Ryan menutup pintu. Duduk diam di dalam mobil. Hatinya sangat sesak menahan marah mengingat semua kejadian tadi di depan apotek. Berbagai kemelut mencuat di dalam hatinya. Dia marah melihat istrinya menangis sesegukan karena lelaki lain. Bahkan lelaki itu mencintai istrinya. Lelaki itu seperti memiliki kenangan yang dalam dengan istrinya. Hatinya sakit bagai tertusuk pisau. Rasa yang belum pernah Ryan rasakan. Dia berusaha untuk menepis rasa sakit itu. Tapi semakin di tepis, rasanya semakin membuatnya sakit. Rasanya semakin sesak. Rasanya semakin menusuk ke jantungnya.
"Aku tak suka Kau pakai ini saat Kita hanya berdua? Apa sulit untukmu memahamiku?" Ryan mencoba untuk mengeluarkan kata-kata. Hatinya sudah hampir meledak, Dia butuh pengalihan. Dan sekarang, pengalihan itu pada niqob.. Ryan kesal tak dapat melihat wajah Kira.
Kira tak bicara apapun. Dia membuka niqobnya. Menunjukkan wajahnya yang sudah sembab penuh dengan airmata. Tangisannya juga masih disana. Mata Kira masih meleleh, menangis.
"Kau berani menangisi dokter tadi didepanku?" Ryan semakin merasa sesak didadanya.
"Maafkan Willy, suamiku.." Suara Kira masih sesegukan
"Hahaha. Kau bahkan menyebut namanya dengan bibirmu didepanku?" Ryan ingin menangis mendengar nama itu. Tapi yang terjadi justru Ryan tertawa melengking sangat kencang. Membuat Kira semakin ketakutan.
"Ya Rob...tolonglah Aku.. Suamiku marah!" Kira sangat takut.
"Kenapa diam? Kenapa Tak menjawabku?" Ryan mendekati wajahnya ke wajah Kira.
Kira masih diam, hanya terisak semakin kencang dan matanya terus mengeliarkan air mata. Membuat Ryan semakin tak sabaran.
Ryan menarik kerudung Kira, mencopotnya.
"Ya Rob.. Apa yang mau dilakukannya?" Kira bergidik ngeri, jantungnya sudah semakin kencang
"Kau j*l*ngku. Jangan pernah bermimpi tentang pria lain jika dihadapanku. Apalagi menangisi pria lain!" Ryan bicara sambil mnjambak rambut Kira sangat kencang.
"Aaaaakhh.." Kira meringis. Karena Ryan menjambaknya sangat lama.
Tapi Ryan kini sudah menelan saliva nya.. Melihat leher jenjang Kira yang terlihat indah didepan matanya. Ryan melumat leher Kira dengan tak melepaskan jambakan rambut Kira. Tangan kanan Ryan membuka resleting belakang baju gamis Kira. Mendorong kira hinga posisi tertidur di kursi penumpang, membuka pakaian Kira tanpa memperdulikan Kira yang masih menangis.
Ryan melepaskan paksa baju Kira. Menikmati semua tubuh Kira dengan kasar. Menyalurkan semua kemarahan dan nafsunya yang memang sudah ditahan dari saat di kantor. Ryan bahkan lupa bahwa Dia melakukannya di mobil. Walaupun mobil ini gelap, tapi tindakan Ryan sudah membuat repot Asisten Andi dan supir mengusir setiap orang yang melihat mobil bergoyang siang hari.
Ryan terus melakukan serangan pada Kira. Berkali-kali Kira merasakan pelepasan. Tapi Ryan belum juga puas. Satu jam lebih Ryan meluapkan emosinya. Hingga akhirnya Ryan mencapai puncak.
Ryan masih memakai baju atasannya lengkap. Hanya celananya saja yang sudah turun. Kira sudah tak memakai apapun. Kira sudah sangat berantakan dan sangat lemas. Sakit diluka-lukanya juga bertambah sakit. Dari tadi malam Kira belum makan, karena melayani Ryan. Kemudian Kira berpuasa, walaupun puasanya batal, tapi Dia belum makan dan minum. Ditambah sekarang Ryan memborbardirnya sampai berkali-kali tanpa henti.
"Kemari"
Kira masih lemas, tapi Dia tetap bangun dari posisinya yang masih tiduran dan membuka kedua kakinya seperti akan melahirkan bayi, menghampiri Ryan.
Rya memeluknya.
"Kau tahu, kenapa Aku melakukan ini padamu?"
"Tidak, suamiku." Kira berusaha menjawab dengan sisa tenaganya..
Ryan meletakkan tangannya di bagian bawah tubuh Kira yang tadi telah dimasuki oleh sebagian tubuh Ryan. Mengelus-elus disana, memasukkan tangannya mengeluarkan lagi beberapa kali, terus menerus,, membuat Kira mencengkram kursi tempat duduk menahan semua rasa disekujur tubuhnya dan merasa semakin hina.
