Buku ibunya juga memiliki tanda yang mirip tatto Renata. Kemungkinan besar,buku itu buku purba. Maya terus berpikir mengaitkan segala hal tanpa peduli pada tiga temannya yang mengamatinya curiga.
" Bisakah kamu membaca tulisan yang seperti tattomu itu?."
" Hemmm". Renata terlihat ragu." Mungkin aku tahu beberapa kata." Katanya malu-malu.
Maya mengabaikan ekspresi Renata. " Apa kamu memiliki buku yang menggunakan tulisan itu?." Renata menggeleng.
" Keluargamu?." Dia menggeleng lagi.
" Mungkin itu ada di meseum." Mary menyela." Biasanya barang purba disimpt di museum, kan?."
" Bisa juga di kolektor." Tebak Ingky.
"Kamu terlihat tertarik dengan tulisan kuno ini?." Renata menyelidiki Maya.
Maya berpikir, apa dia memperlihatkan Renata buku ibunya atau tidak. Kalau dia memperlihatkan dan buku itu mengandung rahasia besar dan Renata menyalahgunakannya itu bisa berakibat fatal. Tapi, kalau dia memperlihatkan pada Renata yang mungkin bisa membaca buku itu maka teka-teki yang bersarang di kepalanya terpecahkan.
Pada akhirnya, rasa penasaran mengalahkannya.
" Ikut denganku." Katanya cepat bangkit menuju Workshop karya tulis, sebagai ketua dia memiliki ruang pribadi dalam workshop ini.
" Aku akan memperlihatkan sesuatu tapi kalian harus berjanji padaku untuk tidak membicarakannya pada orang lainnya."
Maya mengamati mereka satu persatu.
Mereka kompak mengangguk.
" Ucapkan sumpah."
" Kami berjanji akan menyimpan rahasia ini untuk diri kami sendiri, kalau melanggar kami akan mengalami kegagalan dimasa depan." Mary tanpa pikir panjang mengucapkan sumpah mewakili mereka. Mata Renata mendelik dan Ingky hanya mampu diam. Mary selalu impulsif.
Maya mengeluarkan buku ibunya dari loker yang membuat mata Renata hampir melompat keluar. Mary dan Ingky terpanah pada ukiran buku itu.
" Ini...ini... benar-benar buku purba!." Renata tidak menyembunyikan kekaguman dan kegembiraan.
" Dimana kamu membelinya?aku juga mau satu." Tanya Mary mengelus-elus buku itu.
" Milik ibuku." Jawab Maya singkat.
Ingky memutar matany." Ini barang kolektor, bahkan kalau kamu punya uang tidak mudah mendapatkannya."
" Ibu Maya sangat hebat."
Maya tidak peduli pada Ingky dan Mary yang berdebat.
" Bisakah kamu membacanya?." Dia beralih pada Renata.
" Aku mencobanya." Keningnya berkerut mengamati tulisan di sampul.
" Murni."
" Apa maksudnya?." Maya menatap Renata.
"Aku membacanya seperti itu. Murni bisa diartikan putih, suci, tak terlihat, cahaya." Jelas Renata.
" Wah! sepupu, aku tidak menyangka kalau kamu sehebat itu." Sanjung Mary.
" Tunggu!." Maya menatap Mary." Bukankah kalian keluarga? kenapa dia tidak memiliki tatto? aku pernah melihat kalinya"
Perhatian Ingky juga teralih.
" Kamu gak punya?." Tanya Ingky, Mary menggeleng.
" Tatto ini dari klan ibuku. Mary anak pamanku, adik ayahku."
" Baik. lanjutkan." kata Maya.
Renata membalik halaman buku. Membaca dengan serius.
" Aku tidak bisa membaca secara keseluruhan. ada beberapa huruf yang tidak kukenal." Renata mengangkat kepalanya setelah menyelesaikan satu bab.
" Katakan saja yang kamu tahu."
" Bab ini menjelaskan tentang Jiwa yang bersih bisa membentuk kekuatan.Afa beberapa tingkat jiwa yang bisa membangkitkan kekuatan."
"Tingkat jiwa dan Kekuatan itu aku tidak tahu karena tidak bisa membacanya. Itu semacam nama jiwa dan kekuatan, aku tidak paham." Jelas Renata.
" Mungkinkah ini buku tentang kultivasi?." Tebak Ingky.
" Buku ini bisa membuat kita sakti?." Mary ikut bertanya.
" Entahlah." Renata mengangkat bahu.
" Lanjutkan!." Pinta Ingky.
" Jangan sekarang." Tahan Maya " Mungkin sekarang jam pelajaran mandiri akan segera selesai. Kita ke kelas dulu."
" ouh...benar. Masih banyak waktu di masa depan untuk mengetahuinya." Ujar Ingky.