"Aku mau ke rumah mama nanti," Dira menatap Kin seakan minta pendapatnya,
"Berangkatlah nanti di antar sopir yah," Dira mengangguk,
"Setelah kamu mengantarku, Ezza datang dan minta maaf," Kin langsung menghentikan pekerjaannya lalu duduk di samping Dira,
"Kamu ajak dia masuk?" Kilatan cemburu terlihat dari mata Kin. Dira menggeleng,
"Aku dengan dia hanya berbicara di pintu, aku memintanya untuk benar - benar melepaskanku." jawab Dira lalu menceritakan semuanya yang terjadi kemarin.
Kin tersenyum setelah mendengar penjelasan Dira, "Kamu kenapa Kin?" Dira menatap aneh Kin.
"Aku bahagia Dira... itu artinya di masa depan aku bisa memilikimu seutuhnya." jawab Kin dengan mata berbinar, Dira menatap Kin dalam kematanya tidak ada kebohongan dimatanya.
"Aku kerja dulu..." Dira bangkit dan berjalan menuju pintu tapi di tarik oleh Kin kembali hingga keduanya bersentuhan,
"Aku mencintaimu Dira... kamu cinta pertamaku dan terakhir," ucap Kin. Dira terkejut mendengar pernyataan Kin.
"Pria setampan kamu baru pertama mencintai wanita?" Kin mengangguk dan tersenyum ketika di bilang tampan oleh Dira.
"Hanya kamu yang membuat hatiku goyah," jawab Kin.
Kin memeluk tubuh Dira lalu mengangkat dagu Dira dan memiringkan bawahnya lalu mengecup bibir Dira, Dira memejamkan matanya dan merasakan kenyamanan saat itu.
Dira membuka matanya dan tersenyum, "Aku kerja dulu." kata Dira, Kin melonggarkan pelukannya, Dira keluar dari ruangan Kin menuju ruangannya dengan wajah bersemu merah.
Pulang kerja, Dira di antar oleh sopir Kin, Dira masuk sambil membawa buah untuk Maya,
"Mama... bagaimana kabarnya?" Dira memeluk Maya dan menaruh buah di meja.
"Mama baik," jawab Maya, "Kamu makin cantik aja Dira," Maya menatap Dira dari atas sampai bawah,
"Sayangnya anak mama enggak tertarik mam, dia masih bersama wanita lain dan lebih memilih meninggalkanku." Dira menunduk dan Maya juga tau faktanya. karena rumah Ezza di pasang Cctv rahasia, setelah ribut di kamar dengan Dira, Ezza pulang dan melakukannya dengan teman wanitanya.
"Maaf sayang, sekarang keputusan ada padamu mama tidak akan memaksakan lagi, karena Ezza memang sudah keterlaluan," Tangis Maya pecah seketika.
"Mama tidak salah, apa yang mama lakukan adalah yang terbaik buat Ezza," Dira mencoba tersenyum.
"Apa kamu mau kembali dengan Rey?" Maya menatap Dira, Dira menggelengkan kepalanya,
"Aku tidak akang merusak kebahagiaan Mala mam! seandainya Rey kembalipun perasaan kita tidak akan kembali seperti semula," jawab Dira, karena di hati Dira mulai terisi oleh Kin, pria yang selalu ada untuknya.
"Ezza ada di kamarnya Dira, dia sakit." kecemasan sangat terlihat di mata Dira,
"Sudah berobat belum mam?" Maya menggeleng, Dira langsung berdiri dan meninggalkan Maya menuju kamarnya,
Dira masuk dan melihat wajah Ezza sangat pucat, Dira duduk di tepian tempat tidur dan mengecek kondisi Ezza,
Ezza membuka matanya lalu tersenyum menatap Dira, "Sudah makan?" Dira berkata lembut, dan mendapat gelengan dari Ezza, Dira bangun menuju ke dapur lalu membuatkan bubur untuk Ezza, Dira kembali setelah buburnya matang, mengambil obat dan air minum untuk Ezza.
Dira mengangkat tubuh Ezza dan menumpukan bantal di belakang tubuh Ezza agar Ezza bisa bersandar.
