanya Ryan sambil berjalan keluar lift, menuju helicopter yang mesinnya masih mati. Belum menyala.
"saya tidak tahu Tuan Muda. Mungkin menunggu Tuan Muda dan Nyonya naik dulu." jawab Asisten Andi yang juga bingung, karena biasanya mesin sudah menyala. Dan mereka langsung terbang setelah masuk ke dalam helicopter.
Klek
"Halo, sayang.. Apa kabarmu?" Seorang wanita dengan rambut sepinggang gaya soft bangs, sudsh ada di dalam helicopter, bersama anak berusia sepuluh tahun..
"Oh tuhan.. Kenapa dia di sini.." wajah Asisten Andi menjadi pucat melihat wanita yang ada di dalam heli.
"Kau tak menjawabku Ryan, apa kau sudah melupakanku, karena terlalu banyak bermain?" Wanita itu tersenyum penuh makna pada Ryan. Lalu menatap Asisten Andi. " Andi.. Apa suamiku masih melupakanku dan anakanya?"
"Nyo.. Nyonya Cassandra.." Asisten Andi tertunduk tak berkata apapun setelah menyebut nama wanita itu.
"Apa maksudmu? Siapa kau? Turunlah. Aku harus mengantar istriku ke kampusnya, aku tak ada waktu untuk meladenimu!" Ryan berbicara ketus pada wanita bernama Cassandra di dalam heli.
"Felix, temani Andre dulu." Cassandra menengok ke ajudannya, memberikan Andre, anak yang dari tadi ada di sisinya. Lalu menatap kembali ke Ryan "Aku rasa sudah saatnya aku harus mengingatkan siapa aku pada suamiku.." Cassandra menengok ke Kira. "Bahkan sekarang suamiku sudah menikahi mainannya, hahaha!" Cassandra turun, dari Heli, dan mengandeng tangan kanan Ryan, sedangkan Kira memegang tangan Kiri Ryan.
"Mommy.. Where will you going.."
"Stay with Felix, Andre. I will talk with your daddy.. I'll come back soon!"
"Lepaskan tanganmu dariku!" Ryan memaksa, tapi Cassandra tak melepaskannya. Bahkan Asisten Andi terlihat takut padanya dan menyuruh para bodyguard menjauh.
"Tidak kali ini, Ryan.. Kau sudah kelewatan dalam bermain! Daniel.. Follow me and bring all that stuff!" Cassandra bicara dengan nada tinggi.
"Yes, madame."
"Andi!" Ryan memanggil.
Asisten Andi tak menjawab, hanya menunduk makin dalam.
"Andi, kau.. Bahkan kau tak berani menatapku atau wanita ini?" Ryan yang sempat melihat tingkah laku Andi menyadari ada sesuatu yang dilupakannya, yang berhubungan dengan wanita yang menarik tangannya.
"Tuan Muda.. Maafkan aku.. Haaah.. Aku tak tahu bagaimana harus melindungimu dari wanita ini. Dia bahkan di luar jangkauanku dan jangkauanmu. Kira.. Maafkan aku.. Aku tak dapat melakukan apapun kalau nenek sihir ini sudah kembali." Perasaan serba salah dalam dirinya tak terbendung lagi.
"Ya Rob.. Ada apa ini? Apa yang terjadi?" Rasa takut, bingung, dan semua rasa lainnya berkecambuk dalam hati Kira.
TING
Lift terbuka, Cassandra masih menarik Ryan mengikutinya, berhenti di apartemen yang ditempati Ryan dan Kira.
"Andi, usir semua bodyguard ini dan buka pintunya!"
"Baik, Nyonya Cassandra!" Andi segera melakukan yang di suruh oleh Cassandra.
"Andi.. Kau bahkan tak mendengarku lagi setelah wanita ini datang?" Ryan melirik Andi, semakin merasakan ga nyaman dalam hatinya.
"Oh Ya Rob.. Aku semakin mengerti situasinya.." Kira berusaha sekuat tenaga untuk menahan air matanya tumpah. Rasa sesak di dadanya, bahkan membuatnya lupa kalau sekarang sudah waktunya bekerja di lab dan Farid menunggunya.
