Chereads / Dance Of The Red Peacock.Ind / Chapter 30 - Menjelang Kompetisi

Chapter 30 - Menjelang Kompetisi

-----------

Tak butuh waktu lama kediaman SangGuan aula Phoenix sudah mulai didatangi para tamu, tamu kehormatan, undangan hingga peserta yang datang lebih cepat, beberapa wajah asing dan baru karena kompetisi tidak hanya berkisar untuk orang dalam negeri Tang saja, setiap negara boleh mengikutinya. Segala jenis pakaian, ornamen hiasan kepala hingga senjata yang asing menjadi semacam tontonan yang baru lainnya.

Kompetisi akan berlangsung selama sepuluh hari, babak penyisihan total peserta sekitar enam puluh empat orang, yang akan terus dikualifikasi hingga menyisakan dua belas peserta yang masuk ke babak utama, gelanggang utama aula Phoenix yang megah, dua belas peserta yang sudah masuk aula otomatis telah mendapatkan hadiah dari negara, sebagai sponsor sayembara, namun hadiah terbesar tetap akan diperebutkan oleh juara satu hingga tiga.

Peserta yang tahun lalu sudah ikut dan masuk dua belas besar sudah pasti tidak bisa mengulang tahun ini, seperti DaHuang, yang tahun lalu juara satu, dan FeiEr yang walau seorang tuan muda masih bisa mendapatkan posisi ke tiga, juara kedua dipegang oleh peserta dari negara tetangga Ayunda, jadi untuk tahun ini baik DaHuang dan FeiEr hanya bisa menjadi tamu kehormatan saja.

Para pekerja kediaman besar SangGuan tak henti sejak pagi, berbagai macam ornamen, persiapan makanan dan minuman, para penghibur yang mulai berdatangan hingga menyambut tamu dan membawa mereka masing-masing ke kamar mereka.

"Kakek Jiu!" Seru HongEr semasuknya dalam ruang tengah rumah besar SangGuan.

BaiHu menarik tangan HongEr.

"Hong jangan tidak sopan"

JiuYe terkekeh melihat HongEr dan FeiEr yang mendekat, pria tua dengan janggut yang hampir memutih semua itu tertawa hingga pipinya membulat sesuai postur tubuhnya, ia menyambut HongEr dengan tangan lebar.

"Hehehehe lihat ini, HongEr kecil sudah jadi anak muda yang tampan, kakek baru berapa tahun tidak melihatmu, coba kakek lihat"

HongEr langsung menempel manja.

"Kakek apa kabarnya? Makin sehat kek?"

FeiEr merunduk memberi hormat.

"Salam kakek Jiu, semoga sehat selalu"

JiuYe terkekeh menepuk pundak FeiEr.

"Hehehehe anak manis, ayo duduk duduk, aduh kakek merindukan kalian, BaiHu bagaimana kau bisa memiliki dua anak sangat tampan begini dan masih bisa hidup dengan tenang, pasti banyak yang menginginkan mereka menjadi menantu Khan"

Satu persatu BaiHu, FerEr dan Hong menduduki kursi yang sudah disediakan.

"Kakak tidak tahu bagaimana sulitnya" jawab BaiHu.

Suara tawa JiuYe meninggi.

"Hahahaha bisa dimengerti, HongEr coba kakek lihat, kau semakin kurus apa tidak suka makan yah? Ayahanda dan Ibundamu tidak memberikan makanan dengan baik yah, kalau begitu tinggal bersama kakek di sini yah"

HongEr memasukkan beberapa buat anggur ke dalam mulutnya, seperti biasa ia menimbunnya dalam mulut dan mengunyahnya dengan mulut penuh.

"Hehehe" tawa BaiHu.

JiuYe melirik BaiHu, BaiHu pikir ucapannya tadi bergurau tapi sepertinya pria tua itu agak serius.

"Bagaimana adik Bai, boleh pinjamkan HongEr padaku?"

BaiHu menghentikan tawanya.

"He itu, aku takut bukan aku yang bisa memutuskan kak, kakak tahu bagaimana kerasnya TangYuan mengenai anak-anaknya he"

Tawa JiuYe kembali meledak.

"Hahahaha Iyah aku lupa, tidak mungkin bisa melawan istrimu yah"

FeiEr menaikkan alisnya, entah pria tua itu serius atau bergurau tapi ini namanya memancing singa tidur, ia mendekati HongEr dan duduk bersama menikmati makanan kecilnya.

"Ini enak Hong?"

HongEr mengangguk.

"Yah kak enak, coba"

Saat pembicaraan berlangsung tenang dari arah pintu masuk beberapa orang.

