"Alhamdulillah... Cepatnya pertolongan-Mu, Ya Rob!" Kira bersyukur dari dalam hatinya. Seenggaknya kali ini Asisten Andi menyelamatkannya. Ryan sudah Diam dan berhenti memaki lagi.
Ryan membuka pintu, turun, memberikan tangannya ke Kira untuk turun melalui pintu yang sama yang dituruni Ryan.
Kita dengan cepat memakai tas selempangnya, dan memegang tangan Ryan.
Kali ini Ryan tidak merangkul Kira. Hanya menggandengnya. Lebih tepatnya menyeret Kira untuk menyeimbangi langkahnya yang lebar. Ryan berjalan didepan dan Kira mengikuti setengah berlari dibelakang Ryan yang masih memegang tangannya menyusuri lorong rumah sakit. Hingga sampai pada satu pintu bertuliskan
DOKTER LUSI
Klek
Ryan membuka pintu tanpa mengetuk.
"Hay Ryan! How are you? Is everything good?"
"Hmm. Like usual!"
"Who is she?"
Lusi memperhatikan wanita bercadar yang digandeng Ryan.
"Fix her!"
"Hah? Apa maksudmu?" Dokter Lusi tak mengerti maksud Ryan, kini memandang Kira. "Hai, Aku Lusi! Aku tantenya Ryan! Silahkan duduk!" Lusi tersenyum ramah.
"Halo, Nyonya.."
"Hey, Apa Aku terlihat tua hingga Kau memanggilku seperti itu?"
"Ehm.. Tapi Aku juga masih sembilan belas tahun. Tapi semua orang memanggilku Nyonya Muda karena menikahi ponakanmu" Kira berbisik dari dalam hatinya..
"Maaf.. Dokter Lusi.."
"Hey, Apa Kau menganggapku orang lain hingga bicara formal?"
"Haaah? Kenapa dokter ini? Kenapa sama menyebalkannya dengan Ryan?" Kira mulai ingin menerkam dokter cantik didepannya.
"Ehmm.." Hanya ini yang keluar dari bibir Kira. Dia kehabisan akal apa yang harus dikatakan pada dokter cantik ini. Usianya memang sudah tak muda. Tapi Dia sangat cantik.
"Panggil Tante Lusi. Karena Kau Istriku!" Ryan membantu istrinya kali ini. Dia sudah geleng-geleng kepala dengan kebodohan Kira.
"Ah, Maaf Tante Lusi." Kira sedikit membungkuk.
Lusi tersenyum.
"Duduklah!"
Ryan dan Kira duduk.
"Apa masalahnya?" Tante Lusi menatap Ryan.
"Buka Bajumu!" Ryan melirik Kira
"Haaa?" Kira kaget mendengar perintah Ryan dan menatap Ryan tak percaya dengan perkataan yang baru saja didengarnya.
"Apa Aku salah? Aku menyuruhmu membuka bajumu supaya Tante Lusi bisa melihat lukamu dan memberi obat! Apa Kau bodoh?" Ryan sudah menuding-nuding kepala Kira lagi.
"Ryan! Apa Kau bodoh? Begitu caramu memperlakukan wanita?" Lusi geleng-geleng kepala. Lalu berdiri, berjalan ke arah Kira. "Mari ikut Aku, sayang.. !" tersenyum pada Kira dan memberikan tangannya pada Kira.
Kira menerima uluran tangan Tante Lusi, masuk ke bilik untuk periksa pasien.
"Maafkan ponakanku, Ryan. Dia memang sedikit kasar pada wanita. Dia hanya punya sedikit pengalaman dengan wanita!" Tante Lusi memulai pembicaraan..
"Hohoho.. Sedikit pengalaman? Pintar sekali, Kau Suamiku menyembunyikan semuanya! Para wanita yang datang silih berganti setiap malam Kau bawa pulang, bermesraan dengan wanitaberbeda setiap harinya dirumah, bahkan berangkat kerja dijemput wanita! Hueeeek.. Apanya yang sedikit pengalaman!" Kira mulai gila dengan pernyataan Tante Lusi yang sangat berbeda dengan pengalamannya tiga bulan bersama Ryan.
"Siapa namamu sayang?"
"Eh.. Maaf Tante, aku ngelamun tadi. Namaku Kira."
Kreek
Tanye Lusi menutup tirai.
"Mari Aku bantu buka bajumu. Kita lihat apa yang telah diperbuat ponakanku padamu sampai Dia segusar itu membawamu padaku!" Tante Lusi membantu membuka resleting belakang gamis yang dipakai Kira
"Oh no... Ryaaaaan!" Berteriak memanggil ponakannya.
Kreeek
Ryan membuka tirai.
