Jackran bergegas memasuki rumah neneknya, setelah mencari tahu dalang di balik semua kejadian yang menimpa Bian beberapa hari yang lalu membuat nya ingin segera menemui neneknya. Jackran harus membuat kesepakatan dan mencari tahu apa yang sebenarnya neneknya inginkan.
"hy Ran, tumben malam-malam gini kesini," nenek Jackran tersenyum ramah setelah melihat siapa yang membuka pintu ruang pribadinya,
"ada yang mau aku omongin ke nenek," Jackran berjalan mendekati sang nenek,
"di lihat dari ekspresi kamu, sepertinya kamu sudah mengetahuinya," nenek Jackran selalu mencoba untuk mengintimidasi lawan bicaranya,
"kenapa nenek lakuin itu ke dia, dia Cuma karyawan biasa nek," ucap Jackran tenang, Jackran mencoba agar tidak terintimidasi oleh neneknya,
"kamu yakin Ran," suara nenek jelas terdengar mengejek Jackran,
"Jackran udah nggak ada hubungan apa-apa sama dia nek," bela Jackran,
"bagaimana nenek bisa percaya Ran, lagian nenek Cuma mau kasih peringatan ke dia, supaya dia nggak deketin kamu lagi," nenek Jackran tampak memainkan buku dan pulpen, dia tengah mencoret-coret kertas yang ntah apa yang sedang dia coba tulis,
"dia nggak pernah deketin Jackran nek, semua yang berhubungan dengan kita hanya masalah kantor dan pekerjaan," Jackran tahu, bagaimanapun dia mengelak kepada neneknya, neneknya akan mengetahui secepat mungkin, untuk saat ini Jackran hanya ingin memastikan sang nenek tidak mengganggu Bian, dia akan mencari cara lain,
"Jackran akan mempercepat pernikahan Jackran kalau ini bisa menjadi bukti keseriusan Jackran," lanjutnya lagi, neneknya menoleh ke Jackran, merasa tertarik dengan ucapan yang baru saja dia dengar dari cucunya yang tidak pernah mengecewakannya ini, seorang Jackran yang dia tahu selalu mencoba untuk mengundurkan pernikahannya dan tidak pernah ingin membahasnya kini ingin membicarakan tentang pernikahan, cewe itu sepertinya mempunyai pengaruh yang kuat buat Jackran pikirnya,
"nenek harap ini tidak hanya omong kosong semata Ran," ucap neneknya.
Jackran meninggalkan ruangan neneknya, mungkin saat ini, ini adalah keputusan yang tepat untuk dia. Dengan begitu, Bian tak akan disakiti neneknya lagi dan dengan ini juga Bian tidak akan mendekatinya lagi dan menerima bahwa hubungan mereka telah benar-benar berakhir.
…
Bian saat ini tengah duduk di sebuah kafe yang tenang, disini hanya ada sedikit orang yang sedang duduk dan berbincang-bincang setelah makan siang, hanya ada 4 orang dan 5 dengan dirinya. Bian tampak sedang menunggu seseorang, hari ini Bian mengenakan setelan berwarna merah dengan rambut terurai bebas, Bian juga mengenakan lipstick merah untuk menambah kesan tajam dan kuat pada dirinya, hari ini dia akan bertarung membuat kesepakatan.
Orang yang ditunggu nya pun datang, tampak seorang perempuan yang kalau dilihat saat ini umurnya sekitar 50 tahunan, Bian berdiri dan menyalaminya, tapi sepertinya sikap ramah Bian tak bersambut, perempuan itu mengabaikan tangan Bian dan langsung duduk di depan Bian,
"saya nggak punya banyak waktu, apa yang mau kamu bicarakan," balas perempuan itu, Bian mengeluarkan sebuah amplop dan memberikannya kepada perempuan tersebut, perempuan itu menerima amplop tersebut, matanya membulat sempurna karena terkejut dengan apa yang di lihatnya,
"kamu mau ngancam aku," teriak perempuan itu, dia seperti kehilangan kendali, kewibawaan dan sikap sombong yang tadi diperlihatkan tak tampak lagi, kini yang terlihat hanya kemarahan dan sedikit ketakutan, mungkin dia terintimidasi oleh isi amplop tersebut, terlihat jelas bahwa dia khawatir,
"aku tahu ini penting banget buat tante dan juga keluarga tante, " Bian menyeruput minumannya,
"aku Cuma mau, batalkan pernikahan Tiara dan Jackran," ucap Bian tampak tak ingin berbasa-basi, ya saat ini Bian tengah berhadapan dengan Ibunya Tiara,
"udah gila ya kamu," bentak nya, jelas pernikahan ini adalah suatu hal yang penting untuknya dan juga keluarganya, jadi dia tidak mungkin membatalkannya begitu saja,
"tentu saja tante nggak mau kan, kalau ini sampai tersebar, nama keluarga baik tante yang selama ini di agung-agungkan, owh aku nggak bisa membayangkannya," Bian tampak bersemangat dan mengejek ibunya Tiara, ini seperti tidak ada pilihan lain yang bisa dilakukan Ibu Tiara, dia harus merelakan pernikahan itu atau keluarganya bisa hancur dan tentu saja dia akan di depak dari rumah dan keluarga yang menjadi kekuatannya saat ini,
"ok, kasih aku waktu," dia mencoba menahan emosinya,
"aku kasih waktu sampai akhir bulan ini, hanya sekedar informasi, tante tahu aku bukan orang yang sabaran," ucap Bian, Bian pun berlalu meninggalkan ibu Tiara yang masih emosi seorang diri.
