Dira kembali menghampiri Kin membuka bajunya dan membuangnya ke tempat sampah, Dira mengambil handuk yang telah Dira basahi dengan air hangat, lalu mengelap wajah dan tubuh Kin, tanpa terkecuali. Dira tidak mau bekas wanita yang membawa Kin meninggalkan jejak di tubuh Kin, setelah itu baru mengelap dengan handuk kering.
Anak buah Kin datang membawa baju, Dira segera memakaikannya, Lalu menyelimuti tubuh Kin,
Beberapa kali Dira mengecup bibir Kin, pipi dan kening Kin, "Aku selalu mencintaimu dan aku tidak akan pernah meragukanmu," gumam Dira.
Tedi datang memeriksa Kin, Dira tidak bisa menyembunyikan kecemasannya, lalu bertanya, "Bagaimana keadaannya Dok?"
"Dosis obat tidurnya besar jadi tidurnya lama, tapi tidak akan terjadi apa- apa, kalau nanti bangun Kin merasa pusing, kasih obatnya!" Tedi memberikan resep obat,
"Terimakasih Dok," Tedi mengangguk dan pamit,
Setelah di kamar hanya ada Dira dan Kin, Dira kembali membuka baju Kin, karena Dira tau Kin lebih nyaman tidur bertelanjang dada, lalu Dira juga tidur sambil memeluk Kin, sampai akhirnya Kin terbangun dan melompat dari tempat tidur mendapati dirinya tidak memakai celana dan baju membuat Kin lebih panik, Dira bangun dan menatap Kin yang linglung berbicara sendiri,
"Apa yang harus aku jelaskan pada Dira? Aku... tidur dengan seorang wanita... yang terjadipun aku tidak ingat," Kin memukul- mukul keningnya sendiri.
Sedang Dira usil menggoda Kin dengan melepaskan bajunya pelan- pelan tanpa sepengetahuan Kin, lalu membelakangi Kin. Kin mendekat dan membuka selimut pelan- pelan dan terkejut melihat tubuh wanita yang tadi tertutup selimut ternyata polos tanpa sehelai benangpun, Kin menutup kembali dengan pelan, seketika tubuhnya gemetar dan terduduk di lantai lalu menangis seperti anak kecil,
Dira yang merasa kasian langsung bangkit dan memeluk tubuh Kin, Kin mencoba menghindar namun pelukannya sangat erat.
"Kamu tidak mau menyentuhku?" Dira berbisik di telinga Kin membuat Kin berhenti menangis dan menatap ke arah suara, setelah tau itu Dira, Kin balas memeluknya,
"Aku takut kamu meninggalkanku Dira..." Kin duduk di tepian tempat tidur,
"Pelakunya sudah tertangkap, untung saja tidak terlambat," Dira mengusap wajah Kin lembut,
"Kalau terlambat, apakah kamu akan mema'afkanku?" Dira langsung mengangguk,
"Aku percaya padamu, hanya aku dihatimu, lain kali lebih berhati- hati!" Dira mengingatkan Kin.
"Maaf acara dinner romantisnya berantakan,"
Kin menundukan kepalanya.
"Tidak apa," Dira tersenyum dan kembali memeluk Kin, "apa kamu lapar? biar aku memesan makanan?" tanya Dira. Kin menganggukan kepalanya.
Dira bangun untuk memakai kembali bajunya namun gagal, berakhir menyatu dengan Kin.
Setelah itu mereka makan dan tidur kembali.
Tidur dengan nyenyak sampai matahari muncul,
Keduanya bangun, membersihkan diri dan pulang ke Apartemen Kin.
"Kenapa aku tidak boleh pulang ke Apartemenku Kin?" Dira mendengus kesal, Kin memeluknya erat,
"Tidakkah kamu tau aku masih merindukanmu?" kata Kin manja. Dira menatap Kin,
"Bukankah setiap hari kita ketemu?" Dira memajukan bibirnya dan di sambut oleh Kin dengan kecupan lembutnya.
"Menikahlah denganku! Dengan menikah, kita akan banyak menghabiskan waktu bersama," Kin mengeratkan pelukannya.
"Aku..." Dira tidak meneruskan kata- katanya,
"Aku akan menunggumu sampai kamu siap, tapi jangan lama- lama nanti aku tidak tampan lagi setelah menjadi suamimu," Kin nyengir sendiri setelah mengucapkan kata terakhir yang garing.
Dira melonggarkan pelukannya lalu masuk ke kamar untuk berganti baju diikuti Kin.
"Kin..." Dira setengah bergumam,
"Yes beb…" jawab Kin,
"Rey akan menikah dengan Mala satu minggu lagi, apa kamu dapat undangannya?" Dira mendekat ke arah jendela dan menatap keluar dengan tatapan kosong.
"Dapat, Kenapa beb?" Kin mendekat dan memeluk Dira,
"Gara - gara dia, aku bertemu denganmu dan menciummu bahkan memelukmu," Dira tersenyum dan pipinya merona teringat berpisah dengan Rey berujung minum hingga mabuk.
