Kin masuk kedalam kamar Dira, mengambil handuk, lalu di basahi air hangat terus mengelap tubuh Dira dan menggantikannya dengan baju tidur, lalu menyelimutinya.
"Kin... Aku mencintaimu... Aku ingin mati saja sekarang, wanita itu pernah tidur bersama Ezza, aku tidak rela dia memilikimu..." Dira berbicara setengah bergumam, membelai wajah Kin dengan lembut lalu memeluk Kin,
"Aku janji akan menjaga milikmu agar tidak tersentuh siapapun, apapun setatusmu sekarang, dimataku kamu adalah Dira yang dulu bukan Dira anaknya Wijaya," Kin berkata pelan sambil menahan sesak di dadanya, sedangkan Dira yang mendengarnya tertawa menyedihkan,
"Kin... Aku selalu berakhir menyedihkan, aku tidak pantas mencintai dan di cintai, bahkan sekarang tubuhku sudah dimiliki kakaku sendiri, bukankah menyedihkan Kin?" Kin tak kuasa menahan tangis, Kin menangis dalam diam mendengarkan Dira yang terus berbicara, hingga akhirnya tertidur.
❣
Hari demi hari Dira lalui dengan hampa, beberapa kali Dira melihat Yesi datang ke ruangan Kin, membuat Dira semakin terpukul.
"Dira... Hentikan minumnya!" Dedrick, merebut gelas yang berada di tangan Dira, Dira terlihat kesal,
"Aku tidak mabuk," Dira berusaha mengambil gelas yang ada di tangan Dedrick namun tidak berhasil, membuatnya semakin kesal dan berakhir duduk di sofa, dengan wajah mulai memerah.
Dedrick mendekat dan duduk di samping Dira, "Pekerjaanmu akan terganggu jika minum di waktu kerja," Dedrick dengan sabar mengingatkan Dira.
"Tunggu sebentar, aku lupa, ada berkas yang harus aku berikan untuk Kin," Dira bangkit lalu mengambil berkas dan keluar dari ruangannya meninggalkan Dedrick sendiri,
Dira berjalan dan mengetuk ruangan Kin, tidak ada jawaban dari dalam rauangan, Dira yang kesal mendorong pintu ruangan, betapa terkejutnya Dira ketika melihat Yesi sedang menunduk di dekat Kin dan Kin menghadap Yesi, dokumen yang di pegang Dira jatuh membuat Kin mendongak dan mendorong Yesi,
"Dira Sayang..." kata Kin, namun air mata Dira sudah membayang di mata Dira, Dira berbalik dan keluar setengah berlari,
Saat masuk kedalam ruangannya, Air matanya tumpah seketika dan di tatap Dedrick yang kebingungan, Dira segera membereskan barang- barangnya lalu menaruh surat pengunduran diri di mejanya, Dira sudah mempersiapkannya, tapi tidak menyangka surat pengunduran dirinya benar- benar iya
ajukan karena masalah pribadi antara Kin dan Dira.
Dira menatap Dedrick, "Bantu aku membawa barang- barangku!" Dedrick tidak bertanya banyak, hanya menurut.
Dira mau menyetop taxi, namun Dedrick menahannya, "Aku mau pergi ke suatu tempat di luar kota dan lumayan jauh," Dedrick melihat wajah Dira yang kacau, tidak berani melepaskannya,
"Aku antar!" Dira mengangguk, lalu Dira menghubungi seseorang,
"Aku tunggu di jalan juanda Nid," Setelah menghubungi Nida, ponsel Dira di lemparkan kejalan hingga hancur berkeping- keping, Dedrick hanya diam melihat apa yang di lakukan Dira. Di tempat yang di maksud, Dira meminta Dedrick menghentikan mobilnya,
Dira turun dan memeluk Nida, "Aku berharap kamu kuat, hadapi jika sanggup menghadapi, menghindar dan menjauhlah hilangkan jejak, jika kamu tidak sanggup lagi!" Nida mengusap punggung Dira,
"Sekarang aku tidak sanggup melihat kenyataan kalau aku lagi- lagi tidak bisa merasakan cinta dan aku belum bisa menerima, kalau semua yang di depan mataku bukan milikku," Dira menatap Daniel,
"Jaga Nida! Aku pergi," Dira mengambil koper yang di bawa Nida lalu pergi dan melambaikan tangannya kearah Nida.
