"Oh Ya Rob... Maha Suci Engkau Yang Maha Agung, Maha Pengasih, Maha Penyayang.. Akhirnya Aku melihat bagaimana lelaki ini diperlakukan oleh seseorang sama seperti Dia memperlakukanku.. Ahahahahahah.. Aku senaaaaaang.. Bahkan Aku ingin sujud syukur saat ini jugaa... Wkwkwkwkwk!" Kira benar-benar bahagia menyaksikan ini. Bagaimana seorang lelaki yang selalu menyiksanya. Akhirnya memohon dengan sangat manis pada seorang wanita. Bagaikan sebuah mimpi bagi Kira bisa menyaksikan ini.. Setelah tiga bulan yang membuatnya tersiksa, hiburan kali ini seperti oase di padang pasir tandus untuknya.
"Ini!" Tante Lusi menyerahkan resep obat pada Ryan. Yang ingin segera diambil oleh Ryan, tapi ditarik lagi oleh tangan Tante Lusi.
"Tanteeeee..."
"Behave, Ryan! Jangan lupakan itu! Hiduplah lebih baik! Aku berharap Kau move on dan mendapatkan kebahagiaanmu!
Tante Lusi menaruh resep di meja, yang segera di ambil Ryan. Dan Dia menyenderkan badannya di kursi.
"Thank you, tante. Aku akan mendapatkan itu setelah semua Aku selesaikan!" Ryan berdiri.
"Saat semua Kau selesaikan, Kau hanya akan terperosok lebih dalam, Ryan. Dan Kau akan hancur setelah itu. Percayalah padaku! Hiduplah lebih baik, ikuti hatimu. sebelum saat itu tiba dan Aku tak akan pernah bisa menyembuhkan luka itu dan menolongmu!"
Tatapan Tante Lusi sangat tajam sama mengerikannya dengan tatapan Ryan menurut Kira.
"Apa memang genetik keluarga ini seperti itu?" Kira mulai berspekulasi.
Ryan pergi tanpa pamit dan sudah menarik tangan Kira.
"Terima Kasih Tante, selamat tinggal!" Membuat kira harus berpamitan dengan berteriak. Karena tangannya sudah diseret oleh Ryan.
"Hati-hati sayang!" Suara Tante Lusi yang juga berteriak mengucapkan salam perpisahan pada Kira.
Hati Ryan semakin bergemuruh mendengar perkataan Tante Lusi. Tapi, Dia tak ingin mendengarkan nasihat Tantenya itu. Ryan masih berusaha ingin menjaga komitmen awal pada rencananya tiga bulan lalu.
"Kenapa lambat sekali? Sampai Aku harus menarikmu seperti ini?" Ryan berhenti dan memarahi Kira.
"Aku sudah berusaha menyeimbangi langkahmu."
"Hey. Kau mau menjawab dan melawanku? Kau tahu Kau itu lambat?"
"Iya." Kira mengangguk.
"Aku tak suka lambat! Aku mau cepat! Mengerti?"
"Iya." Kira mengangguk lagi.
Ryan menghentikan omelannya yang hanya bisa didengar telinga Kira itu karena Ryan mengomel sangat pelan.
"Mendekat!"
Perintah Ryan yang membuat Kira langsung mendekat berdiri didepan tubuh Ryan. Tingginya yang hanya 160cm membuatnya terlihat mungil dihadapan Ryan dengan tinghi 188cm.
Ryan menarik napas panjang. Menaruh tangan kanannya di bahu Kira.
"Tanganmu.. Rangkul pinggangku!" Kira dengan cepat melakukan perintah Ryan.
Ryan memasukkan resep di tangan kirinya ke kantong celananya. Lalu tangan kirinya memegang tangan kiri Kira yang merangkul punggunya. Mereka berjalan beriringan. Ryan berjalan lebih pelan dan lebih berperasaan.. Tak lagi menarik-narik tubuh mungil Kira lagi.
"Kenapa dengannya? Apa memang sangat mudah baginya berganti mood?" Kira betanya-tanya dalam hatinya.
