Sebuah mobil memasuki villa nan luas yang dipenuhi oleh rerumputan hijau dan tanaman berbunga yang semakin memperindah halaman villa. Dua orang perempuan keluar dari mobil tersebut, seorang perempuan yang masih muda keluar dari kursi drive, dia tampak menggunakan mini dress dengan tas yang dijinjing di sebelah kanan, menggunakan high heel yang semakin memperindah bentuk kakinya. Sedangkan dari kursi penumpang keluar seorang perempuan yang terlihat anggun, yang sudah sedikit berumur, dia menggunakan long dress dengan cardi yang dipakai sempurna di tubuhnya, penampilannya memperlihatkan bahwa dia adalah seorang wanita berkelas dan pintar.
Ria dan Ibunya memasuki villa tersebut dengan perasaan gugup. Hari ini adalah pertemuan mereka dan nenek Jackran, mereka terus berjalan mengikuti pelayan yang menuntun mereka ketempat yang telah dipersiapkan. Mereka menaiki tangga dan menuju ruangan yang terbuka seperti balkon, pemandangan indah disuguhkan dengan memperlihatkan persawahan yang hijau dan juga terdapat pemandangan sungai yang mengalir yang mempunyai air yang berwarna jernih, bahkan dari tempat mereka berdiri saat ini mereka bisa mendengarkan kicauan burung dan suara sungai yang tidak jauh, suara nya sangat memberikan ketenangan dan tidak memekakkan telinga, cuaca disini juga sejuk.
Mereka dipersilahkan untuk duduk, para pelayan datang membawa berbagai macam cemilan dan juga teh hangat. Ibu Tiara masih berdiri, tampaknya dia menikmati suasana dan pemandangan ini, suasana yang seharusnya membuat mereka membicarakan topik yang ringan dan menyenangkan, dan tentu saja dia tak berharap itu akan terjadi mengingat tidak seperti biasanya nenek Jackran sampai menyiapkan sebuah tempat yang sangat privasi ini. Tiara memilih duduk, dia tidak bisa menahan kekhawatirannya dari tadi, tapi setidaknya setelah menghabiskan waktu bersama Jackran dan juga teman-temannya membuat nya sedikit terhibur.
"Maaf menunggu lama," Nenek Jackran datang dengan senyuman khasnya, meskipun sudah memasuki umur yang rentan tapi sang nenek masih terlihat sehat dan tidak menghilangkan kecantikannya.
"Kita juga baru datang nek," jawab Tiara, dia tersenyum manis kepada Nenek Jackran dan tentu saja dia mampu menyembunyikan kegelisahannya dengan senyuman,
"Silahkan duduk," ucap Nenek Jackran, dia juga ikut duduk begitupun Ibunya Tiara,
"Jadi kenapa Bu, apakah ada hal yang buruk yang terjadi," ucap Ibu Tiara yang harus segera mengetahui permasalahannya sehingga dia bisa segera mencari solusi untuk permasalahannya daripada harus berlama-lama dengan rasa penasaran dan kegelisahannya.
"Sebenarnya ini bukan masalah yang serius, tapi entah kenapa saya sedikit terganggu," jujurnya memulai pembicaraan itu,
"Jadi apa yang membuat nenek terganggu," tanya Tiara, ekspresi penasaran sangat jelas terukir di wajah Tiara saat ini,
"Bian," ucap Nenek Jackran, hanya satu kata yang keluar dari mulut Nenek Jackran mampu membuat Tiara dan Ibunya terkejut,
"Sepertinya kalian juga terganggu dengan nama itu," tebak Nenek Jackran setelah melihat ekspresi dua orang yang tengah duduk berhadap-hadapan dengannya saat ini,
"Apa gadis itu mempunyai sesuatu yang bisa menjatuhkan kalian," tanya Nenek Jackran dengan ekspresi yang mengintimidasi kedua lawan bicaranya saat ini,
"Tidak, tidak ada hal yang seperti itu, kita juga tidak mengenalnya," jawab Ibu Tiara berusaha untuk menutupi permasalahnnya, menutupi sesuatu yang saat ini menjadi kekhawatirannya,
"Bian dan Jackran pernah pacaran selama tujuh tahun, meskipun mereka sudah lama putus tapi dia masih menempel kepada Jackran seperti permen karet dan selalu mengusik Jackran," Tiara mulai membuka suara, Tiara berpikir inilah kesempatan untuknya untuk menghancurkan Bian di depan nenek Jackran meskipun yang dikatakannya tak sepenuhnya kebohongan,
"Tujuh tahun," ucap Ibu Tiara kaget,
"Itu waktu yang lama untuk mereka berpisah tiba-tiba," jawab Nenek Jackran, ini merupakan hal yang dia baru tahu, dia tidak menyangka bahwa sudah selama itu mereka berhubungan,
"Itu bukan tiba-tiba nek, Jackran tidak begitu menyukai sikapnya, dia selalu mencoba untuk menjatuhkan orang-orang terdekat Jackran, terutama Ria, itulah kenapa Jackran menjadi muak dan mengakhiri hubungan mereka," Tiara mencoba meyakinkan Nenek Jackran,
