Gita berharap semoga Dimas enggak menyadari perubahan sikapnya.
Gita mengangguk. "Terima kasih ya, Dim." Dimas pun menjawab lewat anggukan kepala.
Dimas punya sebuah ide yang sangat gila, namun dia bingung harus di utarakan sekarang atau menunggu pendapat dari kedua orangtuanya.
Dimas memang tahu bahwa cinta tidak harus memiliki tetapi salahkah dirinya bila memperjuangkan lewat setiap doanya. Terlebih lagi sekarang tampaknya alam berpihak pada dirinya, Ibu mereka ternyata saling berteman cukup akrab.
"Liburan semester kegiatan lu apa aja, Git?" tanya Dimas mode serius.
Gita kembali ceria kembali. "Apa ya, Dim. Gue enggak sepintar lu sih jadinya cuman jadi pengangguran doang." tawa Gita begitu lepas. "Thanks ya, Dim dulu pernah menyelamatkan nyawa kita satu kelas."
Dimas jadi inget saat mereka sedang melakukan perkuliahan pertemuan yang terakhir sebelum UAS (Ujian Akhir Semester).
***
Flashback