"Aku sudah Gila! Perasaanku.. Kenapa menguasaiku seperti ini? Kau.. Kenapa membuatku gila seperti ini! Dasar gadis bodoh! Kenapa Kau selalu menurutiku? Apa Kau tak mau menentangku? Menunjukkan sedikit taringmu padaku seperti yang Kau lakukan pada Andi? Kenapa Kau bisa selepas itu dengan Andi, tapi Kau tak bisa membela dirimu seperti itu dihadapanku? Tunggu.." Ryan yang sedang asyik dengan pikirannya sendiri tiba-tiba menghentikan langkahnya. Memiringkan wajahnya melihat ke Kira.
"Apa Kau menyukai Andi?"
"Haaah?" Kira mendongak! "Asisten Andi?" Kira memggeleng cepat. "Aku bahkan ingin membunuhnya!" Jawab Kira cepat.
"Apa Kau ingin membunuhku juga?"
Kira menggeleng.
"Yaaaa.. Aku juga mauuuu!" Sorak soray dalam hati Kira yang tentunya tak akan diungkapkannya.
"Aku ga akan membunuhmu, Suamiku." Jawab Kira di bibirnya.
Ryan melanjutkan berjalan. Menatap lurus kedepan.. Hatinya berbunga. Dia bahagai. Walaupun tak menunjukkan ekspresi apapun diwajahnya.
"Si Bodoh ini tak menyukai Andi! Hahahah.. Akan Aku bunuh dan mutilasi, Kau Andi! Kalau tadi Dia mengatakan menyukaimu!" Ryan sangat ingin berteriak menyuarakan isi hatinya ini. Tapi tentunya itu tak mungkin dilakukannya.
"Kenapa sih, orang ini? Aneh!" Pikir Kira yang tak paham akan gejolak di hati Suaminya.
Ryan dan Kira sudah sampai di apotek. Ryan memberikan resep Kira dan membayarnya setelah Dia mendapatkan obatnya. Mengulurkan tangannya pada Kira yang disuruhnya duduk dikursi tunggu.
Ryan kembali merangkul Kira. Namun saat ingin berbalik, Ryan menubruk tubuh seorang dokter.
BUG
Dokter muda itu sepertinya sedang terburu-buru ingin menuju suatu tempat..
"Ah, Maafkan Saya, Tadi Saya tidak berhati-hati!" menyalami tangan Ryan sebagai tanda permohonan maaf yang disambut oleh Ryan dan juga tersenyum ramah.
"Kamu gapapa?" Ryan bertanya ke Kira yang diikuti oleh pandangan dokter itu yang juga melihat ke Kira.Tapi, Dia tak lagi berfokus pada Kira yang dari tadi menunduk.
kira selalu menunduk, karena Ryan memang melarang Kira memandang laki-laki lain.
"Sha Sha.."
Refleks Kira mengangkat kepalanya menatap dokter tadi. Dan Ryan yang sedang memandang Kira, mengikuti arah mata Kira memandang, melihat objek yang dipandang Kira.
"Kau Sha Sha..." Dokter muda itu memegang tangan Kira.
Tapi Kira tak menarik tangannya hanya bengong menatap orang didepannya.
"Aaaah!" Ryan menarik tangan Kira secara paksa. Membuat Kira berteriak..
"Kau salah orang" Ryan mulai emosi.
Dokter itu memandang Ryan dan berbalik lagi memandang Kira.
"Sha Sha, siapa Pria ini?" Dokter yang tadi terburu-buru, seakan lupa akan tujuannya dan mematung memandangi Kira.
"Hey, kenapa Kau memanggilnya seperti itu? Bahkan Kau tak melihat wajah istriku! Bagaimana bisa Kau memikirkan Dia wanitamu? Minggir!" Ryan semakin geram.
Kira hanya diam.saja. Dia sudah menangis sesegukan melihat orang didepannya. Hati Kira sakit melihat lelaki ini. Lelaki yang tak mungkin lagi dimilikinya.
"Sha Sha.. Aku kembali tiga bulan lalu. Tapi Kau sudah pindah. Keluarga lain menempati rumah itu. Mereka bilang telah membelinya. Aku menghubungi handphonemu. Tapi Kau ganti nomor. Media sosialmu semua tak aktif. Aku mencari dikampusmu, tapi tak pernah menemuimu. Aku gila mencarimu!" terus saja dokter itu berbicara tanpa memperdulikan Ryan.
