-----------
Klop klop klop.
Perjalanan menuju ke ibukota cukup lancar, rombongan berhenti sejenak berjalan pelan di tengah kota HuAn yang menjadi penghubung dengan SuiAn.
BaiHu dan SangTao berjalan kaki menuntun kuda mereka berjalan santai di tengah kota yang ramai.
Sesekali BaiHu menoleh ke belakang di mana FeiEr, HongEr dan SongEr berjalan bersenda gurau sepanjang jalan, terutama HongEr dan SongEr.
"Kak Song sudah jangan ambil lagi ini punyaku, kakak bisa beli sendiri" HongEr berusaha mencegah tangan SongEr yang kerap merogoh kacang di dalam bungkusan di tangannya.
"Adik Hong pelit sekali"
"Bukan begitu tadi kakak ditanya tidak mau"
SongEr memasang wajah kecut, sementara FeiEr seperti biasa mengawasi dengan alis mata naik, pandangan tajam seolah ia sangat menjaga SongEr agar jangan menempel adiknya, beberapa kali FeiEr akan menahan tubuh HongEr yang mundur tanpa melihat-lihat jalan.
"Hong yang bener jalannya"
BaiHu melirik LuYan yang berjalan di belakangnya.
"LuYan" panggilnya, LuYan mendekat sambil menuntun kudanya.
"Yah tuan"
"Siapa anak itu? Kenapa ia bisa ikut rombongan ekpedisi kalian? Dia siapa?" Tanya BaiHu sambil melirik SongEr.
"Itu, em pemuda itu kebetulan juga sedang berkelana, suatu hari ia menolong tuan muda Hong dari pria yang hampir saja memukulnya"
BaiHu menarik bahunya, melihat LuYan dengan mata besar.
"Hampir memukulnya? Anak itu, melakukan apa?"
"Eh tuan muda Hong membantu seorang gadis yang dianiaya oleh seorang pria di jalan, jadi orang itu tidak senang dan berusaha melampiaskan kekesalannya, tapi beruntung anak muda itu datang, ia bisa berkelahi dan orangnya cukup baik, jadi menurut tuan muda Fei mungkin tidak menjadi masalah mengajaknya serta, lebih banyak orang lebih baik"
BaiHu mengelus dagunya,
"Hmm dari penampilannya anak itu bukan berasal dari keluarga miskin, ia juga membawa uang bersamanya, hanya kebetulan ikut saja yah"
LuYan mengangguk.
"Yah sepertinya begitu tuan"
"Dan itu, sejak pertama aku perhatikan DaHuang dan anak muda itu seumuran khan, kenapa aku tidak melihat mereka bergaul bersama yah? Apa, mereka tidak saling mengenal?" Tanya BaiHu melirik DaHuang yang duduk dengan wajah serius di atas kudanya.
"Itu, he ceritanya panjang tuan, kurasa untuk hal itu tuan bisa bertanya langsung pada tuan muda Fei"
BaiHu mengerutkan dahinya, apa hubungan FeiEr dengan masalah ini? Pikirnya makin curiga.
"Kenapa harus tanya FeiEr, aneh sekali"
BaiHu hendak bertanya lagi tapi suara agak keras di sisi FeiEr dan lainnya membuat ia menoleh.
"Hati-hati Hong kau bisa tertabrak kereta kalau begitu terus" seru FeiEr menahan tangan Hong yang berjalan agak ke tengah jalan, hampir saja tertabrak kereta lain yang lewat.
"Kereta itu juga main lewat saja kencang begitu" ujar Song melihat kereta yang dominan berwarna hitam dan emas itu lewat.
Drap drap drap!
Hiaaa! Hiaaa!!
BaiHu melihat kereta itu lewat di sampingnya cepat, seorang kusir duduk di depan memegang tali kekang kuat, seorang pemuda berpakaian hitam dan emas duduk di sampingnya, tatapan matanya dalam, melihat FeiEr dan HongEr walaupun ia sudah melewatinya, dan menatap BaiHu kemudian.
Beberapa orang terlihat samar duduk di dalam kereta lewat tirai yang tersibak.
Dari lambang kereta dan bendera kecil yang ada di atas kereta BaiHu seperti mengenalnya, dan kereta yang diikuti dua ekor kuda dengan pria tinggi besar yang juga mengenakan pakaian dengan warna sama juga menuju ke depan, di mana arah tujuannya sama dengan BaiHu.
SangTao mendekati tuannya setelah rombongan itu lewat.
"Tuan"
BaiHu mengangguk.
"Gagak hitam, mereka juga menuju ke ibukota?"
SangTao mengangguk.