"Taruh kepalamu disini!" Ryan menunjukkan pahanya.
Kira melakukannya.
"Terlentang!"
Kira yang tadinya dalam posisi miring merubah posisinya terlentang dengan menekuk lututnya. Karen ga muat. Mereka masih didalam mobil.
"Kenapa menangis? Kau membenciku?"
"Tidak, Suamiku."
Mata Kira meleleh, air matanya masih keluar, tangannya mencengkram kursi tempat duduk sangat kencang. Tak tahan menahan semua desiran yang dilakukan tangan Ryan. Bermain-main dengan dengan puncak tertinggi di dadanya. Ryan terus memilin disana tanpa peduli apapun. Membuat Kira semakin tak tahan..
"Arghhhhhh.. Sssshh... Aaaaah.. " Kira memgeluarkan Air mata lebih banyak sekarang menahan semua rasa ditubuhnya. Bahkan Dia sudah melupakan kejadian tadi dirumah sakit. Pertemuannya dengan Willy karena menahan semua rasanya sekarang. Kira menjadi kehilangan kewarasannya.
"Sssu..suamikuuu... Sssshhh..."
"Kau mau apa memanggilku, hah?"
"Akuuuu... Aakhhhh... Sssshhh.."
"Kau kenapa sekarang hah?"
"Aku.... Ssshhh.." Kira bahkan berani menatap Ryan.. Tatapannya sangat memelas. Rasa ditubuhnya semakin melonjak. Kira sudah tak tahan, ingin memasukkan sesuatu dibagian bawahnya. Kira bahkan memindahkan tangannya dari memegang jok mobil ke organ bagian bawahnya.
"Kenapa memindahkan tanganmu ke sana? Jauhkan tanganmu dari sana!"
Kira menjauhkan sesegera mungkin
"Tapi.. Ssssh.. Hmmm...aghhh.. Suamiku"
"Kau mau Aku apakan?" Tanya Ryan dengan tatapan merendahkan.
"Aku mau..."
"Katakan yang jelas!"
"Lakukan sesuatu.. Argghh.. Suamiku.. Ryaaaann.. Cepatlah.. Aku ga tahan.. Arghhhh" Tubuh Kira mengeluarkan keringat cukup banyak karena menahannya.
"Kau mau apa?"
"Masukkan.. Aku mohon.. Ryaaaan.. Masukkan milikmu.. Aku mohon!"
"Hahhaha.. Ryan tertawa puas!" Wanitanya sudah tak memanggil nama pria berpakaian dokter tadi lagi. Tapi memanggil namanya. Ini membuat hatinya kembali berbunga-bunga dan moodnya kembali baik. Ryan melayani Kira, walaupun tadi Dia sudah selesai. Tak berapa lama, Kira akhirnya mendapatkan pelepasan lagi. Ryan melepaskan penyatuan dirinya dengan Kira.
Membersihkan miliknya dengan tissue seadanya, dan memakai kembali pakaian bawahnya. Kira masih tergeletak di sofa. Tenaganya sudah habis. Kira berusaha mengumpulkan semua tenaganya. Tapi, Dia juga malu dengan apa yang baru dilakukannya tadi.
"Aduuuuuuh... Kenapa Aku bisa sampai tak tahu malu seperti tadi? Bahkan meminta padanya untuk menyetubuhiku? Apa-apaan Aku ini.. Kenapa jadi tak waras begini... Huffff.. Malunya Akuuuu.. Harus bagaimana sekarang? Aku bahkan memanggilnya Ryan.. Apa Dia marah padaku karena Aku bersikap ga sopan?" Kira mencoba menerka apa yang terjadi tadi dan apa yang terjadi setelah ini. Apa Ryan akan marah padanya lagi?
"Aaah.. " Kira memekik.
"Diamlah! Aku hanya membersihkan!" Ryan mengelap organ kewanitaan Kira dengan Tissue.
"Duduk!" Perintah Ryan.. Kira segera melakukannya. Ryan memngangkat kaki Kira, satu persatu memasukkan ke dalam lubang celana Kira.
"Ehmm, biar Aku saja!" Kira berusaha mengambil celana dari tangan Ryan. Tapi kemudian diurungkannya melihat tatapan membunuh dimata Ryan.
Kira membiarkan Ryan melakukan apapun ditubuh Kira. Memakaikan celana, baju gamisnya, dan kerudungnya. Walaupun Ryan sebenarnya kesusahan memakaikan kerudung Kira, tapi Kira membantunya. Mengajari Ryan cara memasangnya. Ryan tak ingin Kira memakainya sendiri jadi hanya mengajari Ryan cara terbaik untuk Kira saat ini.