Tiiiiit
Pintu terbuka
Klek.
Cassandra membuka pintu.
"Pasang videonya!"
"Baik, madame!"
Daniel dengan cepat memasang flash disk di televisi dalam apartemen, menyalakan televisi lalu menunjukkan beberapa foto dan video di layar datar itu.
"Ini video pernikahan kita. Kau lihat bagaimana kau sangat menyayangiku dan mencintaiku di sana.. Foto dan video bulan madu kita.. Masa saat aku hamil, dan terakhir, foto saat kita masih kuliah dan kau menjadi kekasih yang sangat menyayangiku. Kau lihat di sana.. Bagaimana kau memuja dan mencintaiku. Foto-foto kita berdua, sebelum kau jatuh sakit." Cassandra mendekat ke Ryan. "Apa kau masih tak mengingatku? Kau lihat disana.. Kau lihat bagaimana hubungan kita.." Cassandra bicara dengan Penuh penekanan.
"Apa maksudnya ini.. Aku menikah denganmu.. Bahkan aku tak merasa menikah denganmu.." Ryan tampak bingung. Kali ini dia sudah melepaskan tangan Kira, menjambak rambutnya dengan kedua tangannya.
"Kau melupakanku, kau hilang ingatan karena kecelakaan saat kau menuju rumah sakit untuk datang ke persalinanku. Saat aku melahirkan anakmu. Itulah kenapa kau sangat takut mengendarai mobil sendiri. Kau hanya mengingat bahwa kau belum menikah. Andi mendampingimu untuk membantu mengingatkanmu akan diriku, saat kau kembali tinggal bersama orangtuamu. Tapi sayangnya, ada kejadian buruk saat itu. Pembunuhan orangtuamu, membuatmu semakin gila dan depresi. Aku tak bisa membahayakan anakku untuk tinggal bersamamu. Aku harus pergi, mengurus anak kita dan melindungi bisnis keluargaku. Tanggung jawabku cukup besar, karena kita bukan dari keluarga biasa saja, Ryan.. Cassandra Kovach.. Kau pasti tau namaku.. Siapa aku.. Seberapa besar bisnisku. Dan aku selalu ada di belakang bisnismu. Mendukungmu selama kau tak mengingatku. Tapi kali ini kau sudah kelewatan.. Andi apa kau juga lupa.. Aku mengizinkan Ryan bermain.. Bukan menikah.."
Sayup-sayup terdengar teriakan kata - kata itu sebelum Kira turun dengan lift. Yah, Kira berhasil kabur perlahan saat Ryan sudah melepaskan tangannya. Memanfaatkan kekosongan bodyguard di luar dan pintu apartemen yang terbuka sedikit, sehingga tak ada yang menyadari kepergiannya.
"Oh Ya Rob.. Waktuku hanya tinggal beberapa menit.. Aku harus cepat." Kira bergumam dalam hatinya.
TING
Pintu lift terbuka. Kira berlari ke lobby. Keluar secepat mungkin dari lobby.
"Taksi!"
Klek
"Cepet pak.. Ke pasar baru!"
"Siap nona!"
Hati Kira sudah tak karuan.. Dia tak tahan melihat foto dan video yang di pasang di layar datar tadi.
"Berhenti.. Berhenti..!" Kira mengehentikan taksi setelah berjalan kurang lebih satu kilometer. Dan Kira langsung mematikan Handphonenya.
"Kenapa nona?"
"ini ambil.. Saya turun di sini!"
Klek
Kira turun dari mobil, lalu berlari sejauh yang dia bisa menghindari tempat tukang taksi berhenti.
"Bang, ojek!"
Kira langsung naik ke atas ojek sebelum tukang ojek menengok.
"Roxy.. Kita ke Roxy.. Cepet bang! Ngebut ga pake lama!" Kira berusaha melupakan apa yang dilihat tadi, dan berusaha untuk berpikir logika. Mengutamakan logikanya, dan tidak menangis.
"Siap Neng..."