Bian melangkah dengan kaki riang, dia tidak boleh terlalu bersemangat karena ini baru permulaan, tapi Bian tampak tidak bisa menyembunyikan kebahagiannya, semuanya berjalan sangat mudah tidak sesulit yang dikiranya. Amplop yang diberikan Bian tadi berisi sebuah foto dari seorang perempuan yang dibully oleh Tiara, didalam foto tersebut tampak Tiara dan Bara serta satu orang yang mereka bully, berdasarkan informasi yang Bian dapatkan dia adalah anak terpintar di kelas mereka, Tiara tidak bisa mengalahkannya sehingga dia terus menyakiti perempuan itu dan menyuruhnya untuk mengalah dengan segala macam ancaman, bagi Tiara menjadi nomor satu adalah suatu keharusan, dia harus menjadi nomor satu tidak peduli apapun caranya karena yang diinginkan keluarganya hanyalah agar dia menjadi nomor satu.
Selain itu foto lainnya memperlihatkan seorang anak perempuan yang bunuh diri, dia bunuh diri di markas Tiara, Bara dan teman perkumpulan mereka. Diketahui bahwa perempuan tersebut juga di Bully karena dia mengetahui tentang pembulian yang dilakukan Tiara dan juga ketidaksukaan Tiara dan Bara karena dia menjadi orang yang selalu ditunjuk untuk menjadi pemimpin, Tiara tidak menyukai kekalahan sedangkan Bara dituntut oleh keluarganya untuk selalu menjadi pemimpin agar dia bisa mengendalikan semuanya karena itulah Tiara dan Bara bekerja sama untuk menyakitinya dan puncaknya di mana Bara memperkosa gadis itu karena dia dalam keadaan mabuk yang membuatnya mati bunuh diri.
Ria datang untuk menyelesaikan semuanya, karena Ria secara tidak langsung terlibat dalam permasalahan ini karena dialah yang menyarankan semua pembulian ini dan ikut mengancam kedua gadis tersebut.
Jujur ini adalah hal yang paling mengejutkan oleh Bian. Mereka bertiga berasal dari keluarga kaya dan terpandang sehingga tidak ada satupun berita yang membicarakan tentang hal itu, mereka menyembunyikannya dengan sangat baik. Saat Bian mendengarkan cerita tersebut dari Bara, dia tidak tahu ceritanya sampai separah ini, Bara hanya menceritakan tentang Tiara yang membully dan seseorang yang mati bunuh diri karena tidak kuat di bully Tiara.
Bian memutuskan untuk mencari tahu sendiri, Bian berhasil bertemu dengan gadis yang di bully dan keluarga yang mati bunuh diri tersebut, beruntung mereka bukan berasal dari luar negri, setelah perjuangan Bian mencari korban dan dia harus segera menemukan bukti, Bian menyelinap masuk kerumah Bara dan mencari sesuatu yang bisa dijadikan bukti, ini membutuhkan waktu yang lumayan lama dan sepertinya dewi keberuntungan berada di pihak Bian, Bara tidak mencurigainya sama sekali dan sekarang apa yang dia dapatkan mampu dijadikan sebagai bukti dan bahan untuk membuat mereka mundur atau tepatnya senjata Bian untuk menghadapi mereka.
Bian sendiri sebenarnya tidak mempunyai keinginan untuk menghancurkan hidup orang lain atau ikut campur dalam urusan orang lain. Tapi apa yang telah diperbuat mereka membuat Bian kehilangan banyak hal, termasuk Jackran. Bian tidak begitu ingat tapi yang dia tahu Jackran adalah orang yang selalu menemaninya selama 7 tahun dan Bian merasa harus melindungi apa yang sudah menjadi miliknya, terlebih Bian sadar rasa sayangnya kepada Jackran dan keinginannnya untuk balas dendam kepada Tiara dan Ria membuatnya harus melewati semua ini. Dendam memang benar tidak akan membuat mu bahagia dan membenci orang lain sangat melelahkan.
Terlebih lagi hal ini tidak hanya Bian yang mengalaminya, sehingga Bian ingin memutus rantai korban karena keegoisan mereka. Bian tidak akan membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan, itu janji Bian kepada dirinya sendiri saat ingat tentang ketidakadilan yang juga pernah didapatkannya karena mereka..
...
Terima kasih buat teman-teman semua yang udah baca cerita ini, mohon dukungannya ya, kritik dan saran yang membangun juga sangat bermanfaat, dan dalam bentuk dukungan lainnya..
Selamat menikmati dan semoga menghibur 💞