Chereads / Mengukir Namaku di Hatimu / Chapter 36 - It’s Your Life

Chapter 36 - It’s Your Life

Bian masih tidak mengerti bagaimana nenek Jackran tidak terintimidasi oleh apa yang diberikannya, bukankah keluarga seperti ini biasanya akan menjaga kehormatan keluarga mereka, dan Bian yakin masalah ini juga tidak pernah dipublish. Bian harus mencari kelemahan nenek Jackran yang lain, kelemahan yang akan membuatnya tunduk dan menerima Bian, Bian tahu akan sedikit susah untuk menemukannya mengingat apa yang sudah dicarinya, nenek Jackran sangat teliti terhadap apapun yang dia lakukan.

Nenek Jackran mendatangi kediaman Jackran. Meskipun terlihat tak terintimidasi tapi faktanya dia menganggap usaha yang di lakukan Bian bisa menjadi ancaman untuknya, untuk apa yang selama ini telah dia bangun. Ntah atas kepercayaan diri dari mana, Nenek Jackran percaya bahwa Jackran yang akan menyelesaikan permasalahan ini bersama Bian, karena dia tahu gadis itu mempunyai pengaruh yang kuat pada Jackran sehingga Jackran pasti tidak menginginkan jika wanita itu tersakiti.

Cuaca saat ini sangat bagus, jadi rasanya sangat disayangkan neneknya mendatangi tempatnya hanya untuk merusak suasana bagus seperti ini, tapi Jackran tidak punya pilihan lain selain membiarkan neneknya merusak hari nya. Mungkin sedikit kejam, tapi itu lah yang dirasakan Jackran setiap kali berurusan dengan neneknya.

Jackran membiarkan neneknya masuk, dia tetap menyambut sang nenek dengan ramah,

"jadi bagaimana?" ucap sang nenek setelah tepat mendaratkan pantatnya pada sofa apartement Jackran tanpa menunggu lama atau membiarkan dirinya berbasa-basi dulu, Jackran sendiri lebih tahu bahwa neneknya tidak suka membuang-buang waktu hanya untuk hal yang tidak berguna.

"aku akan menyelesaikan secepatnya permasalahan ini," balas Jackran,

"kamu tahu, kalau kamu tidak segera membungkam gadis itu, kamu tahu aku yang akan turun tangan kan," balas sang nenek,

"kasih aku waktu untuk menyelesaikannya, aku berharap nenek percaya padaku," jawab Jackran,

"aku akan percayakan sama kamu tapi jangan mengulur waktu sangat lama, perempuan itu bisa bertindak secepat mungkin, jangan biarkan kita lengah," balas sang nenek,

"aku pikir mama tidak pernah terusik oleh gadis itu," suara Ibu Jackran menginterupsi pembicaraan mereka,

"kamu benar, aku seharusnya tidak terusik, tapi bukankah kita harusnya tidak lengah dari segala ancaman, sekecil apapun itu kita harus tetap berjaga-jaga, harusnya kamu tahu itu," balas sang nenek tanpa menoleh kearah Ibu Jackran yang telah berdiri disampingnya.

"bukannya karena mama tahu, bahwa gadis itu memiliki pengaruh yang kuat untuk Jackran," jawabnya, memberanikan diri untuk berbicara kepada ibu mertua yang selama ini tidak pernah dia bantah.

Mungkinkah ini saatnya dia harus ikut berjuang untuk kebahagiaan putranya sendiri, setelah apa yang menimpa anak-anaknya. Jujur dia tidak ingin melihat Jackran mengalami nasib yang sama dengan kakaknya, mereka berhak memutuskan apa yang akan mereka jalani dan miliki dalam kehidupan mereka, seorang individu berhak menentukan dengan siapa dia akan menikah. Anak-anaknya telah mengalah dalam waktu yang lama agar dirinya bisa diterima di keluarga ini, tapi faktanya dirinya masih tidak diterima sepenuhnya, apa yang telah diperjuangkan putra-putrinya sepertinya sia-sia.

"apa maksud kamu, apa yang ingin kamu bicarakan sebenarnya," balas Ibu mertuanya berusaha tenang, meskipun dia sedikit terusik dengan kata menantunya, karena mungkin saja dia tahu apa yang di bicarakan adalah kebenarannya,

"biarkan Jackran menentukan pilihannya sendiri," jawabnya tegas,

"apakah aku memaksa Jackran selama ini, ini pilihannya sendiri," balas sang nenek tak ingin disalahkan,

"ma, ini pilihan Jackran, pilihan Jackran adalah Tiara," Jackran mulai berbicara ketika dia melihat suasana yang tidak baik yang terjadi antara mama dan neneknya.

Dia sendiri tidak tahu kenapa mamanya tiba-tiba berpikir seperti ini, ini seperti diluar kebiasaan mamanya.

"Mama tahu pilihan kamu bukan Tiara, mama tahu yang kamu sukai itu Bian, berhenti melakukan sesuatu yang percuma Ran, kamu tidak tahu apa yang akan nenekmu lakukan pada orang-orang yang berusaha untuk mencegahnya, jadi sebelum kamu menyesal dan kehilangan Bian, mama harap kamu melindunginya," terlihat Mamanya Jackran bersungguh-sungguh atas apa yang dikatakannya.

