Chereads / PONZ crew / Chapter 25 - [23] Mentari Yang Berjanji [2]

Chapter 25 - [23] Mentari Yang Berjanji [2]

Jalanan kota nampak lengang malam itu. Hanya terlihat satu dua motor melintas pelan di jalur sebelah. Aku, Gatot, Punto, dan Berdy sedang berkendara naik motornya masing masing menyusuri jalanan aspal di bawah pekatnya malam yang berhias temaram lampu kota dan udara yang berangsur dingin menyusup jaket dan telinga. Hampir jam sebelas ketika itu.

"AL,.. LANGSUNG CAK PON AJA, UDAH MALAM! " teriak Punto dibelakangku.

" IYA PUN! " Jempol tangan kiri ku acungkan. Tanda paham. Yang lain juga mengikuti arahan Punto.

Arah kami berkendara tadi dari alon alon kota berputar dua kali, lalu lewat area pertokoan yang pastinya sudah pada tutup, dan sekarang perjalanan menuju ke warung cak Pon.

Mendekati perempatan jalan dekat sekolahku telah nampak lampu warna kuning menyala, sebentar lagi pasti lampu merah yang menyala. Dalam hatiku! Aku mulai mengurangi gas motor dan menginjak rem.

"AL, NANTI KAMU JA...! " Teriak Gatot menarik perhatianku. Aku menoleh, ketika tiba-tiba dari arah kanan belakang sebuah mobil Box melaju kencang dan menyenggol stang motorku. Aku terkejut dan berusaha menguasai stang motor yang oleng tapi kehilangan kendali dan menabrak motor Gatot yang berada disamping kiriku.

Berikutnya aku tak ingat lagi apa yang terjadi. Hanya gelap. Tak sadar kan diri.

---[]__

Kubuka mata perlahan, nampak buram, kututup lagi dan kubuka lagi mataku. Mulai terlihat olehku langit langit kamar dan sinar putih terang menusuk mata. Aku sedikit mengernyitkan dahi. Aku menoleh ke kanan. Nampak ibu dan adikku duduk dikursi panjang dekat ranjang. Sedang ngobrol.

"alhamdulillah, kamu udah sadar al! " sambut ibu seraya mendekatiku sambil tersenyum. Membelai rambutku. Nyaman sekali rasanya di kepala.

" di rumah sakit? " tanya ku seraya melihat ke kanan kiri. Ibu mengangguk.

Alhamdulillah.. Tuhan masih memberikan kesempatan pada ku untuk menghirup udara bumi! Syukurku dalam hati. Aku tersenyum lega.

" kak aldo, masih inget namaku? " tanya Danang, adikku yang berdiri dekat ibu.

" sapa kamu? " aku mengernyitkan dahi.

Wajah adikku nampak bingung dengan jawabanku. Ia mengarahkan pandangan ke ibu." loh bu,.. kak aldo lupa ? "

" hahahaha! " Sedetik kemudian aku tertawa. Adikku sewot dan langsung keluar ruangan.

"ahh kamu al, sukanya bikin gara gara aja!,

... Kamu masih inget kan sapa namamu? " tanya ibu yang terlihat juga ragu dari raut wajahnya.

Aku tersenyum." tentu bu.. Januar Rivaldo! " sebut ku diikuti senyum mengembang ibu.

" kamu itu sempet gak sadar mulai kemaren, makanya ibu tanya nama mu " lanjutnya. Aku mengangguk beberapa kali.

" motor gimana bu? "

" ahh,... kamu ini ada ada aja, kok motor yang ditanyain...POLRES! " jawab ibu dengan nada agak tinggi sambil berlalu ke kursi, beliau tahu aku bercanda. Aku pun tertawa.

Tak lama berselang setelah ibu duduk dan mengarahkan pandangan ke TV yang ada di dinding, terdengar suara ketukan dipintu.

" ya masuk.. " ibu mempersilahkan. Aku cuma memperhatikan, aku mengira itu saudara Ayah atau Ibu yang ingin menjengukku. Atau bisa juga tetanggaku.

Dan.., tubuh Nita sudah terlihat berdiri dipintu yang masih setengah terbuka itu. Dengan senyumannya. Selalu!

Hatiku yang tadinya tenang dan damai kini mulai lagi bergejolak. Bercampur perasaan yang kurasa ketika itu. Rindu? Benci? Resah? Bahagia?. Entah! Padahal sudah hampir dua bulan aku tak melihatnya. Tak menjadi kekasihnya.

"oh,... kamu Nita ya? " sambil tangan Ibu menunjuk ke arah Nita.

" iya bu "Nita sedikit senyum sambil setengah mengangguk.

" Ayo masuk.. Sama sapa? " tanya ibu. Ternyata Elisa dan Dodik mengikuti masuk dibelakangnya. Mereka berdua tersenyum melihatku. Aku pun tersenyum melihat teman teman SMP ku yang dulu masih dipertemukan dalam kebersamaan. Sepertinya mereka berjodoh hahahaha...