"Makan yah! Tubuhmu butuh makan Zza," Dira mencoba membujuk, tapi Ezza menggelengkan kepalanya.
"Mulutku pahit," ucap Ezza lemah. Dira menarik napas mendengar penolakan Ezza.
"Makan sedikit saja!" bujuk Dira dengan suara lembut, hingga akhirnya Ezza mau membuka mulutnya.
Dengan sabar Dira menyuapi Ezza lalu memberikan obat, setelah makannya selesai.
"Kamu sakit, teman wanitamu mana? bukannya lebih dari satu, kenapa tidak satupun kesini mengurusmu?" Dira berubah sinis menatap Ezza, lalu bangkit pergi dari kamar Ezza. Dira takut luluh kembali dan hatinya akan sakit lebih dalam lagi.
"Bagaimana Dira?" Maya menatap Dira,
"Beres mam, sebentar lagi juga sembuh," Dira tersenyum meyakinkan Maya, agar Maya tidak terlalu mengkhawatirkan Ezza.
"Mama mau makan malam pakai apa biar aku masakin?" Tanya Dira, Maya terdiam sebentar,
"Gulai ikan juga boleh Dira," Dira tentu saja senang memasaknya,
"Siap mam, aku tinggal dulu ya mam." Dira langsung ke dapur untuk memasak, tidak hanya gulai ikan, Dira juga memasak udang saus tiram dan tumis sayuran.
Rey datang kedapur untuk mengambil minum dan sesaat terpana melihat Dira yang sedang memasak, saat mata mereka saling bertemu, Dira segera mengalihkan pandangannya begitupun Rey.
"Sayang bu Imah belum..." mata Mala membulat saat melihat Dira yang ada di dapur.
"Kak Dira ngapain?" tanya Mala. Dira menengok kearah Mala, lalu menjawab,
"Masak request mama." Dira meletakan masakannya di meja makan dan menata piring,
"Kalau mau makan duluan aja, aku mau mandi dulu." Dira tersenyum kepada Rey dan Mala lalu pergi ke kamar.
Dira berjalan pelan melewati Ezza lalu masuk ke kamar mandi, walaupun risih karena Ezza telah menjatuhkan talak, tetapi belum membicarakan pada Maya, jadi Dira terpaksa mandi di kamar Ezza untuk membersihkan dirinya, setelah selesai Dira mengenakan baju dan melilit rambutnya dengan handuk karena rambut Dira masih basah, Dira duduk di meja rias memoles wajahnya dengan makeup natural.
"Dira... Aku merindukanmu..." Ezza memeluk Dira dari belakang,
Dira "..." bagaimana bisa mahluk ini bilang merindukannya, sementara semalam dia bercumbu dengan wanita lain di depan matanya?
Dira membeku beberapa saat dan kemudian sadar dan mencoba menyembunyikan perasaannya. Perasaan yang hampir luluh oleh Ezza, perasaan yang mulai terbawa suasana saat bersamanya, sekaligus perasaan sakit yang tidak terhingga oleh semua yang Ezza lakukan padanya.
"Lepaskanlah aku, biarkanlah aku hidup tanpamu..." suara Dira pelan setengah bergumam,
"Jika itu maumu akan aku lepaskan..." tapi tiba- tiba baju Dira di sobek Ezza dan kini Dira tanpa gaun, dengan kasar Ezza melumat bibir Dira dan melemparkan Dira ke tempat tidur, Ezza menjelajahi kulit mulus Dira. mulut Dira mengatakan tidak tapi tubuhnya menikmati sentuhan Ezza.
"Zza hentikan! Aku bukan budak sex kamu." Dira terisak dan lama- lama menangis sampai sesenggukan.
Ezza menghentikan aksi bejadnya lalu memeluk Dira, Dira mendorong Ezza lalu memakai baju asal dan mengambil tas tidak peduli dengan penampilannya yang berantakan keluar dari kamar, Maya yang melihat Dira menarik napas panjang.
"Maafkan Ezza Dira... mama akan mengurusnya dan kamu akan terbebas dari Ezza tapi janji, kamu akan selalu jadi anak mama!" Dira memeluk Maya erat, sementara Rey dan Mala menatap Dira, terutama Rey...