"kamu sudah mendengar apa yang Jackran katakan, semua nya juga tahu itu pilihan Jackran sendiri," bentak sang nenek, nenek Jackran berdiri dari duduknya mendekati menantunya yang masih berdiri dan menatapnya dengan intens.

"jika kamu mulai lelah hidup sebagai menantu dikeluarga ini, kamu bisa berhenti, tapi jangan bawa-bawa Jackran dengan masalahmu," ucap sang nenek dengan tegas, ntah kenapa setiap kali Ibu mertuanya berbicara membuatnya menjadi merinding, setiap apa yang dikatakan Ibu mertuanya seperti ancaman dan bahaya yang akan menyerangnya,

"sebagai seorang Ibu aku akan melindungi apa yang menjadi kebahagiaan anak-anak ku, sebagai seorang menantu aku akan mengikuti apa yang Mama katakan, bukankah Mama tahu, bahwa Jackran tidak akan pernah membiarkan Mama menyakiti perempuan itu, suatu saat Jackran bisa menyerang Mama," balasnya lagi, sedangkan Jackran saat ini tidak mengerti apa yang Ibunya sedang bicarakan, dia sendiri tidak tahu apa yang akan dia lakukan terhadap Bian atau apa yang akan dia lakukan jika neneknya menyakiti Bian,

"baiklah, aku akan memikirkan apa yang bisa kamu lakukan," jawab sang nenek,

"kamu tahu, ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan," tambah sang nenek,

"aku akan melakukan apa yang Mama katakan, jadi Izinkan Jackran untuk menikahi gadis itu, ini juga demi kebaikan kita bersama, demi kebaikan nama baik keluarga yang telah Mama jaga selama ini," balas Mama Jackran,

"tapi ada beberapa hal yang harus dilakukan gadis itu agar bisa masuk kekeluarga ini, bukankah ada konsekuensi yang harus dilakukan untuk setiap tindakan," wanita paruh baya itu berbalik melihat Jackran, sedangkan Jackran hanya diam membisu, bukan ini yang dia inginkan.

Setelah nenek Jackran pergi, tinggalah Jackran dan Ibunya berdua.

"apa yang sedang Mama rencanakan," tanya Jackran,

"Mama tidak merencanakan apa-apa, Mama hanya mau kamu lebih jujur sama dirimu sendiri, dalam hidup terkadang kita harus menjadi egois untuk menyelamatkan apa yang kita miliki," jawab Mamanya, mereka berdua saat ini tengah duduk di sofa dengan beberapa cemilan buah yang telah disiapkan oleh Jackran.

"Mama tahu nenek tidak akan dengan mudah menyerah atas apa yang sudah menjadi rencanaya, lagian keputusan aku sudah bulat, aku tetap akan menikahi Tiara," Jackran mencoba mengajak Ibunya mengobrol, berharap Ibunya akan paham atas apa yang dia inginkan, agar Ibunya tidak berada dalam situasi yang tidak menyenangkan,

"ini sudah keputusan Mama Ran, berhenti mengatakan kamu akan menikahi Tiara jika kamu tidak mencintainya, karena pilihan mu ini, hanya akan membuat kalian berdua saling tersakiti, kamu hanya akan membuat Tiara semakin menderita dan ini adalah cara yang tidak seharusnya kamu lakukan karena dengan begini berarti kamu tidak membiarkan atau memberi kesempatan Tiara bahagia, tidak memberikan kesempatan agar Tiara bertemu dengan orang yang akan tulus mencintainya" Mama Jackran mencoba membujuk anaknya yang keras kepala, dia tahu anaknya keras kepala seperti ini hanya untuk melindungi dan membahagiakannya dan juga untuk melindungi Bian,

"Ma, kita memang tidak bisa memilih siapa yang akan kita cintai tapi kita bisa mengendalikan perasaan kita sendiri, kebahagiaan itu juga datang dari diri kita sendiri," Jackran benar-benar mencoba bertahan dengan apa yang jadi pilihannya,

"tapi kebahagiaan itu juga terjadi jika kita melakukan sesuatu dengan tulus Ran, kebahagiaan itu berasal dari kejujuran kita," jawab Ibunya tak mau kalah.

"Mama akan biarkan kamu mengambil keputusanmu sendiri, ini pilihanmu Ran, jadi pikirkan baik-baik, jangan sampai kamu menyesal dengan pilihanmu, Mama lihat cinta Bian tidak bertepuk sebelah tangan, jadi jangan biarkan dia berjuang sendirian, karena sebaik-baiknya cinta adalah ketika kamu bisa berbagi luka dan saling menguatkan" Mama Jackran mencoba memahami putranya, membiarkan putranya untuk jujur pada dirinya sendiri, apapun keputusan Jackran dia akan menerimanya, dia hanya tidak ingin Jackran menyesal dikemudian hari. menurutnya saat ini Jackran hanya tidak bisa melihat permasalahan dari dua sisi yang terlibat antara dia dan Bian, dimana dia hanya mempertimbangkan Ibunya dan Bian dalam mengambil keputusan dan bertindak tanpa memikirkan dirinya sendiri. Jackran sudah lama kehilangan dirinya sendiri.

...