" ayo masuk sini, mumpung aldo udah bangun! " ibu menarik tangan kiri Nita. Dodik dan Elisa juga mendekat setelah bersalaman dengan Ibuku.

" ya udah kalian di sini dulu Ibu mau keluar sebentar ya " dan Ibu meninggalkan kami satu ruangan.

" kamu gak papa al..? " tanya Nita berjalan mendekati ranjangku. Melihat ku dari ujung kaki sampai kepala. Memperhatikan perban di bahu kananku. Dan lecet di wajahku.

Dan jantung ini masih saja berdebar. "gak kok.. Kan udah bisa ngomong,, kemaren sih belum,.. Pingsan!." jawabku setengah bercanda. Mencoba menyembunyikan perasaan.

"kenapa al.." Tanya Dodik disamping Elisa.

"mainnya keseriusan dik"  jawaban ku disambut tawa dodik dan Elisa. Cuma Nita yang nampak serius di ruangan itu.

Terus terang aku sedikit terhibur malam itu, meski masih merasakan sakit dibeberapa bagian tubuhku. Ada Elisa dan Dodik yang saling melempar tanya padaku tentang kabar teman teman SMP. Kami terkadang tertawa mengingat jaman dulu. Nita cuma sesekali ikut senyum mendengar cerita masalalu kami. Dia lebih sering melihatku. Wajahnya tak seperti dulu, kali ini meski paras cantik itu menghias wajahnya, tapi tak bisa menutupi kegundahan hatinya. Aku sangat tahu!

Setelah basa basi ringan khas sahabat lama, Dodik dan Elisa pamit keluar, mau ke Wartel telepon Ibunya, katanya. Aku cuma senyum. Pasti maksudnya ingin memberi kesempatan pada kami. Aku pun mengiyakan mereka.

Akhirnya hanya aku dan Nita diruangan itu, Berdua..!!

Nita terus menatapku, lalu mengambil kursi yang ada disamping tempat tidurku.

Digesernya mendekat di sisi kiri ranjangku.

Duduk dan meraih jari kiriku, digenggamnya. Meski sedikit kutahan tapi aku tak mampu menolak.

Gejolak yang dulu begitu meronta ingin menjauh darinya, sekarang meredup.

Kubiarkan mengikuti kata hati.

"aldo.. Aku tadi kerumah mu, dikasih tau ayahmu kalo kamu dirumah sakit.. Kaget banget,... Makanya aku langsung kesini " Ucapannya begitu meneduhkan. Ingin menyatakan betapa dia masih perhatian.

Seperti dulu. Aku tak mampu mengelak tatapan matanya.

" al.. Aku masih kangen .. Aku gak bisa memungkiri perasaanku ini..!"

Tangannya mengangkat tanganku,perlahan didekatkan pada bibirnya. Diciumnya...

Seketika aku terpana.. Tak sanggup berucap.

Tak kuasa melawan kehendak. Dan mata kami beradu pandang.

" iya Nita, aku tau,.. Tapi ja... "

Mulutku terhenti ketika hampir bersaman dari pintu kamar yang setengah terbuka itu muncul sosok gadis dengan rambut sebahu yang aku kenal.

" Kristin .." Mataku terbelalak. Aku sangat terkejut, tak menyangka apa yang kulihat.

Betapa tidak, remaja usia 16 an tahun yang beberapa hari lalu sempat menitipkan surat padaku lewat Iga itu sekarang sudah ada didepan ku. Bersamaan dengan Nita yang masih menggenggam jemariku.

" aldo..?" sapa Kristin sambil tersenyum dan sekilas melihat genggaman tangan Nita pada tanganku.

Perlahan kulepaskan tangan ku dari genggaman Nita, dan dia perlahan melepaskannya. Kristin masuk dan langsung mendekati ku disisi kanan ranjang. Berhadapan dengan Nita.

"kok kamu tau aku disini..? " tanya ku menyambutnya. Sekilas aku melirik Nita yang terus memperhatikan Kristin dengan tatapan tajam.

"iya.. Iga yang kasih tau al, makanya aku langsung kesini!"

" ohh,.. Makasi ya. " aku menoleh ke Nita." emm.. Iya Nita.. Kenalkan ini Kristin, adik kelasku teman Iga, tetanggaku"

Nita mengajukan tangan dahulu, Kristin menyambutnya, bersalaman didepanku.

Saling menyebutkan namanya.

Akhirnya Nita pun tahu gadis itu bernama Kristin, dan Kristin pun tahu wanita yang bersamaku sebelum dia datang itu bernama Nita.

Aku, Nita dan Kristin berbincang sebentar, nampak canggung obrolan dikamar itu.