Melewati jalan tikus, tukang ojek membawa Kira sampai ke Roxy sangat cepat.
"Makasih, bang.. Ambil ni!" Kira memberikan uang seratus ribuan, lalu berlari ke dalam roxy center.
"Neng, kembaliannya?"
"Ambil ajaaaa" teriak Kira masih sambil berlari masuk.
"cari apa mba, handphone model terbarunya, mungkin?"
"Saya mau jual laptop sama handphone" jawab Kira cepat.
"Boleh liat barangnya?"
"Inih" Kira memberikan dengan cepat.
"Wah, masih gress ini.." pedagang toko sanhat antusias.
Pedagang mengamati, untuk beberapa lama, dan akhirnya mendekat ke Kira.
"Ini paling bisa, kita kasih di dua puluh lima juta."
"Tapi itu semua di beli harga empat puluh lima juta, belum ada seminggu."
"Yah, ini barang seken mba, ga bisa kalau harga segitu. Bawa dusnya ga?"
"Enggak.. Ga sempet.."
"Tuh. Apalagi ga bawa dus.. Dua puluh paling mentok. Soalnya batangan ini jadinya."
"Ya udah.. Dua puluh gapapa!"
Transaksi deal.
Kira menyimpan uang dalam tasnya, lalu keluar dari Roxy. Berlari memastikan dia sudah jauh dan tak berada di tempat jangkauan CCTV sebelum melanjutkan perjalanan.
"Bang Ojek! Pasar Baru, bang!"
"Oke, siap neng!"
Ojek melaju cepat,
"Bang.. Bang.. Stop disini!" Kira berhenti di tengah jalan lagi, turun dan membayar ojeknya.
"Belum sampai, neng."
"gapapa.. Mau mampir kerumah temen dulu! Makasih bang."
"Kebanyakan ini neng.."
"Ambil aja, bang.. Saya ga ada receh!"
Kira berlari agak kencang, dengan masih menunduk, dan menbuka cadarnya. Membuang ke dalam tempat sampah yang dilewatinya, melepas jilbabnya, masih sambil berlari,
"Taksi!"
Kali ini, Kira memberhentikan mobil taksi.
"Kemana Neng?"
"Kota. Kota tua." Kira sudah masuk taksi dengan membuka kerudungnya. sudah tak memakai kerudung, menunjukkan rambutnya yang dikepang.
"Huff.. Maafkan aku ya Rob.. Aku harus lakukan ini hari ini.. Aku harus terlihat berbeda hari ini.. Aku harus pergi secepatnya dari kota ini dengan merubah penampilanku. Aku tak sanggup kalau sampai harus bertemu dengannya lagi!" Tetesan air mata kini tumpah, mengalir di pipinya.
"Berhenti, pak!"
"Hah, Kita belum sampai, neng.. "
"Gapapa.. Makasih, ya pak! Ini bayarnnya, pak!"
Klek
Kira turun dan berlari tanpa memperdulikan panggilan supir taksi yang mau mengembalikan uangnya. Kira masuk, ke toko baju yang tadi dilihatnya saatbada di dalam taksi.
"Ada yang bisa saya bantu, mba?"
"Saya mau beli ini, sama ini. Boleh coba dulu ga?" Kira menunjuk baju kaos lengan pendek dengan celana jeans pensil.
"Boleh, mba.." penjaga toko mengantar Kira ke kamar pas. Tak sampai lima menit Kira keluar dan mengenakan baju yang tadi di cobanya.
Berapa harganya, saya langsung pakai ini.
"Dua ratus tujuh puluh lima ribu, mba."
"inih."
Kira membayar, lalu memasukkan kembalian dan baju gamis yang tadi dipakainya ke dalam tas.
"Terima kasih, mba.."
"Sama-sama.."
Klek
Pintu toko ditutup, dan Kira melangkah keluar toko. Berjalan menyusuri trotoar, sebelum akhirnya menghentikan tukang ojek.
"Mau kemana neng?"
"Kampung rambutan. Terminal kampung rambutan, bang!"
"Dari sini, enam puluh ribu, neng, gimana?"
"Iya, gapapa."