"Apa sudah puas menghinaku, nenek tua?"
"Apa yang Kau perbuat hingga seperti ini?" Tante Lusi memandangi ponakannya. Dan Kira hanya bisa tertunduk. Walaupun tanpa menunduk juga, kedua orang disampingnya ga akan bisa melihat ekspresi diwajahnya.
"She's drive me crazy 'til i lose control! That's her fault. Why she's so stupid!" Ryan dengan santainya berbicara, sambil bersandar di tembok dan melipat tangan didadanya. Melihat Tante Lusi dan luka dipunggung Kira.
"You are Pshyco.." Tante Kira mengalihkan pandangan ke Kira. "Buka Bra mu. Itu membuat lukanya tambah parah dibagian ini!" Dokter lusi meletakkan tangannya di kain melingkar yang memiliki pengait.
"Tapi.. Rasanya aneh tanpa Bra.." Suara Kira sangat pelan dan Dia sangat malu-malu jika harus kemana-mana tanpa bra.
"Tidak apa sayang.. Hanya seminggu, lalu semua bisa kembali normal. Kau bisa pakai bra lagi nanti!" Tante Lusi membuka baju Kira, hingga sudah setengah badan, membuka bra Kira dan memakaikan Cream di luka Kira yang membuat Kira meringis kesakitan. Lalu memakaikan baju Kira lagi. Kira memasukkan Bra ke dalam tasnya.
Tanpa para wanita sadari, Ryan yang masih diposisi yang sama, melihat adegan itu merasakan desiran yang memang selalu bergejolak setiap kali melihat tubuh Kira.
"Ada apa denganku? Kenapa semua rasa ini semakin besar? Harus bagaimana lagi Aku menghancurkan wanita ini supaya rasa ini pergi? Arghhhh.. Kau.. Kau membuatku gila, ShaKira Chairunisa! Tapi Kau tak boleh ada di hatiku! Bahkan Kau kini sudah bisa mengganggu pikiranku! Kurang ajar! Kau hanya budakku! Pelampiasan dendamku! Kau tak lebih hina dari pelacur! Kau.. Kau menyebalkan! Arghhhhh kenapa Kau tak keluar dari hatiku? Kenapa Kau membuatku seperti ini? Tersiksa memikirkanmu bahkan sampai bodoh memperdulikanmu seperti ini! Membawamu ke rumah sakit dan dasar wanita. Kauuuuuu!!! Awas Kau nanti!"
Ryan semakin gila dengan pikirannya. Dia berjuang sangat kuat untuk membenci Kira. Menghancurkan Kira namun hatinya semakin menolak dan semakin menentang pikirannya. Bahkan alam bawah sadar di otaknya kini semakin tak mau peduli dengan perintah Ryan yang harus selalu membenci wanita yang kini menjadi istrinya.
"Mari turun, sayang!" Tante Lusi memberikan tangannya ke Kira.
Kira segera mengalungkan tas selempangnya dan turun dari tempat tidur.
"Matamu terlihat sangat cantik, sayang.. Boleh Aku melihat wajahmu?"
"Tak boleh! Jangan coba-coba!" Ryan menjawab cepat dan melepaskan tangan Tante Lusi dari Kira, dan Dia sendiri memegang tangan Kira.
"Obat!"
"Hey, Kau menodongku!" Tante Lusi protes pada ponakannya yang meminta tanpa sopan santun.
"Cepatlah. Kau tau Aku sangat sibuk!" Ryan mulai tak sabaran.
"Kenapa tak suruh supirmu saja mengantar Kira kalau Kau sibuk, bodoh!"
"Ah, apaaa? Dia bilang Ryan bodoh? Hahahahahahah.. Sungguh hiburan luar biasa bisa mendengar ini! Terima kasiiih Tante Lusi.. kau telah mengatakan kata-kata yang selama ini ingin sekali Aku katakan.. Oh ya Rob...Astaghfirulloh haladzim.. Maafkan Aku Ya rob.. Bukan maksudku ingin menghinanya.. Tapi ini kenyataan..hihi" Kira sangat bahagia didalam hatinya.
"Please, jangan mulai lagi. Berikan obatnya!"
"Duduklah!"
Ryan tak ada pilihan selain duduk. Tante Lusi mengamatinya.
"Behave!"
Ryan menghela napas.
"Aku minta resep obat untuk Istriku!"
"Behave!"
Lagi, Tante Lusi mengulangi kata-katanya.
"Tolong, berikan resep obat untuk istriku, Tante Lusi.."
"Where is your smile, Ryan?"
"Tolong, berikan resep obat untuk istriku, Tante Lusi.." Kali ini suara Ryan sangat merdu dan Dia juga tersenyum sangat manis.