"Kalau dia menjadi ancaman untuk hubungan kamu dan Jackran kenapa kamu tidak membuatnya untuk menjauh dari Jackran," ucap sang Nenek,
"Benar Ra, kamu punya kekuasaan di perusahaan, kamu bisa pecat dia," lanjut Ibu Tiara,
"Aku nggak bisa mecat dia karena masalah pribadi, lagian kinerjanya bagus dan orang-orang kantor semuanya tahu itu," jawab Tiara menjelaskan, tentu saja dia harus menyembunyikan fakta Bian mengancamnya dan Ibunya,
"Sepertinya aku mengerti kenapa dia cukup untuk diwaspadai, kegigihan, ambisius dan kepercayaan dirinya yang membuatnya menjadi perempuan berbahaya," jelas Ibu Tiara,
"Apakah Ibu akan mengizinkan Jackran untuk menikahi perempuan itu," tanya Ibu Tiara ragu-ragu,
"Pertunangan ini adalah keputusan dan keinginan Jackran, tidak ada paksaan," jawab Nenek Jackran, Tiara yang mendengarkan hal itu tersenyum, ini berarti Nenek Jackran lebih memilih dia daripada Bian,
"Jadi apa yang harus kita lakukan untuk membuatnya menjauh dari Jackran," tanya Ibu Tiara,
"Kita tidak harus melakukan apa-apa, ingat Jackran yang memilih pertunangan ini," ucap Nenek Jackran yang membuat Tiara dan Ibunya sedikit Bingung, bahkan tanpa dibacarakan semua orang tahu bahwa Jackran tidak pernah menginginkan pertunangan ini jika bukan karena perintah Neneknya.
"Apa Jackran masih memiliki perasaan terhadap gadis itu," tanya Nenek Jackran yang membuat Tiara gugup,
"Aku tidak begitu tahu, tapi kalau dilihat dari usahanya Bian, tidak ada alasan untuk Jackran tidak menyukai Bian lagi," jawab Tiara mencoba jujur,
"Bukankah itu tugas kamu sebagai tunangan Jackran agar itu tidak terjadi," Nenek Jackran menekankan setiap kalimat dan tersenyum, dia meraih tangan Tiara dan menggenggamnya lembut namun yang dirasakan Tiara justru sebaliknya, dia seperti digenggam dengan keras hingga membuat seluruh tubuhnya bereaksi.
"Sebaiknya kita harus segera menentukan tanggal pernikahan mereka," ucap Ibu Tiara yang seperti menyelamatkan putrinya dari bahaya binatang buas,
"Untuk saat ini, kita harus berhati-hati, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan dilakukan gadis itu," ucap Nenek Jackran,
"Apakah dia mengancam Ibu," tanya Ibu Tiara yang mulai mencurigai Nenek Jackran, alasan kenapa Nenek Jackran harus berhati-hati kepada Bian, Ibu Tiara tahu bahwa Nenek Jackran adalah orang yang selalu berhati-hati kepada orang lain yang hanya dianggapnya berbahaya dan itu bukan seorang gadis kecil seperti Bian.
"Apakah saya seperti orang yang bisa diancam oleh gadis itu," tanya Nenek Jackran balik,
"Lalu kenapa kita harus berhati-hati terhadap gadis yang bukan apa-apa itu," tanya Ibu Tiara berhati-hati, takut omongannya malah menjadi boomerang untuk dirinya sendiri, "Tiara, apakah kamu yakin Jackran sudah tidak memiliki perasaan yang tersisa untuk gadis itu," tanya Nenek Jackran, Ibu Tiara juga menatap Tiara berharap Tiara yakin dengan jawaban Tidak,
"Aku tidak begitu tahu Nek," Tiara menunduk karena jawaban konyolnya,
"Sebagai orang yang selalu bersama Jackran bukankah harusnya kamu tahu tentang ini," tanya Nenek Jackran yang terus membuat Tiara terintimidasi,
"Sebenarnya Jackran peduli sama Bian, tapi aku lihat sendiri Jackran berkali-kali mendorong perempuan itu menjauh tapi perempuan itu tetap gencar mendekati Jackran," jawab Tiara jujur,
"Karena itulah saya memanggil kalian kesini, saya juga melihat Jackran masih peduli pada gadis itu, dan seperti yang Tiara katakan, Jackran bisa saja jatuh kembali kepelukan gadis itu," Nenek Jackran berdiri dari duduknya dan menutup mata menikmati suasana saat ini,
"Jadi Nenek lebih milih aku daripada perempuan itu," tanya Tiara ingin memastikan bahwa dia harus mendapatkan dukungan dari orang yang terpenting,
"tentu saja," jawab Nenek Jackran tanpa berbalik, dia terus menikmati suasana saat ini sedangkan Tiara dan Ibunya tersenyum senang,
"Jadi apa yang harus kita lakukan untuk perempuan itu," tanya Ibu Tiara,
"untuk saat ini, kita hanya perlu membiarkan dan terus mengawasinya," jawab Nenek Jackran,
"aku akan mencari kelemahan gadis itu," ucap Ibu Tiara kemudian, Nenek Jackran membuka matanya dan berbalik kearah Ibu Tiara dan tersenyum.