"Kamu mau kemana?" Dedrick menatap Dira yang masih menangis,
"Puncak..." Jawab Dira.
Dedrick tidak bertanya lagi, dia melepas jasnya lalu fokus menyetir.
❣
Kin yang berlari mengejar Dira, terhalang oleh klien pentingnya, Kin berakhir menemui Kliennya, setelah berbasa basi dan menyuruh Reno membawa keruangannya, Kin bergegas keruangan Dira dan seketika tubuhnya lemas mendapatan ruangan Dira kosong dan terdapat surat pengunduran diri di mejanya,
Kin mengacak- ngacak rambutnya, posisi Yesi memang tadi tidak menguntungkan dan terlalu dekat, tapi itu hanya dekat tidak bersentuhan. Yesi menunjukan kartu undangan dan Kin tidak berminat jadi Kin hanya fokus ke pekerjaannya.
"Dira... Jangan tinggalkan aku..." Kin kembali, dan meminta bantuan anak buahnya, setelah pertemuan dengan Kliennya selesai. Kin segera bergegas hendak pulang dan amarahnya meledak saat Yesi masih di situ dengan santainya tiduran di sofa.
"Disini bukan tempatmu, aku sudah muak dengan semuanya, jangan menunjukan lagi mukamu di hadapanku lagi!" Wajah Kin merah padam menahan amarahnya,
"Pergi sekarang!"Kata Kin kasar, "Reva..." Kin berteriak, Reva yang sedang duduk langsung melompat dan setelah berlari menghadap Kin,
"Ya pak," Reva menunduk karena takut menjadi sasaran selanjutnya,
"Bersihkan ruanganku! Jangan sampai ada bau dia lagi saat aku kembali kunci ruangannya ketika aku tidak ada!" Kin lalu pergi meninggalkan Yesi dan Reva, Yesi juga segera pergi meninggalkan kantor Kin dengan kesal.
Kin terlihat linglung pergi meninggalkan kantor dan pertama yang Kin kunjungi adalah Aparteman Dira, tapi tidak ada Dira di sana, menghubungi rumah Kin dan Dira sudah jelas tidak ada juga, terakhir Kin menghubungi Nida,
"Iyaa Kin..." suara Nida menjawab panggilan Kin,
"Dira..." suara Kin terhenti,
"Tidak usah mencarinya, dia sudah kalah dalam situasi ini, mungkin memang lebih baik menjauh darimu," jawab Nida.
"Kamu tau Dira pergi kemana?" Kin sangat berharap Nida mengetahui kemana Dira pergi,
"Sayangnya Aku tidak tahu, yang pasti keluar kota," jawab Nida,
"Makasih Nida, tolong kabari aku jika mendapat kabar dari Dira,"
"Iya, aku akan mengabarimu" jawab Nida,
Kin termenung di dalam mobil kepalanya sakit sangat sakit, Kin tahu Dira akan sangat terpukul dengan ke salah pahaman tadi.