BUG
Ryan yang sudah tak sabar langsung membogem dokter muda itu.
"Astaghfirulloh.." Kira tersadar akan kebodohannya. Dia tak boleh memikirkan Willy lagi. Dia sudah menikah dengan Ryan. Kisahnya sudah selesai dengan Willy.
"Suamiku, sudah. Jangan memukulnya!" Kira menatap Dokter tadi. "Maaf Dokter! Anda salah orang!"
Dokter tadi tak mau kalah. Menarik tangan kanan Kira.
"Sha Sha.. Bagaimana Aku bisa salah orang? Sedangkan Kau masih memakai tas pemberianku sebagai hadiah ulang tahunmu ke empat belas tahun?"
DEG
Kira baru sadar.. Tasnya yang membuat Willy mengenalinya.
"Jelaskan padaku.. Kenapa Kau bisa menikah dengannya? Apa sulit Kau menungguku? Aku kembali tepat waktu setelah selesai studiku. Bahkan tujuan utamaku langsung ke rumahmu saat tiba di negeri ini!" Willy memburu Kira. Tak ingin melepaskan Kira.
"Maafkan Aku, Willy... Tolong maafkan Aku.. Lupakanlah Aku.." Kira menangis.
"Katakan padaku, Kau masih mencintaiku kan? Kau akan membuang tas itu kalau hatimu tak lagi untukku! Katakan padaku!" Willy kembali memegang tangan Kira dan kaget dengan apa yang dipandangnya.
"Sha.. Tanganmu.. Dari mana Kau dapat luka sebanyak itu?" Willy menarik cepat obat ditangan Ryan. Membuka melihat jenis obat apa disana.
"Kau.."
BUG
Willy sudah memukuli Ryan. Tak mau kalah Ryan juga memukuli Willy.
"Ya Rob.. Hentikaaan!" Kira berteriak kencang.
Security melerai Willy dan Ryan yang masih berusaha saling menyerang.
"Lepaskaan!" Ryan melepaskan Dirinya dari security.
"Ayo pulang!" menarik tangan Kira.
"Kauuuu.. Jangan bawa Sha Sha! Willy mendekat lagi, walaupun tangannya masih dipegang security.
"Dia istriku. Istri sahku! Kau tak ada hak menyuruhku untuk meninggalkan ShaKira Chairunisa disini!" Ryan menatap Willy, lalu memungut obat dilantai dan pergi menarik Kira.
Kata-Kata Ryan membuat Willy oleng, dan jatuh lemas di lantai. Wanita tadi adalah kekasihnya, wanita tadi masih mencintainya. Tapi kenapa menikah dengan lelaki tadi? Apa yang sebenarnya terjadi? Ada apa ini? Apa yang terjadi pada kekasihnya setelah kepergiannya? Jelas Sha Sha menangis tadi. Sha Sha masih mencintainya. Willy bingung kemana Dia harus mencari jawaban pertanyaan dihatinya.
Sementara itu Ryan sudah dalam emosi yang memuncak. Menarik Kira ke arah parkiran. Biasanya Ryan akan menyuruh jemput di foyer. Tapi tidak kali ini. Dia memilih mendatangi mobilnya. Andi yang melihat tuannya datang, panik dan segera membuka pintu.
"Masuuuk!" Dengan Kasar Ryan menyuruh Kira masuk.
"Pergi Kau, kenapa masih disini? Apa Kau bodoh? bawa supir bodoh itu pergi juga! Jangan kembali ke mobil sebelum Aku menyuruhmu kembali!" Ryan memaki Asisten Andi. Tapi tentunya, Asisten Andi yang sudah sepuluh tahun bersama Ryan, paham akan tempramen Tuannya. Dia segera menarik supirnya dan menunggu dibawah pohon. Tak jauh dari mobil sambil memandangi mobil Tuannya.
"Oh. Ya Rob.. Apa lagi yang akan terjadi padaku... Tolonglah Aku.." Kira sangat ketakutan didalam hatinya.