"Sepertinya begitu, sejak tadi hamba juga melihat beberapa kelompok pemburu menuju ke sana, entah apa yang mereka incar tapi semua seperti menuju ke satu tempat, apa ada kemungkinan mereka menuju ke lokasi sayembara tuan?"
BaiHu menggelengkan kepalanya.
"Entahlah Sang, kalau sampai itu terjadi kak SangGuan akan kerepotan tahun ini, sayembara beberapa tahun ini sudah berjalan dengan damai tanpa ada satu insidenpun jangan sampai tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya"
BaiHu menarik kekang kudanya dan menuju ke arah Fei dan HongEr yang masih sibuk bersenda gurau.
"FeiEr kalian naik ke atas kereta, kita harus sampai ke ibukota sebelum malam"
FeiEr melirik wajah Ayahandanya yang serius, ia lalu menahan tangan Hong dan menariknya ke arah kereta.
"Iyah Ayahanda, ayo Hong"
"Kenapa kak? Katanya mau belanja dulu di sini, Hong belum beli kain untuk Ibunda, di sini toko kainnya bagus kak"
FeiEr membantu Hong naik ke atas kereta sementara anak itu masih mendumel saja.
"Sudah lain kali saja, ini itu dibeli kau ini"
"Kakak"
----------------
Keramaian ibukota SuiAn.
Sungguh ibukota memang berbeda dengan kota lainnya, gerbang yang megah dan besar, penjagaan berlipat di segala penjuru arah, para prajurit dengan Jirah emas dan senjata yang lengkap.
"Waaahh" HongEr mengeluarkan kepalanya dari dalam kereta dengan decak kagum tak ada hentinya, matanya melihat ke atas di mana kereta mereka melewati gerbang yang besarnya berapa kali lipat dari gerbang kota WaiYi, ia seperti anak desa lugu yang baru tahu dunia luar yang sangat indah melebihi bayangannya, ia menarik lengan baju FeiEr di sampingnya.
"Kak lihat itu, benderanya bagus sekali kak, lalu lihat itu lampunya, bagus sekali kak, kita bisa minta satu sama paman Kaisar untuk taruh di rumah kak?"
FeiEr hanya mencoba memejamkan matanya beristirahat, ia lelah, entah kenapa adiknya itu penuh energi ia sejak tadi tidak bisa diam di tempat duduknya.
"Mana bisa Hong itu milik negara bukan milik paman seorang"
"Waaah ada berbagai macam bentuk kak, itu juga hiasannya, bagus sekali kak"
HongEr seperti tidak sabar ingin keluar kereta, sejenak setelah kereta besar itu memasuki gerbang ibukota dan membaur di jalan ibukota yang ramai, mereka berhenti untuk mendapat sambutan dari pejabat setempat yang sudah menunggu.
"Selamat datang kembali tuan Jie" seorang prajurit berpangkat tingkat tiga ke atas yang bertugas hari itu DaMo menyambut BaiHu dan rombongan dengan hormat.
BaiHu menepuk pundak DaMo yang sudah cukup dikenalnya.
"Hehehe DaMo kau yang bertugas hari ini"
HongEr menggunakan kesempatan itu untuk turun dari kereta, FeiEr terlambat mencegahnya.
"Hong!"
HongEr berhenti di samping Ayahandanya.
"Ayahanda"
DaMo tersenyum melihat pemuda ceria yang tersenyum begitu lebar di samping BaiHu, BaiHu memegang ubun-ubun HongEr.
"Hong ini DaMo, dulu ia adalah murid di lembah Jie, kini ia sudah jadi pejabat jadi tidak ada waktu main ke lembah"
Hong merunduk memberi hormat.
"Salam kak DaMo"
"Salam tuan Muda Hong"
DaMo menundukkan kepala sambil menggeleng malu.
"Hehe sungguh tidak begitu tuan besar, hanya belum ada waktu, hamba akan sangat senang sekali berkunjung ke Lembah Jie jika anda dan tuan putri mengijinkan"
Langit perlahan gelap, matahari yang giat bekerja akan mulai beristirahat meninggalkan posnya.
Suara tawa terdengar hingga jauh, rombongan yang cukup besar itu menarik perhatian banyak orang di sekitarnya, beberapa duduk di dalam rumah makan memperhatikannya, bahkan ada yang berdiri di tengah atap agak jauh melirik ke arah rombongan dengan seksama, dua orang dengan pakaian hitam.
"Mereka sudah sampai"
Bisik salah satunya, tak lama dua orang berpakaian dan bercadar hitam itu melesat pergi melompati atap dan menghilang di antara gedung lain.
--------------