Dira terlihat hancur dan entah mengapa Rey ikut merasa sakit.
"Ezza telah menjatuhkan talak padaku mam tapi sekarang, memang tidak ada itikad baiknya. Ezza tidak mencintaiku dan tidak menghargaiku sebagi wanita, bagi dirinya Aku sama dengan yang lainnya. Ma'af mam, aku tidak bisa memenuhi janjiku!" Dira menghapus kasar air mata yang keluar dari matanya yang memaksanya keluar.
Tanpa menunggu jawaban Maya, Dira pergi langsung ke klub dan minum sampai mabuk.
Untung saja anak buah Kin selalu mengawasi Dira, jadi Kin segera membawa Dira pulang,
"Kin..." Dira memeluk tubuh Kin, "Kamu tau, aku semakin terluka hari ini?" Kin menatap Dira dengan kasian,
"Dia menyentuhku dengan kasar," Air mata Dira mulai keluar, Kin segera mengecek tubuh Dira dan terdapat lebam di tubuhnya, Kin mengepalkan tangannya,
"Kamu akan baik- baik saja bersamaku, menjauhlah dari kehidupannya!"
"Itu sulit Kin," Jawab Dira, "Apa mungkin kamu mulai menyukainya?" tanya Kin menatap Dira heran.
"Entahlah Kin, tapi aku nyaman bersamamu, apakah karena ikatan pernikahan hatiku menjadi sakit, walaupun kita sudah tidak bersama?" Dira menatap Kin menunggu jawaban,
"Lupakan tentang itu, yang kamu harus tahu sekarang, ada aku yang mencintaimu." Dira tersenyum dan membenamkan wajahnya di dada Kin lalu tertidur lelap.
❣
Dua hari telah berlalu dan Dira mendapatkan pesan dari Maya.
"Dira, ini surat cerai sudah jadi. Ezza menjatuhkan talak 1, yang artinya kalian masih bisa rujuk jika perasaan kalian berubah, jika sudah sempat datanglah kerumah!" Dira duduk termenung lalu berakhir dengan mabuk kembali di Apartemennya.
"Nida... Lagi- lagi aku menjadi janda, benar - benar janda," ucap Dira.
Terdengar Dira tertawa dan berujung menangis disaat menghubungi Nida dengan ponselnya.
"Dira kamu dimana?" Nida cemas mendengar suara Dira yang sangat kacau.
"Bilang di mana? Aku akan menjemputmu?" tanya Nida semakin cemas karena Dira tidak menjawabnya. Terdengar tawa Dira lagi...
"Aku sedang bersembunyi dari kenyataan Nida..." jawab Dira. Nida menghela napas panjang.
"Baik, aku akan datang. Kamu tetap di situ jangan kemana- mana!" perintah Nida lalu mematikan sambungan telponnya dan menghubungi Kin.
"Dira Kin..." suara Nida tertahan, saat memberitahukannya kepada Kin.
"Aku segera Ke Apartemannya," tanpa bertanya apa- apa Kin langsung membereskan pekerjaannya dan mengemudikan kendaraannya ke Apartemen Dira.
Saat pintu Apartemen terbuka terlihat Dira telah meminum banyak Wine malah ada Vodka satu botol telah kosong, wajahnya terlihat memerah, Kin segera menyingkirkan botol- botolnya walaupun sempat mendapat penolakan dari Dira.
"Kamu sudah minum terlalu banyak Dira..." Kin berkata dengan lembut,
"Aku masih butuh minum." jawab Dira setengah bergumam, kesadarannya mulai berkurang.
Dira memberikan ponselnya kepada Kin, lalu tertawa dan menangis secara bersamaan,
"Aku wanita paling menyedihkan..." kata Dira sambil menatap jendela dengan tatapan kosong. Sangat jelas terlihat hati Dira yang rapuh dan sangat terluka.
Kin mengecek ponsel Dira dan melihat pesan dari Maya. Kin berakhir memeluk tubuh Dira erat.
"Kamu berharga untukku Dira..." bisik Kin di telinga Dira, sebelum Dira ambruk karena terlalu mabuk.