Deg... Deg... Deg.
Begitulah degup jantung Dimas saat ini. Sangat takut karena mau ketemu sama calon Kakak ipar.
Dimas bukan memikirkan apa yang akan disampaikan melainkan gerogi ketemu calon kakak ipar.
Sesuai dengan chat dari Lutfi, kini Dimas sudah menunggu di meja nomor sembilan. Lebih baik Dimas pesan minuman dulu karena habis dari kantor dia belum makan siang sama sekali. Kalau sudah di isi kan lumayan untuk melanjutkan kerja setelah dari sini.
"Assalamualaikum, ini benar Dimas 'kan?" Lutfi tahu wajah Dimas yang mana tetapi untuk memastikan biar enggak salah orang, dia menanyakan lagi.
Dimas mendongak ke atas. "Eh... iya, Bang, saya Dimas," biar enggak dianggap sombong Dimas mengulurkan tangan.
Lutfi mengangguk lalu menarik kursi yang ada di depannya. Dia jadi bingung sendiri kira-kira mau ngobrol dari mana.
"Sudah lama nunggu di sini ya, Dim?"
"Enggak kok, Bang, saya baru ke sini ya paling lima menit yang lalu," Dimas melihat jam tangan yang melingkar.