flashback
hari itu,ketika Dewa sedang terburu buru menghadap ketua dekan,karena menurutnya,ada kesalahan saat ia hendak membayar uang kuliahnya.meskipun hampir semua di bayar dengan beasiswa nya,tapi ada sebagian yang harus ia urus sendiri,
(tidak mungkin sistemnya salah,pasti ada yang tidak beres dengan ini semua)batinnya,sambil menyusuri arah ruang ketua dekan dengan sedikit berlali.
tok...tok...tok...
tanpa jawaban pintu langsung dibuka,
didalam sana ada ketua Dekan dengan seseorang yang menurut ia tidak asing.di sudut kanan dan kiri ada dua bodyguard dengan posisi sigap siaga apabila ada yang terjadi dengan tuannya,
"duduklah"pak Dekan mengintrupsi
seorang pria paru baya dengan setelan khasnya,jas berwarna putih, mendominasi rambutnya yang hampir semua memutih,wajahnya masih terlihat bugar,meski jika dilihat dari penampilannya pria itu hampir sebaya dengan kakeknya.
"selamat siang,Nak Dewa"pria itu menyapa sambil mengulurkan tangan
"anda mengenal saya?"si jangkung membalas.
"benar,bagaimana bisa jika saya tidak mengenar mahasiswa berprestasi seperti nak Dewa ini,seluruh kampus ini tahu betul,siapa Nak Dewa,
"anda terlalu berlebihan"sijangkung membalas
perkenalkan Saya Handoko kusuma"pria itu masih lekat dengan tangannya yang masih berjabat,
"saya Dewa,"cukup nama saja yang ia ucapkan.karena ia sedikit tahu banyak tentang siapa orang yang ada didepannya ini,
"beliau adalah ketua yayasan disini,Nak Dewa,selebihnya kamu pasti tahu siapa Beliau"Pak Dekan menimpali.
semua kembali duduk
pak dekan menyodorkan amplop besar berwarna coklat,
dibukanya amplop itu dengan rasa penasaran,terdapat beberapa lembar formulir yang menunjukan pendaftaran kuliah di fakultas paforit di luar negri yang ia idam idamkan selama ini,tapi di lembar terakhir,ada selembar kertas yang dibuat semakin heran dengan isinya.yaitu fakta tentang dirinya yang berada di tengah keluarga kusuma.
si jangkung kaget bukan main,mana mungkin pria biasa sepertinya adalah anak keturunan kusuma,lebih tepatnya cucu Handoko kusuma,sementara ia mengetahui siapa kedua orangtuanya.
"jangan terlalu kaget anak muda,jika kamu penasaran dengan semua itu,datanglah kerumah"pak tua memberikan kartu namanya,
kemudian kakek itu pergi begitu saja meninggalkan seribu pertanyaan d benak si jangkung...
belum tuntas ia dengan keheranan yang sebelumnya,kini ia di hadapkan dengan kenyataan yang tidak pernah di bayangkan sebelumnya.
semenjak kematian ibunya,anak itu merasa tidak memiliki siapapun,kecuali ayahnya yang entah dimana keberadaannya,melanjutkan sekolah menengah atas dengan mengandalkan kepintarannya,hidup dengan sisa sedikit tabungan dari ibunya,membuat ia berfikir bahwa ia harus bisa berjuang dengan mimpinya,yaitu kuliah di kampus paforitnya d luar negri dan mencari dimana keberadaan ayahnya,dengan tekad itulah ia mampu masuk di kampus yang lumayan sangat bergengsi di kota ini.dan kini,semua seperti kepingan puzzle yang perlahan tersusun.siapa dirinya dan siapa keluarganya.
* * *
"kenapa coba kita harus pisah"Nina manyun dengan hasil pembagian mangang,
"sabar Nin,kita kan masih satu kampus"zalikha mencoba menghibur,
"iya,ini bukan akhir kita kali,semangat nin"Meta ikut menyemangati.
"loe berdua seneng bisa satu tempat,bisa barengan deh,lah gue..."gadis itu kembali manyun.
"ya udah biar loe ga bete lagi,gue traktir nonton minggu ini mau g?"
"serius loe"nina antusias
"akh awas nanti batal lagi kaya waktu itu loe mendadak sakit perut"meta ragu
"waktu itu kan lain keadaannya.. kali ini gue serius.demi sahabat gue yang manyun terus ini"zalika meyakinkan sambil mencubit pipi Nina
"aaaw sakit tau"Nina kesakitan
meta tertawa melihat kedua sahabatnya kembali ceria.
.
.
.
.
hari minggu
mana nich yang ngajak nonton"sahut Nina
"lagi di jalan kali,tadi di telfon anaknya udah on the way"
hampir setengah jam keduanya sedang menunggu di depan bioskop,tapi yang di tunggu belum menampakkan batang hidungnya.
"gak jadi kali.pulang yuk"
"jadi kok"
tidak lama kemudian seseorang menabrak keduanya dengan nafas ngos ngosan...
"guys...sorry gue telat,macet banget tadi"zalikha datang dengan nafas yang memburu
"kebiasaan nich loe telat.untung belum mulai,"Nina emosi
"tenang aja,telat juga gue udah beli tiketnya kok"gadis itu sudah memesannya sebelum ia berangkat tadi
"syukur deh..tuh nin,loe jangan ngegas mulu"meta ikut kesal.
"sudah...sudah...jadi noton g nich"zalikha melerai
"jadi"keduanya kompak menjawab
Zalikha pergi menukar tiket yang sudah ia pesan,kemudian mereka segera masuk dan menempati tempat duduk mereka,baris kedua dari atas paling ujung.
selang beberapa menit,seseorang masuk dengan menggandeng pasangannya,tapi Zalikha masih asik dengan chat nya bersama kakanya,dan tidak disangka,ia duduk bersebelahan dengan laki laki itu.
"sayang,makasih ya udah mau nemenin aku nonton"gadis mengelus pipi kekasihnya dengan manjanya.
"iya sama sama"jawab laki laki itu,
merasa suara itu tidak asing di telinga Zalikha,ia menoleh ke arah suara itu berasal,dan benar dugaannya,siapa laki laki di sampingnya itu.
"Ta,tukeran duduk dong"zalikha meminta tukeran duduk sama meta yang berada di bangku paling ujung,seengga nya ada sedikit jarak di antara mereka,
"lohh...kenapa?"meta heran
ekspresi memohon yang ditunjukan gadis itu membuat meta merasa iba juga.
"ok"meta menyetujui,
tapi saat gadis itu hendak bangun dari duduknya,tanpa sepengetahuan kekasihnya,ia memegang tangan zalikha dengan erat,seperti sebuah isyarat kalo gadis itu harus tetap duduk di sampingnya.
film pun diputar,penonton menikmati film yang bernuansa romantis itu,tak terkecuali pasangan yang berada di samping gadis itu,kekasihnya yang terus menerus bergelayut,membuat zalikha semakin gerah dan muak.ditambah adegan adegan romantis di film itu terasa menyayat di hati gadis itu.
(kenapa sich gue salah milih film,tau gini tadi gue nonton horor aja)kesalnya membatin.
"sayang,aku ketoilet dulu ya"gadis yang duduk disamping pria itu meminta izin,
"hm...hati hati"si pria mengizinkan
selepas gadis itu pergi,laki laki itu menoleh ke arah zalikha,dan kembali mengeratkan tangannya,
ya...sedari tadi,tangan itu tidak lepas dari genggamannya.
.
.
.
.
.bersambung