"Aku paling tidak suka di perlakukan wanita seperti itu. Tapi, kamu yang melakukannya aku hanya terpaku dan diam, merasakan seluruh tubuhku memanas," ucap Kin jujur,
"Aku kira, kamu hanya kasihan kepadaku," Dira memalingkan wajahnya kearah lain,
"Mana mungkin beb, aku tertarik padamu sejak pertama melihatmu, aku laki- laki paling beruntung," gambaran kebahagiaan terpancar dari mata Kin,
❣
Dira berdiri di depan cermin membenarkan gaunnya yang di pakai, gaun yang Dira pakai yaitu gaun dengan hiasan manik dan belahan tinggi di bagian paha, rambutnya di gerai dan memakai bando kecil.
Kin tersenyum di belakang Dira, Dira terpana menatap Kin dari pantulan kaca.
"Jangan menatapku seperti itu, kamu seperti ingin memakanku saja." Goda Kin, Dira berbalik menghadap Kin, pipinya merona hebat,
"Tubuhmu sempurna Kin, bagaimana bisa aku tidak berniat memakanmu," Jawab Dira terlalu jujur dan terakhir menutup mulutnya.
Kin tertawa mendengar pengakuan Dira, "Kamu sangat jujur Beb, aku sangat bahagia," Kin memeluk Dira dan mengecup keningnya.
"Ayo berangkat!" Dira mengangguk lalu memeluk tangan Kin.
Mereka di antar sopir menuju tempat pesta, saat hendak masuk gedung, ponsel Kin berbunyi, "Beb, dari klien penting,"
Dira mengangguk, "Aku masuk duluan yach," Dira mengalah, Kin mengecup kening Dira dan segera menerima panggilan telponnya.
Dira berjalan tanpa Kin, membuat beberapa pasang mata pria menatapnya seperti ingin memiliki, langkah kaki Dira berhenti ketika melihat Ezza dan seorang wanita memakai make up tebal dan lipstik merah merona tepat berada di depannya, Ezza terpesona melihat Dira yang begitu cantik natural.
"Kamu lihat siapa yank?" pandangan wanita Ezza mengikuti Ezza dan rasa panas muncul dihatinya karena kalau boleh jujur, dia juga terkesan dengan kecantikannya.
Dira memaksakan senyumnya, "Zza... apa kabar?" Dira menyapa Ezza lalu bersalaman.
Tidak di sangka Ezza malah menarik tangan Dira mendekatkan tubuhnya mencium pipi kanan dan kiri Dira, sambil berbisik, "Aku akan merebutmu kembali dari Kin." Bisikan Ezza membuat Dira gemas menahan marah.
"Baik cantik..." jawab Ezza setelah apa yang barusan dilakukannya, Dira marah sekali dan mengepalkan tangannya,
"Sayang ini Dira, mantan istriku," Ezza menjelaskan kepada Rosalie, Dira tersenyum ramah lalu mengulurkan tangannya.
"Aku Lie..." Lie juga tersenyum,
"Aku ke mama dulu Zza." Dira tidak ingin lama- lama bersama Ezza yang menyebalkan itu, dan beberapa kali jalannya terhenti karena bertemu dengan rekan satu kerjanya dulu waktu bekerja di PH group.
Nida juga hadir dan memeluk Dira sambil tangannya menggandeng seseorang, Dira terbelalak menatap pria yang di gandeng Nida adalah atasannya Nida, "Pak Daniel," Daniel mengangguk dan tersenyum.
"Kin mana Dira?" Nida mengedarkan pandangannya mencari Kin, namun tidak ada.
"Ada klien tiba- tiba nelpon," jawab Dira,
"Kirain..." Nida menatap Dira,
"Kita baik- baik saja," Jawab Dira, "Aku ketemu bu Maya dulu yach, nanti di sambung lagi," kata Dira.
"Iyah sana," jawab Nida. Dira berjalan dan naik ke pelaminan Maya yang melihat Dira segera memeluknya,
"Apa kabar sayang mama? kamu kelihatan kurus sekarang, sering- sering kerumah mama, walaupun kalian sama Ezza tidak bersama lagi," beberapa pertanyaan keluar dari mulut Maya,
"Aku baik mama, mungkin selera makanku berkurang," Jawab Dira sekenanya.
"Mama kangen, kenapa jarang pulang?" Maya menatap dan mengusap rambut Dira dan kejadian itu terlihat oleh Lie.
"Sibuk mam, mama juga bukannya sibuk di kantor?" Dira balik nanya,
"Weekend ada di rumah sayang," jawab Maya,
"Dira usahakan ya mam, makasih masih menganggapku baik," Maya mengangguk dan terlihat bahagia.
"Pandangan mama terhadapmu akan tetap sama Dira," Dira menunduk,
"Maaf aku tidak bisa merubah Ezza..." Maya menggelengkan kepalanya, "Tidak sayang, bukan salahmu,"
"Sepertinya Mama kamu sayang banget sama mantan istrimu?" Lie menatap Dira dengan tatapan tidak suka.
"Jangankan mama, aku juga masih suka," Ezza menjawab tanpa sadar,
"Ezza..." Lie setengah berteriak, membuat beberapa orang memandang kearahnya.
"Kamu menyebalkan Zza..." Ezza tersadar dan langsung memeluk Lie...
"Becanda sayang," Ezza berbohong kepada Lie.
"Benarkah?" Lie menatap Ezza manja dan entah mengapa membuat Ezza muak, ingin rasanya Ezza melemparkan Lie ke laut biar di makan ikan Hiu. Ezza terpaksa menganggukkan kepalanya agar Lie tidak merajuk dan Ezza yakin akan membuatnya lebih muak,