Karena baik Nita dan Kristin baru pertama kali bertemu. Ada tatapan ingin tahu dari mata Nita. Pun sebaliknya Kristin.

Dua nama wanita dengan pesonanya yang 'PERNAH' ' dan 'INGIN' mengisi hatiku malam itu bertemu. Di satu ruangan sebuah rumah sakit. Menjengukku.

[Mau coba tebak perasaanku saat itu?]

Sesaat kemudian Nita berdiri, "al.. Aku pulang dulu ya.. Besok aku kesini lagi" Nita pamit.

" ya Nita makasih udah datang .. Maaf ya belum bisa nganter ke depan. "ucapan ku disambut senyum Nita.

Lalu dia memegang lenganku," AAAUUWW! " aku teriak. Nita kaget, kemudian melihatku yang tersenyum, dia pun senyum. Mungkin Nita ingat waktu aku pernah menggodanya saat akan menyentuh jariku ketika itu tangan kiriku patah dan di gip waktu SMP dulu.

Dan sesaat kemudian Nita mulai berjalan keluar ruangan setelah menyapa Kristin. Aku terus memperhatikannya sampai tubuh Nita hilang di balik pintu. Kristin juga.

"itu sapa al..? " tanya Kristin sembari melihatku lagi.

Dan akupun menceritakan sekilas tentang siapa gadis ayu bernama Nita pada Kristin yang masih tinggal menemaniku dikamar rumah sakit malam itu.

Kristin begitu setia mendengar cerita tentang masa laluku bersama Nita. Dia sepertinya memahami posisiku saat ini. Kristin tak membelaku, juga tak mau menyalahkan Nita.

Begitu bijak menurutku.

"maaf ya al... Aku gak bermaksud membuka lagi hal itu.."  ucapan Kristin menyadarkanku lagi. Bahwa ini perihal hati. Tak bisa kita menghakimi sesuatu yang kita sendiri tak menjalaninya. Tak merasakannya.

Berikut nya, aku dan Kristin mengobrolkan hal lain. Sejenak menutup lembaran masalaluku.

Dia bercerita tentang teman teman barunya, sekolah, guru, pelajaran dan hal lain yang berkenaan dengan aktifitas barunya di kelas satu saat ini. Dan aku mendengarkan dengan setia.

Kehadiran Kristin sejenak bisa melupakan sakit di beberapa bagian tubuh. Sepertinya juga sedikit bisa melupakan kehadiran Nita.

Yang sebenarnya tak ku harapkan!.

Entah...!

Sepertinya perasaan damai dihati bisa kurasakan lagi malam itu. Terima kasih Kristin, atas perhatian mu saat ini.

"udah malam al.. Aku pulang dulu ya..kamu istirahat! .. Jangan keluyuran!! " canda Kristin sambil tersenyum.

"hahaha, iya Kris.. Makasih ya udah datang.. Salam buat Iga!" balasku, "emm.. Iya kris.. Maaf aku belum bisa membalas surat mu. " lanjut ku di ikuti tatapan mata Kristin yang nampak teduh. Dia tersenyum seraya menyentuh jari tangan kanan ku.

Dan wanita itu berlalu dari hadapan ku bersama tatapan mataku yang mengikutinya sampai hilang dibalik pintu.

Aku melihat ke atas, dinding warna putih langit langit kamar.

Wajah perempuan ayu dengan senyum di lesung pipinya dan bola mata hampir bundar itu kembali merasuki otakku. Jujur, tak mampu kutepis.

Lalu berganti wajah gadis dengan guratan senyum manis di bibir tipisnya dan pandangan mata syahdu hadir di angan ku. Tak kuasa ku abaikan.

Huff,... Satu malam lagi yang akan menjadi bagian catatan hidupku.

Sesaat kemudian ibu dan adikku masuk menghentikan semua pesona itu, membawa tas plastik hitam, aku berharap itu makanan. Perutku mulai lapar.

"ini... Mau? " ibu mengangkat tas plastik hitam yang di bawanya itu seraya melihatku.

" apa itu bu? "

Ibu mulai membuka bungkusan yang di tangan kanannya lalu mengeluarkan jajanan lumpia, kesukaan ku. Dan akupun menghajarnya !

_____________________

Tuhan...!

Ini Aldo,...Lagi.

Mau Berdoa, Semoga Engkau Berkenan.

Jika Manusia Menyebut MU Zat Yang Maha

Pengasih Lagi Penyayang.

Aku BERSAKSI....!

Betapa Saat Hatiku Sedang Terluka,

Engkau Hadirkan Dia di sela Kehidupanku.

Untuk Menghiburku Dari Kecemasan.

Terimakasih Tuhan,

Atas Pendewasaan Ini Dan

Untuk Mentari Yang Ingin Berjanji.

__________________ig @djatisanyoto

24112o