"Kakek aku datang!" Masuk seorang gadis muda yang diikuti seorang pelayan di belakangnya,

Gadis muda itu langsung melirik FeiEr dan HongEr di tempatnya, dan berhenti di depan JiuYe.

"Eh LeNing, kau ke sini? Di mana ayahmu?"

Gadis muda berpenampilan nyentrik itu adalah LeNing, cucu termuda JiuYe dari putra sulungnya, ia berwajah manis, mata yang bulat besar, rambut yang agak ikal, bertubuh mungil.

Tahun ini usianya delapan belas tahun, ia bisa ilmu beladiri, walau tidak begitu ahli, bisa alat musik, menari hingga melukis, menjadi salah satu cucu dari guru negara memang sulit.

Ia melirik FeiEr lama, lalu pada anak muda di sampingnya, HongEr yang juga melihat dengan mata besar sambil sibuk mengunyah makanan di dalam mulutnya. LeNing menyangkutkan rambut ikalnya ke belakang telinganya, lalu membuang pandangannya ke arah lain.

"Kak, emm" HongEr menghabiskan semua makanan dalam mulutnya,

FeiEr menyerahkan gelas minum ke tangan HongEr, yang segera menghabiskannya sebelum melanjutkan pertanyaannya.

"Pelan-pelan minumnya Hong"

"Em, itu kak LeNing yah? Beda kak dengan waktu kecil"

Ceritanya waktu mereka kecil, LeNing dalam ingatan mereka adalah putri manja yang selalu merebut apapun yang sedang dimainkan HongEr, pertama bertemu ia mengira Hong anak gadis sehingga ia selalu merundungnya dan membuat Hong menangis kala tak ada yang melihat, tapi FeiEr tahu itu, dan karena kesalnya ia bilang LeNing itu sangat jelek dan nakal, adiknya jauh lebih cantik darinya seribu kali lipat, itu perkataan anak kecil.

FeiEr mengangguk.

"Yah pastinya, tapi sifatnya sepertinya masih sama, ayo kau sudah selesai makan? Kita harus menemui kak TangYi di lapangan ingat tidak? Nanti dia marah loh"

FeiEr meraih tangan HongEr dan mengandengnya keluar, ia sempat meminta ijin pada Ayahanda dan kakek Jiu sebelum keluar pintu.

"Jaga adikmu Fei!" Seru BaiHu.

"Iyah Ayahanda"

BaiHu menggelengkan kepalanya, melihat bagaimana HongEr menurut sekali digandeng dan ditarik kakaknya kemana saja.

"Heheh dua kakak adik itu tidak terpisahkan yah?" Tanya JiuYe.

BaiHu mengangguk.

"Yah kak, kalau kakak ingin mengundang HongEr, yang pertama protes adalah FeiEr, bukan Ibundanya"

JiuYe mengelus janggutnya.

"Hehehehe sepertinya tidak akan bisa yah"

-------------------------

Di lapangan Plum.

Ting Ting ting ting!

Suara senjata beradu terdengar penuh semangat.

TangYi duduk di bawah payung besar berlindung dari matahari yang bersinar terik, beberapa pelayan muda melayaninya dengan tenang.

Di tengah lapangan tak jauh di depannya ada aYao, pengawal pribadinya dengan senjata andalannya tongkat besi panjang bermata runcing yang beradu ilmu dengan lawannya siang itu, DaHuang dengan pedang besarnya.

"Hiaa!!"

Debu berterbangan walau tidak tersentuh keduanya, tenaga dalam mereka membuat udara di sekitarnya terbang begitu ringan.

AYao baru menahan serangan pedang DaHuang dengan tongkatnya lalu mundur beberapa langkah mengambil kuda-kuda dan menyerang kembali.

Tangannya bermain di atas tongkatnya seakan itu adalah tangan keduanya, melepaskannya ke udara begitu ringan dan menangkapnya kembali dengan membuka telapak tangannya lebar mulai dari mata tongkat yang runcing hingga ke pegangannya.

Ia mengarahkan mata tongkat ke arah DaHuang yang maju dengan pedang di depan dadanya, berputar berapa kali di udara dengan tubuhnya bak peluru yang melesat sangat cepat, aYao berhasil menahan pedang DaHuang walau terdorong agak jauh ke belakang, mendarat dengan kaki terbuka lebar dan tubuh yang di turunkan untuk menahan beban, keduanya terengah, napas hampir habis, tapi DaHuang masih menarik tepi bibirnya ke atas tersenyum.

"He kau berkembang pesat Yao"

----------------