❣
Dira dan Dedrick sampai di sebuah Villa berlantai dua, Dira menekan bell Villa, pintu segera di buka,
"Mba Dira, kenapa tidak mengabari saya terlebih dahulu kalau mau berkunjung?" Bu Nana terlihat heran. Dira tersenyum,
"Aku sementara ini akan tinggal di sini," Bu Nana terlihat bahagia,
"Ini Dedrick bu, teman Dira," Bu Nana tersenyum ramah,
"Mas Kin, suami mba mana? katanya mau di kenalkan kepada ibu?" Dira menatap Bu Nana dengan lesu,
"Besok Dira cerita..." Dira duduk di sofa terlihat sangat lelah dan tiba- tiba perutnya melilit,
"Ded, aku ke toilet dulu ya," Dedrick mengangguk, Dira berjalan ke toilet dan tanpa Dira sadari di setiap langkahnya Dira meninggalkan jejak darah,
"Mba Dira darah..." teriak Bu Nana, Dedrick yang sedang santai segera menghampiri Dira, Dedrick langsung menggendong Dira masuk kemobil,
"Ibu ikut aku jadi penunjuk jalan menuju rumah sakit agar Dira bisa cepat di tangani! " perintah Dedrick, Bu Nana menurut dan menunjukan rumah sakit terdekat,
Dira segera di tangani, setelah lama menunggu akhirnya dokter keluar,
Dedrick segera menghampiri dokter, "Bagaimana dok, keadaannya?" Tanya Dedrick, Dokter menatap Dedricak sebentar,
"Pasien selamat tapi maaf pa, bayi kalian tidak bisa kami selamatkan," Dedrick melongo,
'Jadi Dira hamil? Siapa ayahnya?' gumam Dedrick.
Dedrick hanya mengangguk, "Kami akan pindahkan pasien ke ruang rawat inap satu atau dua hari baru bisa pulang." Dedrick hanya menganggukan kepalanya.
Dedrick menatap Dira dengan tatapan simpati, Dira membuka matanya bulir- bulir bening jatuh dari matanya,
"Aku tidak tahu hamil, bahkan bodohnya aku sering mabuk- mabukan akhir- akhir ini," Dedrick menggelengkan kepalanya,
"Mungkin yang kamu hadapi begitu berat, aku pribadi tidak menyalahkanmu dan kamupun tidak menyadarinya," Dira tersenyum samar sambil menatap jendela kamar,
"Kalaupun anak itu lahir... Aku akan mempunyai anak dari kakaku sendiri," ucap Dira.
Dedrick melotot, "Kin???" Dedrick menatap Dira tidak percaya,
"Ya... Aku menikah dengan kakaku sendiri, dan saat itu kami baru tau kebenarannya di hari pernikahanku, kamu tau Ded? aku tidak mempercayainya, kami melakukan lagi dan lagi bahkan setelah tes DNA keluar kami masih tidak bisa menghindari dan membohongi perasaan kita, inilah yang terjadi sekarang. Yang aku tidak bisa menerima kenyataan, Kin sebentar lagi akan menikah dengan wanita pilihan papa," Dedrick tercengang mendengarnya,
"Aku seakan memiliki kutukan pernikahan Ded, aku gagal menikah selama 3 kali dan ini yang terparah," Dira mengusap air matanya dengan kasar.
Dedrick menempelkan telunjuk di tangan Dira, "Semua yang terjadi di luar batasmu Dira... Kamu hanya menjalani alur kehidupan, jika pahit sekarang, mungkin kedepannya kamu akan mendapat kebahagiaan,"
"Entahlah... Aku tak tahu, aku bisa bangkit lagi atau tidak, saat inipun aku menghindar dari kenyataan bersembunyi dari apa yang harus ku hadapi," Dira membuang nafas kasar,
"Kamu tidak kembali Ded?" Dira menatap Dedrick, Dedrick menggeleng,
"Aku akan tetap di sini sampai keadaanmu pulih," Dira menatap Dedrick,
"Jangan mencoba melindungiku dan memberi perhatian padaku! aku tidak mau berhutang kepadamu," Dedrick seketika tertawa,
"Teman... tidak bolehkah seorang teman mempedulikan teman yang lainnya?" Dira tersenyum,
"Tidak juga," jawab Dira, fikiran Dira entah kemana- mana jadi Dira takut,
"So... Jangan halangi aku kalau aku peduli padamu," Dedrick kemudian mengambil makanan dan menyuruh Dira makan,
"Makan yang banyak biar cepat pulih!" Dira hanya mengangguk.